Rano Karno Ingin Jakarta Punya Festival Film Sendiri: Kalah dengan Bandung

2 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur Jakarta terpilih, Rano Karno, menaruh perhatian pada industri perfilman Jakarta. Saat menghadiri acara Malam Insan Film Menuju Jakarta Global Kota Sinema yang digelar pada Selasa, 4 Februari 2025 di Balai Agung, Balai Kota Pemprov Jakarta, ia mengungkapkan keinginannya untuk membangun Festival Film Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya sebetulnya ingin sekali membuat Festival Film Jakarta. Karena Jakarta kalah dengan Festival Film Bandung,” ucap Rano. Sebelum terjun ke politik, Rano Karno lebih dulu dikenal sebagai ikon perfilman Indonesia. Namanya melekat dalam ingatan banyak orang lewat peran Si Doel dalam Si Doel Anak Sekolahan (1994), sebuah serial yang juga mencerminkan kehidupan masyarakat Betawi.

Kini, sebagai pemangku kebijakan, Rano berencana merancang konsep festival ini setelah resmi dilantik. Ia menyinggung bagaimana pandemi COVID-19 memberikan peluang bagi industri film lewat program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). “Waktu itu film mendapat subsidi besar, sampai 150 miliar. Tidak terserap semua, hanya sekitar 70 miliar. Tapi yang saya percaya adalah jumlah penonton film di Indonesia luar biasa,” ungkapnya. 

Kendala Jakarta Menjadi Kota Sinema 

Selain festival film, Rano juga ingin menjadikan Jakarta sebagai kota sinema yang masuk dalam peta perfilman global. Ia menyoroti berbagai kendala dalam produksi film di Jakarta, termasuk biaya produksi akibat mahalnya perizinan syuting di ruang publik. Politikus PDIP itu membandingkan kondisi tersebut dengan Belanda. 

“Saya jauh lebih murah menyewa Schiphol Airport di Belanda, daripada menyewa Bandara Soekarno-Hatta. Saya menggunakan trem di Belanda, hanya membayar 2.000 euro satu tahun. Tapi kalau mau syuting MRT di Jakarta? Mahalnya,” ujarnya. Ia juga menyoroti kebijakan pajak yang lebih mendukung industri film di luar negeri. “Di Belanda, kalau syuting di sana, produksi bahkan pajaknya dikembalikan,” kata Rano menambahkan.

Ia menilai, perlu ada pemikiran ulang tentang kebijakan perfilman di Jakarta agar lebih ramah bagi para pembuat film. Rano mengajak semua pihak dalam memaksimalkan fasilitas transportasi publik Jakarta seperti MRT, LRT, dan TransJakarta untuk mendukung industri film.

Potensi Industri Film dan Peran Perbankan 

Rano juga menyoroti tantangan finansial yang dihadapi industri perfilman Tanah Air. Ia menyinggung bagaimana bank di Indonesia masih enggan memberikan kredit bagi produksi film. “Hampir semua bank di Indonesia ini tidak sanggup memberikan kredit untuk produksi film,” ungkapnya.

Ia menyebut kesuksesan film KKN di Desa Penari (2022) yang meraih lebih dari 10 juta penonton dengan pendapatan sekitar Rp 210 miliar, sementara biaya produksinya hanya Rp 15 miliar. Film Agak Laen (2024) juga mencatat pendapatan hampir Rp 200 miliar dari 9 juta lebih penonton. “Dari 20 film terlaris di Indonesia saja, penghasilannya lebih dari Rp 2 triliun. Apakah tidak ada Bank di Jakarta yang mau memberikan kredit?” ujar Rano.

Malam Insan Film Menuju Jakarta Global Kota Sinema merupakan bagian dari rangkaian Festival Film Tempo yang digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), pada 5 Februari 2025. Acara ini dihadiri oleh jajaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Budaya, Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta terpilih, Pemprov Jakarta, serta insan perfilman Tanah Air. 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |