Mushaf Al-Quran Transliterasi Pertama di Indonesia Terbit pada 1972, Jadi Tonggak Sejarah Pembelajaran Quran di Nusantara

9 hours ago 9

Home > Al Quran Saturday, 18 Oct 2025, 09:06 WIB

Bahkan, inisiatif penerbitan mushaf ini kelak menjadi salah satu latar yang mendorong lahirnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 1987 tentang Pedoman Transliterasi Arab-Latin.

Mushaf Al-Qur’an Transliterasi Pertama di Indonesia Terbit pada 1972, Jadi Tonggak Sejarah Pembelajaran Quran di Nusantara

SAJADA.ID, JAKARTA — Tidak banyak yang tahu bahwa Indonesia pernah memiliki Mushaf Al-Qur’an Transliterasi pertama yang ditulis dalam huruf Arab dan Latin secara berdampingan. Mushaf bersejarah ini diterbitkan pada 19 Oktober 1972 oleh penerbit Bahrul Ulum, Bandung, dan menjadi tonggak penting dalam upaya pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia, terutama bagi masyarakat yang belum mengenal huruf Arab.

Dilansir dari laman resmi Lajnah Kemenag RI (lajnah.kemenag.go.id), mushaf transliterasi ini merupakan terobosan besar pada masanya karena memadukan dua sistem tulisan — aksara Arab dan Latin — dalam satu naskah suci. Upaya ini dilakukan di tengah keterbatasan metode pembelajaran Al-Qur’an pasca peristiwa 1965, ketika banyak masyarakat belum memiliki akses memadai untuk belajar membaca huruf Arab.

Kepala Lembaga Lektur Keagamaan saat itu, Hamdani Aly, menilai penerbitan mushaf transliterasi tersebut sebagai langkah progresif.

“Ide dan tujuannya baik, meskipun ini merupakan usaha baru dalam penulisan Al-Qur’an,” ujarnya seperti dikutip laman Lajnah.

Bahkan, inisiatif penerbitan mushaf ini kelak menjadi salah satu latar yang mendorong lahirnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 1987 tentang Pedoman Transliterasi Arab-Latin.

Tokoh Islam terkemuka M. Natsir, yang kala itu menjabat sebagai Ketua Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), turut mengapresiasi penerbitan mushaf tersebut.

Menurutnya, mushaf transliterasi membantu masyarakat yang belum bisa membaca huruf Arab untuk mulai mengenal Al-Qur’an.

"Mereka yang buta huruf Arab diharapkan akan terangsang untuk mempelajari teks aslinya setelah terbantu oleh teks Latin yang disertakan,” ungkap Natsir dalam laman Lajnah.

Namun demikian, penerbit tetap menekankan pentingnya proses belajar yang benar. Dalam pengantar mushaf disebutkan, murid tidak disarankan membaca sendiri, melainkan tetap didampingi guru. Guru membaca dari teks Arab, sementara murid menyimak dari teks Latin. Hal ini agar pelafalan dan pemahaman tetap sesuai kaidah tajwid dan makhraj yang benar.

Dari sisi teknis, mushaf transliterasi tersebut menggunakan metode alih aksara penuh, di mana setiap huruf Arab — baik yang berfungsi maupun tidak — tetap ditransliterasikan untuk menjaga keutuhan teks. Dengan begitu, mushaf dapat dikembalikan ke bentuk aslinya tanpa kehilangan satu huruf pun.

Mushaf setebal 554 halaman itu menggunakan khat Bombay, berisi 15 baris tiap halaman, dan kini menjadi koleksi pribadi yang langka. Identitas penerbit yang tercantum adalah Bahrul Ulum, Jalan R. Dewi Sartika No. 33 Bandung.

Image

SAJADA.ID

Partner of Republika Network. Official Media Yayasan Rumah Berkah Nusantara. email: infosajada.id, Silakan kirimkan info

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |