Profil Kerry Adrianto, Anak Riza Chalid yang Jadi Tersangka Korupsi Pertamina

5 hours ago 10

TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Agung menetapkan pengusaha Muhammad Kerry Adrianto Riza, anak saudagar minyak Muhammad Riza Chalid, sebagai tersangka dalam dugaan kasus korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina, Sub Holding, dan Kontraktor Kontrak Kerja sama (KKKS) periode 2018-2023.

Kerry adalah satu dari tujuh petinggi perusahaan yang menjadi tersangka dalam kasus yang merugikan negara sebesar Rp 193,7 triliun tersebut. “Tujuh orang tersangka, salah satunya MKAR selaku beneficial owner PT Navigator Khatulistiwa,” ujar Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung Abdul Qohar saat konferensi pers pada Senin malam, 25 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tujuh tersangka tersebut adalah Direktur Utama Patra Niaga Riva Siahaan, Direktur Optimasi Feedstock & Produk PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Sani Dinar Saifuddin, Direktur PT Pertamina Internasional Shipping Yoki Firnandi, dan Vice President Feedstock Management PT KPI Agus Purwono.

Sementara tersangka dari pihak broker minyak mentah meliputi Kerry, Komisaris PT Navigator Khatulistiwa sekaligus Komisaris PT Jenggala Maritim Dimas Werhaspati, dan Komisaris PT Jenggala Maritim sekaligus Direktur Utama PT Orbit Terminal Merak Gading Ramadan Joede.

Lantas, siapa sebenarnya Kerry Adrianto yang menjadi tersangka dalam kasus korupsi Pertamina? Berikut rangkuman informasi selengkapnya.


Profil Kerry Adrianto

Muhammad Kerry Adrianto Riza atau lebih dikenal sebagai Kerry Riza merupakan anak dari Muhammad Riza Chalid dan Roestriana Adrianti yang lahir di Jakarta pada 15 September 1986. Ayah Kerry, Riza Chalid, merupakan seorang pengusaha minyak dan gas Indonesia yang pernah terlibat dalam skandal Papa Minta Saham dan impor minyak Zatapi.

Dalam tulisan yang dimuat Kerry di situs JakartaGlobe, anak Riza Chalid itu merupakan lulusan manajemen bisnis terapan dari University of London. Mengikuti jejak sang ayah, dia terjun ke dunia bisnis dan menjadi pengusaha. Dia juga merupakan CEO dari perusahaan Pelayaran Mahameru Kencana Abadi. 

Melansir dari Antara, Kerry diketahui pernah menduduki kursi Komisaris Utama klub basket Hangtuah Jakarta pada 2021. Dia juga berprofesi sebagai Komisaris PT Orbit Terminal Merak pada 2015 dan masih menjabat sebagai Presiden Direktur PT Aryan Indonesia (KidZania Jakarta). 

Merujuk pada laman Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang kini berubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kerry memegang 25 persen saham PT GAP Capital senilai Rp 6,25 miliar per 2011. Dia juga memiliki 51 persen saham senilai Rp 6,37 miliar di PT Rama Putera Investindo Tbk per 2018, serta bertindak sebagai Direktur Utama. 

Dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina, Kerry menjabat sebagai beneficial owner PT Navigator Khatulistiwa. Dia merupakan salah satu broker dalam impor minyak mentah yang bermain dengan Sub Holding PT Pertamina.

Dalam kasus ini, Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung Abdul Qohar menyebutkan Kerry mendapat keuntungan dari mark up kontrak shipping (pengiriman) yang dilakukan oleh Direktur PT Pertamina International Shipping Yoki Firnandi. Yoki melakukan pengadaan impor dengan cara mark up yang menyebabkan negara mengeluarkan pembayaran 13% - 15% dari harga asli.

Sebagai broker, Kerry mendulang keuntungan dari sana. “Tersangka MKAR mendapatkan keuntungan dari transaksi tersebut,” ujar Qohar. Dikutip dari companyhouse.id, alamat perusahaan Kerry berlokasi di Kalibata, Jakarta Selatan.

Sebelum menjadi tersangka kasus korupsi Pertamina, nama Kerry tercatat beberapa kali terseret dalam kasus dugaan korupsi. Salah satunya ketika PT GAP Capital sebagai manajer investasi telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) oleh OJK pada 2020. 

Pada 2015, perusahaan lain yang dikelola Kerry, yaitu PT Orbit Terminal Merak disebut dalam perkara beredarnya salinan surat Setya Novanto kepada Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, perihal permintaan DPR RI agar Pertamina membayar penyimpanan bahan bakar minyak (BBM) kepada PT Orbit Terminal Merak. 

“Berdasarkan informasi yang beredar di publik, Muhammad Kerry Adrianto Riza diketahui sebagai komisaris perusahaan penyimpanan BBM yang berlokasi di Kelurahan Lebak Gede, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon tersebut. Beredar pula informasi, Muhammad Kerry Adrianto Riza diduga putra dari pengusaha minyak ternama, Muhammad Riza Chalid, yang diketahui memiliki kedekatan dengan Setya Novanto,” kata Direktur Institut Ekonomi Politik Soekarno Hatta (IEPSH) M Hatta Taliwang dalam keterangan tertulis, Minggu, 29 November 2015. 


Jihan Ristiyanti dan Melynda Dwi Puspita berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |