Para Pemimpin Ikut KTT Arab-Islam di Qatar Setelah Serangan Israel

2 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID,DOHA -- Pemimpin-pemimpin dari seluruh kawasan berkumpul di Doha ibukota Qatar untuk membahas tanggapan resmi terhadap serangan Israel di Doha pekan lalu. Serangan Israel diklaim menargetkan kepemimpinan Hamas dan berdampak luas di Timur Tengah.

Israel meluncurkan rudal saat anggota Hamas berkumpul di kantor mereka di Doha untuk membahas proposal yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakhiri perang genosida Israel selama dua tahun di Gaza.

Serangan tersebut terjadi beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengklaim Israel telah menerima proposal Trump, yang akan membebaskan semua 48 tawanan yang ditahan oleh Hamas di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel dan gencatan senjata.

Israel membunuh lima anggota Hamas dan seorang pejabat keamanan Qatar dalam serangan tersebut, meskipun tidak mengenai pimpinan Hamas yang menjadi targetnya.

Dewan Keamanan PBB secara bulat mengecam serangan Israel tersebut pada Kamis lalu, dikutip dari laman Aljazeera, Senin (15/9/2025)

Bagaimana Tanggapan Qatar?

Qatar telah mengundang pemimpin dari negara-negara Arab dan Islam untuk menghadiri pertemuan yang akan berpuncak pada KTT Darurat Arab-Islam pada Senin.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed bin Mohammed al-Ansari, mengatakan kepada Qatar News Agency (QNA) bahwa KTT tersebut akan membahas rancangan resolusi mengenai serangan Israel yang menandakan contoh lain dari terorisme negara yang dilakukan oleh Israel.

Pertemuan menteri luar negeri pada Ahad akan membahas rancangan tersebut, yang diperkirakan akan menambah suara kecaman internasional terhadap serangan Israel.

Perdana Menteri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, yang bertemu Trump di New York pada Jumat, mengatakan Qatar akan mengejar respons kolektif terhadap serangan tersebut, yang telah membahayakan seluruh kawasan.

Qatar telah lama berperan sebagai mediator, berusaha mengakhiri perang Israel di Gaza dan mendorong persatuan regional.

Dalam pertemuan pada Ahad dan Senin, Qatar akan memanfaatkan sentimen pro-Palestina dan penolakan terhadap serangan Israel yang telah diungkapkan di seluruh kawasan.

Siapa yang Akan Hadir?  

Pemimpin dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara dan Liga Arab yang beranggotakan 22 negara akan hadir.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian telah dikonfirmasi akan hadir, begitu pula Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.

Pada Sabtu, Kepala Keamanan Iran Ali Larijani mengeluarkan apa yang ia sebut sebagai peringatan kepada pemerintah-pemerintah Islam dan mengatakan mereka harus membentuk ‘ruang operasi bersama’ melawan kegilaan” Israel daripada hanya mengeluarkan pernyataan.

Daftar lengkap tamu kehormatan yang akan hadir pada Senin belum dikonfirmasi.

Apa yang Bisa Dihasilkan dari KTT Ini?

Di KTT ini, pernyataan tegas terhadap Israel dijamin.

Para pemimpin akan membahas berbagai cara potensial yang dapat mereka lakukan untuk mengatasi agresi Israel di kawasan tersebut.

Israel juga telah mengebom Iran, Suriah, Lebanon, dan Yaman sementara perang genosida di Gaza dan serangan militer di Tepi Barat yang diduduki terus berlanjut tanpa henti.

Rasa aman yang dinikmati Qatar dan negara-negara tetangga telah hancur, yang dapat mendorong mereka untuk mencari pengaturan keamanan atau pertahanan baru dengan AS yang lebih dari sekadar membeli senjata.

Namun, ada pertimbangan politik yang sedang dimainkan, terutama dengan Washington yang masih menawarkan dukungan kuat kepada Israel meskipun frustrasi internasional semakin meningkat.

Setibanya para menteri dan pemimpin di Doha pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio melakukan perjalanan ke Israel untuk bertemu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan para pemimpin tinggi lainnya. Antara lain, mereka kemungkinan akan membahas rencana untuk mencaplok sebagian besar Tepi Barat.

Rencana tersebut telah dijelaskan oleh Uni Emirat Arab, anggota Perjanjian Abraham yang disponsori AS untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, sebagai garis merah yang akan merusak perjanjian tersebut.

Arab Saudi dan negara-negara regional lainnya yang diincar oleh Israel dan AS sebagai calon anggota Perjanjian tersebut dipandang oleh para analis sebagai negara yang paling jauh dari normalisasi hubungan dengan Israel selama bertahun-tahun.

Di antara alat yang dimiliki negara-negara untuk menanggapi agresi nakal adalah tindakan seperti menurunkan hubungan diplomatik.

Negara-negara Arab seperti Qatar, Arab Saudi, Kuwait, dan UEA juga memiliki kemampuan keuangan yang sangat besar sebagai leverage, serta dana kekayaan kedaulatan yang besar dengan investasi internasional yang dapat memberlakukan pembatasan terhadap Israel, termasuk pembatasan perdagangan.

Qatar telah mengatakan sebagian dari tanggapannya akan bersifat legal, termasuk melalui upaya menuntut pelanggaran hukum internasional oleh Israel.

Sumber:

Al Jazeera

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |