TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait berencana memanggil petinggi Lippo Group, John Riady dan James Riady untuk datang ke kantornya pada pekan depan. Pemanggilan tersebut berkaitan dengan penyelesaian kasus apartemen Meikarta di Cikarang, Jawa Barat.
Ara menjadwalkan pertemuan itu di Kantor Kementerian PKP, Gedung Wisma Mandiri 2, Jakarta Pusat, pada Rabu, 23 April 2025 pukul 16.00 WIB. “Saya sudah telepon dia, dan dia (bilang) oke datang Rabu,” kata Ara di kantornya, Rabu, 16 April 2025. Lantas, seperti apa sosok dua pengusaha tersebut?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Profil John Riady
John Riady adalah putra sulung Chief Executive Officer (CEO) Lippo Group, James Riady, sekaligus cucu dari pendiri perusahaan itu, Mochtar Riady. Dia kini menjabat sebagai CEO PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) sekaligus Direktur Lippo Group, Presiden Direktur LKPR, Presiden Komisaris PT Siloam International Hospitals (SILO), dan Komisaris Matahari Department Store (LPPF).
John Riady lahir di New York, Amerika Serikat pada 5 Mei 1985. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Pelita Harapan, dia melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi di jurusan filsafat politik dan ekonomi, Georgetown University, Wharton School of Business. Setelah itu, dia kembali ke Indonesia dan bergabung ke perusahaan media milik keluarganya.
Dilihat dari akun LinkedIn pribadinya, John Riady pernah bekerja sebagai editor di The Jakarta Globe, majalah berbahasa Inggris yang bermarkas di Jakarta. Namun, dia memutuskan untuk kembali ke Negeri Paman Sam guna mendalami ilmu secara komprehensif mengenai isu perpolitikan dan tata negara pada 2008.
Ketika kembali ke Amerika Serikat, dia menempuh studi master (S2) dalam bidang keuangan dan operasi di Wharton School, sembari mengejar gelar profesional Juris Doctor di Columbia University Law School pada 2011. Setelah rampung berkuliah, dia bekerja sebagai dosen di Sekolah Hukum Pelita Harapan di Jakarta.
Tak hanya itu, John Riady juga berperan sebagai Founder dan Managing Partner di Venturra Capital. Dia juga mendirikan OVO (PT Visionet Internasional), yaitu perusahaan rintisan (startup) dompet digital (e-wallet) yang juga memiliki saham di Grab dan Tokopedia, serta salah satu unicorn di Indonesia.
Profil James Riady
James Tjahaja Riady lahir di Jakarta pada 7 Januari 1957. Anak dari bankir kenamaan sekaligus pendiri Lippo Group Mochtar Riady tersebut diketahui mengenyam pendidikan di berbagai negara, mulai dari Macau hingga Australia, termasuk di University of Melbourne.
Pada 1977, James Riady terjun ke dunia bisnis perbankan di Amerika Serikat. Dia sempat bekerja di Irving Trust Banking Company ketika masih berusia 18 tahun. Hanya selama tahun, dia kemudian pindah ke Arkansas dan mendirikan Worthen Bank dengan modal US$ 20 juta. Di sanalah, dia berkenalan dengan sahabat karib ayahnya yang seorang bankir, Jack Steven.
Pada 1984, James Riady diangkat menjadi Presiden Direktur Worthen Bank. Setelah beberapa tahun, dia pindah ke Los Angeles dan menjalankan cabang Lippo Bank. Namun, perkembangan bank tersebut kurang baik, terbukti dengan adanya kredit macet dan pelanggaran undang-undang tentang pencucian uang (money laundry).
Ketika Bill Clinton mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat pada 1992, James Riady ikut mendanai kampanyenya. Lippo Group dikabarkan telah menggelontorkan anggaran lebih dari US$ 475.000 sejak 1991 kepada Partai Demokrat sebagai partai pendukung Clinton.
Terpilihnya Clinton menjadi sebuah keuntungan besar bagi James Riady dan Lippo Group untuk mengembangkan bisnisnya. Namun, pada 2001, James didakwa oleh pengadilan Los Angeles atas perkara sumbangan dana ilegal untuk kampanye politik Amerika Serikat, dan harus membayar denda sekitar US$ 8,6 juta.
Riri Rahayu, Hendrik Khoirul Muhid, Khumar Mahendra, dan Andry Triyanto Tjitra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.