Rangkuman Debut Sekolah Rakyat dari Aceh, Bandung, hingga Surabaya

Banda Aceh, CNN Indonesia --

Pemerintah mulai melaksanakan program Sekolah Rakyat tahun ajaran baru 2025-2026.

Sekolah Rakyat yang merupakan salah satu program unggulan pemerintahan Prabowo demi pendidikan anak tak mampu sudah mulai digelar, Senin (14/7) atau saat dimulainya tahun ajaran baru.

Total ada 63 Sekolah Rakyat di Indonesia yang memulai matrikulasi pada awal pekan ini. Sedangkan 37 lainnya akan menyusul pada akhir bulan.

Dan, berikut beberapa rangkuman pelaksanaan sekolah rakyat hari pertama di berbagai daerah di Indonesia:

Aceh

Sebanyak 275 siswa program Sekolah Rakyat di Aceh antusias masuk perdana tahun ajaran baru 2025/2026 pada Senin kemarin.

Total siswa tersebut dibagi di 3 lokasi sekolah masing-masing 100 orang di SMA Unggul Ali Hasjmy Aceh Besar, 100 di Sentra Darussaadah dan 75 di Kabupaten Aceh Selatan.

Pantauan CNNIndonesia.com di SMA Unggul Ali Hasjmy, sebelum masuk ke ruang sekolah para siswa di tes kesehatan seperti pemeriksaan mulut, gigi, telinga, tes penglihatan dan tes kesehatan lainnya.

Siswa Sekolah Rakyat yang jenjang SMA tampak masih menggunakan seragam SMP mereka, karena seragam untuk tingkat SMA belum dibagikan sekolah di hari perdana masuk.

Seorang siswa, Lina Anjania, mengaku senang karena bisa masuk Sekolah Rakyat tanpa biaya apapun.

Lina merupakan anak berprestasi di sekolah menengah pertama (SMP) sebelumnya dan selalu mendapat rangking 2. Ayahnya berprofesi sebagai nelayan dan ibunya penjaga kios kecil-kecilan di Meunasah Mon, Aceh Besar.

"Sangat senang karena bisa menerima kami, kalau kita ke sekolah umum kan harus bayar, ini alhamdulillah saya bisa masuk," kata Lina.

Dia mengaku mendapat info soal program Sekolah Rakyat dari pendamping PKH yang mendaftarkan namanya untuk bisa bersaing masuk di program tersebut.

"Info awal dari pendamping PKH di gampong (desa)," katanya.

Kepala Sekolah Rakyat di SMA Ali Hasjmy, Seri Amalia mengatakan di sekolah tersebut akan menerapkan kurikulum yang membentuk karakter, peningkatan skill dan keterampilan yang didukung dengan ekosistem digital.

Untuk tenaga pengajar berjumlah 17 orang, 10 orang wali asuh dan 2 wali asrama. 100 siswa dibagi ke dalam 4 rombongan belajar dan setiap kelas berisi 25 orang.

Bandung

Untuk di Kota Bandung, Jawa Barat, ada dua lokasi yang dijadikan tempat untuk sekolah rakyat yakni Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 9 Kota Bandung yang sebelumnya merupakan Gedung Wyataguna yang digunakan bagi yang disabilitas dan sekolah rakyat Poltekesos.

Untuk di SMPR 9, ada 50 peserta didik yang ikut dalam program ini. Mereka merupakan, siswa yang melanjutkan pendidikan dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama.

Kepala SRMP 9 Kota Bandung, Setia Nugraha mengatakan, para peserta didik saat ini akan mengikuti massa pengenalan lingkungan sekolah yang akan digelar selama lima hari. Untuk akhir pekan para siswa diperbolehkan untuk pulang.

Adapun tambahan pendidikan yang ada di SMPR 9 Kota Bandung, para peserta didik akan diajarkan kemandirian dengan harapan adanya perubahan karakter pada peserta didik.

"[Pelajar] Akan dididik dalam karakter, kasih sayang, sesuai dengan harapan dari pemerintah. Mereka seperti itu akan menjadi anak-anak yang unggul," ujarnya.

Dari 50 peserta didik, diketahui 30 di antaranya siswa pria dan 20 siswa perempuan. Mereka terdaftar di sekolah rakyat berdasarkan data Kemensos keluarga miskin ekstrem sesuai dengan DTSEN.

"(Untuk peserta didik yang di SMPR 9 Kota Bandung) merupakan pelajar dari Kota Bandung. Hari ini masuk MPLS. Jadi masa pengenalan sekolah, lingkungan sekolah. Untuk hari ini langsung asrama. Beres dari sini langsung asrama," kata dia,

Sementara itu, salah seorang orang tua siswa, yakni Endah (48) warga Kota Bandung mengaku senang anaknya dapat masuk ke SMPR 9 Kota Bandung.

Endah mengaku tidak langsung mendaftarkan anaknya ke SMPR 9 Kota Bandung. Namun ia mengakui telah didatangi oleh petugas dari Kementrian Sosial, yang menyatakan anaknya terpilih masuk untuk melanjutkan pendidikan di SMPR 9 Kota Bandung.

"Saya mendukung 100 persen. Sekolah ini bagus, semoga maju dan bisa anak-anak bisa mandiri. Jadi nggak tergantung sama orang tua. Jadi Alhamdulillah anak saya terpilih di sekolah ini," ungkap Endah.

Surabaya

Sekolah Rakyat (SR) Menengah Atas di Surabaya yang telah melaksanakan kegiatan awal pekan ini adalah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Pada hari pertama, siswa menunjukkan semangat dan antusiasme tinggi saat mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Sesuai aturan Dinas Pendidikan Jawa Timur, siswa tidak wajib mengenakan seragam SMA. Sehingga, mereka masih memakai seragam SMP, putih-biru.

Koordinator SR Unesa, Mufarrihul Hazin menyampaikan seluruh fasilitas, seperti ruang kelas, perpustakaan, ruang guru hingga asrama telah siap 100 persen untuk digunakan.

Pihaknya juga membuka akses ke berbagai laboratorium Unesa dan fasilitas olahraga seperti kolam renang, jika dibutuhkan siswa SR.

Dari sisi pengelolaan, Farrih menegaskan bahwa tenaga pendidik dan pengasuh di SR telah direkrut langsung oleh Kementerian Sosial. Mereka sebelumnya adalah pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang berpengalaman.

Pada kesempatan itu, Novi, salah satu orang tua siswa asal Pandegiling, Surabaya, tak bisa menyembunyikan haru saat melepas anak pertamanya tinggal di asrama SR. Namun ia ikhlas, karena ini merupakan kesempatan emas demi masa depan anaknya.

"Bismillah, semoga anak saya betah di sini. Mudah-mudahan ke depannya bisa berguna bagi bangsa," ujarnya.

"Saya ini orang tua tunggal. Dua anak saya sekarang masuk Sekolah Rakyat. Alhamdulillah, sangat terbantu," ucapnya.

Salah satu siswa, Chovivil Naila Ikhasani (15) asal SMP Brawijaya 2 Surabaya menyambut SR ini dengan semangat. Sebagai anak, dirinya juga ikut merasa senang karena biaya sekolah telah ditanggung pemerintah.

"Awalnya deg-degan, tapi senang dapat teman baru. Dulu mau masuk [SMA] swasta tapi tidak ada biaya, sekarang masuk sini jadi meringankan orang tua," katanya.

Diketahui, sebanyak 12 Sekolah Rakyat di Jatim resmi melaksanakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Total siswa pada tahap 1A ini mencapai 1.183 anak.

12 lokasi SR itu tersebar di Kota Batu, Kota Malang, Lamongan, Kabupaten Mojokerto, Banyuwangi, Kabupaten Pasuruan, Surabaya, Jombang, Kediri, Pacitan, dan Kota Probolinggo.

(dra/csr/frd/kid)