
YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Cara unik dilakukan oleh Pemkot Yogyakarta untuk mencegah kiriman sampah dari wilayah hulu agar tak mencemari aliran sungai di wilayah kota. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta memasang alat penghadang sampah atau floating trash barrier di sejumlah titik strategis di Sungai Code dan Winongo.
Dilansir dari laman resmi Pemkot Yogyakarta, Langkah ini dilakukan sebagai upaya penyelamatan lingkungan dan memudahkan proses pembersihan sampah oleh petugas ulu-ulu sungai. Kepala Bidang Perencanaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup DLH Kota Yogyakarta, Very Tri Jatmiko, mengatakan total ada empat titik pemasangan trash barrier, masing-masing dua titik di Sungai Code dan dua titik di Sungai Winongo.
“Untuk Code kita pasang di utara Jembatan Sardjito (wilayah hulu) dan di selatan Jembatan Sayidan (wilayah tengah). Sementara di Winongo kita pasang di Kali Buntung (hulu) dan Pringgokusuman (tengah),” ujar Very saat dikonfirmasi, Senin (16/6/2025).
Namun pemasangan di beberapa titik masih bersifat dinamis, terutama saat terjadi hujan deras. Very menjelaskan, salah satu trash barrier di hulu Winongo sempat hanyut terbawa arus deras hingga ke wilayah Bantul. Untuk mengantisipasi kerusakan, trash barrier pun sempat dilepas sementara saat debit air tinggi.
Berbeda dengan lokasi lain, trash barrier yang terpasang di bagian tengah Sungai Code, tepatnya di selatan Jembatan Sayidan, masih tetap dipasang hingga kini karena arus air relatif lebih stabil.
“Trash barrier ini sangat membantu dalam menjaring sampah agar tidak menyebar ke sepanjang badan sungai. Dengan begitu, kerja petugas ulu-ulu menjadi jauh lebih efektif dan efisien,” jelasnya.
Efektivitas alat tersebut terbukti dengan meningkatnya volume sampah yang berhasil dibersihkan. Sebelum trash barrier dipasang, volume sampah di Sungai Code yang dikumpulkan petugas rata-rata hanya sekitar 95 kilogram per hari. Namun sejak pertengahan Mei 2025, setelah alat itu terpasang, volume yang terangkut melonjak menjadi sekitar 200 kilogram per hari.
Sampah yang terjaring dikumpulkan setiap hari dan dibawa ke depo sampah yang telah ditentukan. DLH juga rutin melakukan edukasi kepada warga sekitar agar turut menjaga dan merawat keberadaan alat tersebut.
Dari evaluasi awal, trash barrier di Sungai Code juga berperan menekan volume sampah yang biasanya terbawa hingga ke Dam Surokarsan.
“Ini baru tahap awal. Kita pasang di Code dan Winongo karena dua sungai ini paling banyak membawa sampah ke kota. Ke depan, target kami seluruh sungai di Kota Yogyakarta akan dilengkapi dengan trash barrier, termasuk Gajah Wong dan Manunggal,” imbuh Very.
Sebelumnya, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan pentingnya menjaga lingkungan kota tetap bersih agar masyarakat hidup lebih sehat. Ia menekankan bahwa pemasangan trash barrier adalah bentuk komitmen tegas untuk menahan sampah dari luar kota masuk ke aliran sungai di Yogyakarta.
“Kita pasang barrier di hulu karena kita tidak mau air dari Sleman yang membawa sampah masuk ke kota. Dengan ini, kita bisa tahu mana sampah kiriman dan mana yang dari warga kota. Jadi, kalau ada sampah di sungai, berarti jelas itu sampah kita sendiri. Kita harus tegas,” tegas Hasto.
DLH Kota Yogyakarta juga sudah memasang papan imbauan dan melakukan sosialisasi, baik secara langsung maupun melalui media sosial, agar masyarakat semakin sadar pentingnya menjaga kebersihan sungai. [*]
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.