TEMPO.CO, Jakarta - Di sebuah sudut di kebun kopi, Siti Salmah, tiba-tiba bersuara melengking. Di sudut lain, Kunni Masrohanti menyambut dengan suara yang juga tinggi. Pada pojok lain lagi, Muhammad de Putra melengkapkan rafalan kata-kata. Di antara pohon-pohon kopi di kawasan Kabupaten Bener Meriah, Aceh, ketiga penyair asal Riau itu berkolaborasi membaca puisi secara teatrikal berjudul “Kopimu Pulang, Ine”.
Tanpa pengeras suara, hanya mengandalkan vokal, mereka menderaskan kata-kata yang mereka ciptakan secara spontan pada hari itu, Sabtu, 21 Desember 2024: “Pulanglah, Nak/ Ine menunggumu dengan menjunjung setampah rindu/ di atas kepala dengan air mata/ Pulanglah ke tanahmu/ Ine menunggu// Ine,/ Di kehidupan lain aku tenggelam di riuhnya jalanan/ dan gedung-gedung tinggi/ Ine aku pulang…”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca puisi di kebun kopi milik Koperasi Produsen Jingki Roda Gayo pagi itu menandai dimulainya Festival Puisi Kopi, salah satu program dari Desember Kopi Gayo 2024. Tak hanya ketiga penyair tersebut, ada sejumlah seniman dari berbagai daerah di Indonesia yang membaca puisi dalam kesempatan tersebut, antara lain Gayo Zuliana Ibrahim (Takengon), Endut Ahadiat (Sumatera Barat), dan Swanti (Rokan Hilir).
Penyair Siti Salmah, Kunni Masrohanti, dan Muhammad De Putra membaca puisi secara treatrikal di sebuah kebun kopi di Bener Meriah, Aceh, 21 Desember 2024. TEMPO/Mustafa Ismail
Desember Kopi Gayo 2024 dibuka pada 30 November 2024 oleh PJ Gubernur Aceh Safrizal ZA di Taman Arboretum, Bener Meriah. Kegiatan itu diwarnai dengan beragam kegiatan. Desember Kopi pertama kali diadakan pada 2016, kala itu di bulan November. Namun selanjutnya berpindah ke bulan Desember. Komunitas Desember Kopi punya tagline: Desember mengirim hujan dan panen kopi, kami memainkan musik, puisi, dan tari. Festival ini diwarnai dengan berbagai kegiatan, seperti pentas puisi, musik, dan tari.
Acara berlangsung di berbagai tempat seperti kebun kopi, kedai kopi, kilang penggilingan kopi, lokasi bersejarah, dan lain-lain. "Puncak panen raya kopi adalah bulan Desember," kata Fikar W Eda, inisiator Desember Kopi. Ada bayak kegiatan mewarnai Desember Kopi, seperti baca puisi, diskusi, pentas musik, didong, peragaan busana, peluncuran becak wisata, hingga penghargaan kepada tokoh inspiratif di ekosistem kopi.
Kegiatan pamungkas adalah Festival Puisi Kopi pada 21-23 Desember 2024. Kegiatan ini melibatkan sekitar 30 pernyair dari berbagai daerah di Indonesia dan puluhan seniman Gayo. Menyertai festival, diluncurkan kembali buku Kunpulan Puisi Kopi 1550 Mdpl berisi karya 250 penyair Indonesia dan negeri tetangga. Buku setebal hampir 400 halaman itu dikuratori oleh Fikar, Mustafa Ismail, dan Salman Yoga dan terbit pertama kali pada 2016. “Setengah dari penyair ternama Indonesia menulis puisi di buku ini,” tutur Fikar.
Peluncuran buku itu pun dilakukan di berbagai tempat. Peluncuran ditandai dengan penyerahan kepada penyair, guru, pegiat kopi, dan tokoh masyarakat di Jingki Roda Gayo. Lalu di pendopo bupati Aceh Tengah dengan penyerahan buku kepada PJ Bupati Subhandy. Selanjutnya penyerahan buku kepada Pendiri Galeri Gayo Hatta Hasan, Usman Nuzuly, di galeri tersebut. Terakhir penyerahan buku kepada Rektor Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh Prof Dr Wildan Abdullah di Galeri Kopi Indonesia.
Devie Matahari membaca puisi di Bur Telege di Takengon, Aceh Tengah, 21 Desember 2024. TEMPO/Mustafa Ismail
Menurut Fikar, buku itu pun direncanakan akan diluncurkan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada Februari 2024. Harapannya makin banyak yang membacakan buku ini dan menjadikannya referensi tentang puisi kopi. Sebab, belum ada buku puisi tentang kopi selengkap buku tersebut. Selain itu, peluncuran di Jakarta memberi kesempatan kepada para penyair yang tak hadir di Festival Puisi Kopi bisa ikut merayakan kehadiran buku tersebut.
Bupati Hingga Rektor ISBI ikut Baca Puisi
Sorenya, Sabtu itu, penyair bertolak ke Bur Telege, sebuah kawasan tinggi di Takengon, Aceh Tengah. Dari sana, para penyair kembali berpuisi dengan pemandangan danau dan kota Takengon di bawahnya. Baca puisi yang disiarkan secara langsung di Instagram @infosastra itu menampilkan para penyair, seniman, dan tokoh masyarakat, antara lain, Fakhrulsyah Mega, Abu Rahmad (Aceh), Taufik Adi Nugroho (Bekasi), dan Devie Matahari (Jakarta)
Malamnya, para sastrawan menghadiri jamuan makan malam bersama PJ Bupati Aceh Tengah. Dalam sambutannya, ia juga menyampaikan komitmennya untuk membantu memperluas distribusi buku itu ke sekolah-sekolah dan perpustakaan di wilayah Aceh Tengah. “Buku ini akan kita beli,” ujar PJ Bupati Subhandy. “Buku puisi tentang kopi ini tentu akan menjadi referensi yang baik bagi anak-anak kita di sekolah.”
PJ Bupati Aceh Tengah Subhandhy membaca puisi dalam jamuan makan malam dengan para sastrawan di Pendopo Bupati Aceh Tengah, 21 Desember 2024. Foto: Istimewa
Jamuan makan malam dengan menu khas Gayo, salah satunya ikan depik itu, juga dihadiri para pejabat daerah setempat. Dalam kesempatan itu, Bupati didaulat membaca puisi. Ia memilih puisi berjudul “Kopi Gayo” karya LK Ara dari buku Kumpulan Puisi Kopi 1550 Mdpl. Sebelum membaca puisi, ia sempat berguyon, “Membaca puisi di depan para seniman ini lebih berat dari pada mempertahankan tesis di depan para penguji.”
KOPI GAYO
Tubuh kecil daun kecil akar kecil
Kubawa dengan tangan cinta
Ke rumah barumu
Kugali bukit berbatu
Dipinggir danau itu
Rumah cinta rumah damai selamanya
Air hujan minummu
Cahaya bulan suluhmu
Angin cemara menghiburmu
Kaca danau cerminmu
Tumbuhlàh mekarlah
Hijaulah daun
Merahlah buah
Kuatlah perdu
Àkar menjalar dibumi endatu
Dengan daun cemara
Kopi Gayo kutulis namamu
Depok, 6 Oktober 2016
Lepas dari sana, malam itu, para sastrawan bertolak ke Galeri Gayo Hatta Hasan milik senman sekaligus pengusaha Usman Nuzuly. Tiba di sana, para seniman didong sedang beraksi. Duduk melingkar, para pedidong yang sebagian senior dan satu pedidong anak-anak, mereka membawakan sejumlah syair. Selanjutnya, kembali para seniman berpuisi, seperti LK Ara, Win Gemade, Purnama Kahar, dan Putra Gara.
Penutupan Festival Puisi Kopi - Desember Kopi Gayo oleh Rektor Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh Prof Dr Wildan Abdullah di Galeri Kopi Indonesia, Takengon, Aceh Tengah, 23 Desember 2024. TEMPO/Mustafa Ismail
Puncak pembacaan puisi pada Senin sore, 23 Desember, di Galeri Kopi Indonesia. Para penyair dan seniman bergantian membaca puisi seperti sebuah parade. Mereka, antara lain, Asmira Dieni, Yeyen Kiram, Fauzan Santa, Alang, Defri, Yulsi Munir, Salman Yoga, Mustafa Ismail, Ida Laila, Teuku Afifuddin, Sabariah Munthe, hingga Rektor ISBI Aceh Wildan Abdullah. Di tengah hujan yang turun tak henti, Wildan membaca puisi sendiri. Meski tidak bertema kopi, namun ia begitu total dan menghayati.
Puisi berjudul “Mendung Sore-sore” itu, antara lain berbunyi: “Kami terkenang pada pujaan mata /Seorang perempuan ayu setengah baya/ Ia selalu manis karena senyumnya /Ia perkasa bagaikan singa/ Ia tergas tak pernah genta…” Tak hanya berpuisi, di bawah tenda kecil untuk berlindung dari hujan, sang rektor juga menutup Festival Puisi Kopi – Desember Puisi Gayo 2024. Selesai sudah, dan para sastrawan semua sumringah.
Desember Kopi kali ini dibuka diwarnai hujan, pun ditutup di tengah guyuran hujan. Seperti menyimbolkan kesejukan, rahmat, sekaligus keberkahan.