Sebelum Daftar Rekrutmen Bersama 2025, Cek Deretan BUMN yang Merugi sebagai Referensi

5 hours ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Periode melamar Rekrutmen Bersama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan berakhir pada Senin, 16 Maret 2025. Masyarakat yang berminat mendaftar dapat membuat akun hingga melamar di laman Forum Human Capital Indonesia (FHCI) rekrutmenbersama2025.fhcibumn.id/home.

Untuk melihat daftar lowongan pekerjaan Rekrutmen Bersama BUMN 2025 yang tersedia, calon pelamar dapat mengakses laman rekrutmenbersama2025.fhcibumn.id/career. Bagi masyarakat yang belum mengetahui BUMN yang akan dituju dapat mempertimbangkan perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan sehat agar memberikan peluang stabilitas karier jangka panjang. Lantas, apa saja BUMN yang merugi? 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Deretan BUMN Rugi

Pada akhir 2024, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan ada tujuh BUMN yang masih merugi. Hal tersebut, menurut dia, membuat kementeriannya harus bekerja keras untuk memperbaiki perusahaan-perusahaan dengan kinerja keuangan rendah. “Dari 47 BUMN, sekarang ada 40 BUMN itu sehat, 85 persen. Ada 7 yang rugi,” kata Erick dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi VI DPR RI di Senayan, Jakarta, Senin, 4 November 2024. 

Adapun tujuh perusahaan yang dimaksud, yaitu PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Bio Farma (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika, PT Waskita Karya Tbk, PT Asuransi Jiwasraya (Persero), Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas), dan Perusahaan Umum Percetakan Negara Republik Indonesia (Perum PNRI). 

Terbaru, izin usaha Jiwasraya resmi dicabut oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pencabutan tersebut diatur dalam surat Keputusan Anggota Dewan Komisioner OJK Nomor KEP 9/D.05/2025 per tanggal 16 Januari 2025 dan diumumkan di laman resmi OJK pada Rabu, 20 Februari 2025. Berikut profil enam BUMN yang merugi: 

1. Krakatau Steel

Melansir laman Krakatau Engineering, Krakatau Steel didirikan pada 31 Agustus 1970. Perusahaan tersebut dicanangkan pertama kali sebagai Proyek Besi Baja Trikora oleh Presiden ke-1 RI Sukarno. Namun Krakatau Steel mulai beroperasi sejak 1977 dan menjadi produsen baja terbesar di Indonesia. 

Mengutip Antara, berdasarkan Laporan Keuangan Tahun Buku 2023, beban keuangan Krakatau Steel masih tinggi, yaitu US$ 129,59 juta atau sekitar Rp 2 triliun dan rugi selisih kurs senilai US$ 9,62 juta atau Rp 148,48 miliar. Dengan demikian, perseroan mencatatkan rugi bersih tahun berjalan senilai US$ 131,6 juta atau Rp 2,03 triliun. 

2. Bio Farma

Terkait Bio Farma, Erick Thohir menyatakan, kendala yang dihadapi adalah lantaran perusahaan mendapatkan penugasan pengadaan Vaksin Merah Putih Covid-19 serta masalah fraud yang dihadapi anak usahanya, yaitu PT Indo Farma Tbk. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sempat mengungkap korporasi terbebani senilai Rp 9,13 miliar dalam pengembangan vaksin. 

Kemudian, Majalah Tempo edisi Ahad, 15 Oktober 2023 menyebutkan rugi tahun berjalan Indofarma pada kuartal pertama 2023 mencapai Rp 61,7 miliar. Selama tiga tahun berturut-turut masa pandemi pada 2020-2022, Indofarma juga merugi sebesar Rp 3,6 miliar, Rp 37,5 miliar, dan Rp 424,4 miliar. 

3. Wijaya Karya

Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan perusahaannya masih merugi pada 2023 akibat proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh. Dia menuturkan kerugian tersebut memaksa emiten berkode saham WIKA itu menerbitkan obligasi. 

Selain beban bunga, dia mengungkapkan Wijaya Karya juga tertekan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang merugi. PSBI merupakan anak usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI yang mempunyai mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebesar 60 persen, sedangkan Wika mengantongi 38 persen saham PBSI. “Kami itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dari penyertaan saja sudah Rp 6,1 triliun. Kemudian yang masih dispute sekitar Rp 5,5 triliun, sehingga hampir Rp 12 triliun,” ucap Agung dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin, 8 Juni 2024. 

Agung menuturkan Wijaya Karya membukukan kerugian Rp 7,12 triliun pada 2023. Angka tersebut meningkat dari 2022 sebesar Rp 59,59 miliar atau 11,86 persen. Beban perseroan turut membengkak yang terdiri dari beban lain-lain menjadi Rp 5,4 triliun atau naik 310,14 persen. Sementara beban keuangan pada 2024 membesar Rp 3,2 triliun atau naik 133,7 persen. 

4. Waskita Karya

Pada kuartal III 2024, Waskita Karya mencatatkan kerugian sebesar Rp 3 triliun. Di tahun yang sama, Waskita Karya berupaya melakukan penyembuhan dengan menandatangani master restructuring agreement (MRA) atau restrukturisasi senilai Rp 26,3 triliun dengan 21 kreditur dari lembaga perbankan. 

5. Perumnas

Melihat Laporan Keuangan Perumnas Tahun 2023, perusahaan mencatatkan rugi tahun berjalan sebesar Rp 95,96 miliar pada 2023. Sementara rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau rugi bersih sebesar Rp 100 miliar. 

6. PNRI

Terkait PNRI, Menteri BUMN Erick Thohir menyebut bisnis percetakan menghadapi kesulitan di era seperti sekarang. “Terakhir, PNRI ini percetakan, sekarang terbukanya market ini mulai kalah bersaing, ini salah satu yang akan kita restrukturisasi seperti apa mengenai PNRI,” ujarnya. 

Michelle Gabriela, Oyuk Ivani S, Rizki Dewi Ayu, Riri Rahayu, Khairul Anam, Adil Al Hasan, Martha Warta Silaban, dan Vivia Agarta F berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |