TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga para sandera Israel di Gaza mengancam akan mengambil langkah hukum pada Kamis, 26 Desember 2024, terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menuduhnya telah memblokir kesepakatan pertukaran tawanan dengan Palestina, Anadolu Agency melaporkan.
"Kami akan mengajukan petisi ke Pengadilan Tinggi jika Anda tetap meninggalkan orang-orang yang kami cintai di tawanan Hamas," kata para keluarga dalam sebuah surat kepada Netanyahu yang dikutip oleh harian Israel Yedioth Ahronoth.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Surat tersebut menuduh perdana menteri Israel menghalangi upaya untuk mencapai kesepakatan pertukaran tawanan dengan Hamas.
"Menolak untuk mengakhiri perang berarti mengorbankan para sandera dan mengurangi kesempatan mereka untuk kembali hidup-hidup," demikian bunyi surat itu.
Pada Rabu, Hamas mengatakan bahwa gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tawanan telah ditunda karena kondisi-kondisi baru Israel.
"Pendudukan (Israel) menetapkan isu-isu dan syarat-syarat baru yang berkaitan dengan penarikan, gencatan senjata, tahanan, dan kembalinya para pengungsi, yang menunda tercapainya kesepakatan yang telah tersedia," tambahnya dalam sebuah pernyataan.
Pada Selasa, Netanyahu mengatakan bahwa sebuah tim negosiasi Israel akan kembali dari Qatar untuk melakukan konsultasi mengenai kesepakatan pertukaran tawanan dengan Hamas.
Namun, para pengamat melihat pengumuman Netanyahu ini sebagai bagian dari pola penundaan negosiasi.
Sejak gencatan senjata tunggal pada akhir November 2023, perdana menteri Israel telah mengisyaratkan kemajuan dalam pembicaraan untuk pertukaran tahanan dan gencatan senjata potensial, hanya untuk kemudian bersikeras untuk melanjutkan operasi militer di Jalur Gaza.
Netanyahu mengatakan kepada The Wall Street Journal pekan lalu bahwa perang Gaza akan terus berlanjut "sampai Hamas benar-benar diberantas," menekankan penolakan Israel terhadap kehadiran Hamas di dekat perbatasannya.
Menteri Pertahanannya, Israel Katz, juga mengatakan bahwa Israel akan mempertahankan kontrol keamanan di Gaza dan membangun zona-zona penyangga di sepanjang perbatasan.
Pernyataan mereka menuai kecaman dari para pejabat di tim negosiasi Israel karena membahayakan perundingan untuk mencapai gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pertukaran tawanan dengan Hamas.
Israel diyakini menahan lebih dari 10.300 tahanan Palestina, sementara sekitar 100 tawanan Israel berada di Gaza. Hamas mengatakan bahwa puluhan tawanan tersebut terbunuh dalam serangan udara Israel tanpa pandang bulu.
Israel telah melanjutkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan hampir 45.400 orang, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.