Monyet Muda di Hutan Panama Punya Tren Perilaku Baru: Menculik Bayi Monyet Lain

3 months ago 104

TEMPO.CO, Jakarta - Monyet-monyet jenis capuchin yang hidup di pulau terpencil di Panama menculik bayi-bayi dari keluarga monyet jenis howler. Perilaku ini diidentifikasi sebagai kebiasaan baru monyet-monyet capuchin tersebut.

Populasi monyet capuchin wajah putih (Cebus capucinus imitator) yang hidup liar di Pulau Jicaron telah menjadi obyek penelitian menggunakan 86 kamera jebak dengan fitur motion-track sejak 2017 lalu. Kamera-kamera itu merekam bagaimana jenis monyet itu bisa memanfatkan batu sebagai alat untuk memecah buah-buahan, kacang-kacangan, dan kerang untuk dimakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menginjak tahun kelima pemantauan itu dilakukan, pada 2022, seorang peneliti memperhatikan ada satu capuchin jantan muda membawa seekor bayi monyet dari jenis lain di punggungnya. Peneliti itu adalah Zoë Goldsborough, mahasiswa program doktoral di Max Planck Institute of Animal Behavior, dan temuan ini dipublikasi di situs Max Planck Institute pada 19 Mei 2025.

Menyadarinya sebagai pemandangan yang tidak biasa, Goldsborough lalu pergi menemui pembimbingnya dan bersama-sama menggali lebih jauh temuan itu. 

“Kami mengumpulkan seluruh rekaman kamera di Jicaron sepanjang tahun," kata Brendan Barrett, peneliti di Max Planck Institute of Animal Behavior, dan pembimbing Goldsborough, “sehingga kami dapat merekonstruksi untuk melihat apakah perilaku unik ini hanya sekali itu terjadi, atau ada sesuatu yang lebih besar." 

Hasilnya didapati monyet capuchin itu, yang dinamai Joker, mengambil sedikitnya empat bayi monyet howler (Alouatta palliata coibensis) selama empat bulan. Didapati pula, terkadang, Joker membawa satu bayi howler itu sampai lebih dari seminggu di punggungnya.

Karena lama tak menemukan lagi pemandangan yang sama, Goldsborough dan Barret sempat mengira yang terjadi adalah kasus individual saja yang mungkin sedikit aneh. "Kami tidak mengiranya lebih jauh," kata Goldsborough. 

Tapi, berselang lima bulan setelah mereka pertama kali melihat Joker seperti itu, empat capuchin jantan muda lainnya ditemukan pula membawa-bawa bayi howler. Total selama 15 bulan, kelompok capuchin mengambil 11 bayi howler berusia kurang dari empat bulan.

Goldsborough dan Barret sampai menghubungi pakar monyet howler Lisa Corewyn di Ithaca College untuk memverifikasi bahwa bayi-bayi itu individu yang berbeda satu sama lain. Para peneliti biologi itu juga sempat menduga kalau Joker lagi yang berbuat itu: menculik para bayi holer. Sebelum kemudian mereka memastikan keempatnya adalah monyet capuchin jantan lainnya yang sebaya Joker.

"Perilaku menyebar di dalam populasi lewat pembelajaran sosial, seperti sebuah 'gaya hidup primata'," ujar Andrew Whiten, zoolog dan psikolog dari University of St Andrews, Inggris, menilai temuan Goldsborough dkk, dikutip dari New Scientist.

Memang beberapa hewan didapati mengadopsi bayi hewan lain. Itu pula yang pernah terjadi pada sepasang monyet capuchin pada 2006 lalu ketika membesarkan seekor bayi marmoset.

Masalahnya, biasanya perilaku adopsi itu dkilakukan betina dewasa, yang kemungkinan adalah cara untuk mencontohkan kepedulian untuk anak-anaknya. Sedang yang terjadi di di Jicaron kali ini adalah seluruh oleh pejantan yang belum dewasa. Dan, bukannya mengadopsi bayi telantar, mereka kelihatannya sengaja mengambil bayi howler dari keluarganya. 

Tidak ada rekaman kamera untuk tindakan pencurian itu, tapi para peneliti mendokumentasikan tindakan capuchin mencegah bayi-bayi howler yang mereka gendong itu untuk melarikan diri. Rekaman yang ada juga menunjukkan, ketika orang tua monyet howler mencari dan memanggil bayi-bayi mereka dalam kanopi hutan, monyet capuchin menjadi defensif.

Penculikan tak disertai kekerasan tapi, karena terlalu lemah untuk bisa bertahan hidup tanpa air susu induknya, bayi-bayi howler itu pada akhirnya mati karena kurang gizi. Indikasi ini berdasarkan temuan sedikitnya tiga bayi howler yang sudah mati yang tetap dibawa-bawa oleh capuchin.

"Belajar dari sesama bisa melahirkan sebuah tren, bahkan ketika perilaku itu sebenarnya tak memiliki benefit bagi monyet-monyet," kata Whiten yang adalah profesor psikologi perkembangan dan evolusioner.

Sejak monyet-monyet capuchin di Jicaron tak memiliki predator dan sedikit sekali kompetisi, 'perilaku menyimpang' itu bisa berkembang sebagai sebuah hasil dari kegiatan iseng, mengisi waktu mencoba hal baru. "Atau mungkin juga menghilangkan kebosanan," kata Meg Crofoot, managing director di Max Planck Institute of Animal Behaviour.

Kemungkinan lain adalah tentang kondisi kehidupan di sebuah pulau terpencil yang kondusif untuk perilaku inovatif berkembang dan menyebar. Pasalnya, Goldsborough mencatat, tindakan mencuri atau menculik bayi monyet jenis lain itu dilakukan oleh monyet capuchin jantan muda yang sama di Jicaron yang paling sering menggunakan batu sebagai alat bantu.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |