TEMPO.CO, Jakarta - Dua jurnalis CNN Indonesia, AM dan YA, mengalami doxing atau doksing dan komentar kebencian usai meliput aksi Indonesia Gelap yang digelar aliansi mahasiswa di sejumlah daerah baru-baru ini. Doksing yang terjadi pada Jumat, 21 Februari 2025 tersebut diduga dilakukan buntut media tersebut dinilai menayangkan berita tidak berimbang.
“Sebagian wartawan ini sekarang menjadi sasaran doxing, dibuka identitasnya, jadi sasaran kebencian dan terancam keselamatannya karena tuduhan palsu,” demikian pernyataan CNN Indonesia, diunggah lewat akun X, Sabtu, 22 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kasus ini menambah deretan doxing yang menyasar wartawan maupun aktivis. Beberapa waktu lalu, kejadian doxing juga menimpa peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Diky Anandya. Aktivis antikorupsi itu diungkap identitasnya karena menanggapi soal Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi masuk nominasi tokoh terkorup versi OCCRP.
Jauh hari sebelum itu, sejumlah wartawan, termasuk jurnalis Tempo juga menjadi korban doxing. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kerahasiaan data pribadi orang lain terbilang rendah. Padahal perbuatan ini termasuk kejahatan siber dan melanggar aturan perundang-undangan.
Berikut sederet kadus doxing yang menimpa jurnalis dan aktivis:
Jurnalis Tempo Ika Ningtyas dan Zainal Ishaq
Ika Ningtyas dan Zainal Ishaq, jurnalis Tempo dan pemeriksa fakta Tempo.co mengalami doxing saat menjalankan pekerjaannya pada 2020 lalu. Kasus bermula ketika CekFakta Tempo menerbitkan 4 artikel hasil verifikasi terhadap klaim dokter hewan M. Indro Cahyono terkait Covid-19 sejak April hingga Juli 2020.
Verifikasi dilakukan karena unggahan Indro di media sosial menjadi viral. Hasil cek fakta menunjukkan bahwa klaim mengenai Covid-19 oleh Indro tidak benar 100 persen sehingga dapat menyesatkan pemahaman publik. Keempat artikel ini ditulis bergantian oleh jurnalis pemeriksa fakta Tempo, Ika dan Zainal, yang juga anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Salah satunya adalah artikel CekFakta 29 Juli 2020 berjudul “Benarkah Tes PCR Tak Bisa Bedakan Terpapar dan Terinfeksi serta Virus Hidup dan Virus Mati?”. Artikel ini ditanggapi oleh akun Nurul Indra pada 31 Juli dengan menulis narasi di dindingnya bahwa isi artikel Zainal “ngawur” dan “keliru”. Pada bagian akhir narasi, akun itu menulis agar Indro melaporkan Zainal dan menuntut Tempo.
Pada hari yang sama, akun Indro melakukan doxing dengan membagikan foto Zainal yang diambil dari foto profil Facebooknya, serta tangkapan layar artikel-artikel Cekfakta Tempo yang mendebunk klaimnya tentang Covid-19. Di unggahan itu, akun Indro juga menulis narasi berjudul “Lawan Teroris Wabah”. Isinya mengkaitkan tulisan-tulisan Zainal sebagai bagian dari teroris wabah.
Keesokan harinya, Sabtu 1 Agustus 2020, Indro kembali melakukan doxing dengan membagikan foto Zainal dan Ika yang diambil dari foto profil FB dengan narasi sebagai jurnalis penyebar ketakutan. Akun Indro kembali melakukan doxing dengan menulis “Zainal Dewa Pandemi Virus Dunia” pada Minggu, 2 Agustus 2020 dengan menyertakan foto Zainal.
Jurnalis Liputan6.com Cakrayuri Nuralam
Jurnalis Liputan6.com Cakrayuri Nuralam menjadi salah satu wartawan yang mengalami doxing dalam kurun beberapa tahun terakhir. Kejadiannya pada September 2020, data diri pribadi Cakrayuri disebarluaskan untuk tujuan merisak. Selain Doxing ia juga mendapat teror dari orang tak dikenal di media sosial.
Penyebab doxing itu berawal saat korban membuat konten berita cek fakta, yang isinya membantah isu politisi PDI Perjuangan Arteria Dahlan adalah cucu dari pendiri Partai Komunis Indonesia atau PKI di Sumatera Barat. Berita tersebut dimuat di Liputan6.com pada 10 September 2020.
Setelah pemberitaan itu, akun media sosial tak dikenal mulai menyerang Cakrayuri dengan menerornya di dunia maya. Serangan itu dilancarkan oleh akun Instagram @d34th.5kull dengan cara menampilkan foto-foto pribadi korban diunggah tanpa meminta izin.
Akibat peristiwa ini, korban merasa dirugikan dan mengalami guncangan mental. Pihak Liputan6.com kemudian membuat laporan ke Polda Metro Jaya atas doxing yang dialami jurnalisnya. Laporan polisi itu tertuang pada LP/5604/IX/YAN.2.5./2020/SPKT PMJ.
Jurnalis Bisnis Indonesia Ni Luh Anggela
Pada Juni 2024, seorang jurnalis Bisnis Indonesia, Ni Luh Anggela juga menjadi korban doxing. Pelaku membagikan data pribadi korban berupa tangkapan layar dari akun media sosial yang memuat foto dan nama lengkap korban melalui sebuah unggahan di akun Instagram-nya.
Dikutip dari laman AJI, dalam unggahan itu pelaku membuat narasi yang menuduh korban memproduksi produk jurnalistik dengan data yang dimanipulasi. Korban mulanya menulis sebuah artikel di kanal ekonomi Bisnis.com mengenai data kenaikan nilai impor produk dari Israel ke Indonesia. Artikel tersebut terbit pada 20 Juni 2024.
Pelaku kemudian mengunggah konten yang mempertanyakan isi artikel itu pada Selasa, 25 Juni 2024. Unggahan itu memuat lima buah konten berupa tangkapan layar berikut narasi dari pelaku. Pelaku menuding data yang digunakan tidak valid, sembari melampirkan tangkapan layar dari laman media sosial korban.
Peneliti ICW Diky Anandya
Peneliti ICW Diky Anandya mendapatkan pengalaman tidak mengenakkan lantaran data pribadinya seperti nomor telepon, alamat kediaman, hingga titik koordinat domisilinya disebar ke publik. Kejadian itu terjadi pada awal Januari lalu setelah ICW menyebut Jokowi yang terdaftar sebagai nominasi tokoh terkorup versi Organize Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).
Diky, yang merupakan peneliti isu hukum dan kriminal, disebut mendapatkan pesan berantai hingga ancaman penghilangan nyawa. ICW bersama Tim Advokasi untuk Demokrasi (TAUD) telah melaporkan doxing yang dialami oleh salah satu penelitinya itu ke Badan Reserse Kriminal Polri. Mereka mendatangi Mabes Polri pada Senin pagi, 13 Januari 2025.
“Masuknya nama Presiden Jokowi dalam OCCRP itu, direspons oleh peneliti ICW lewat siaran pers. Kemudian langsung bersambut dengan upaya doxing seperti itu,” kata Koordinator Divisi Kampanye Publik ICW, Tibiko Zabar saat ditemui di lobi Bareskrim Polri, Jakarta.
Jurnalis CNN Indonesia, AM dan AY
Teranyar adalah AM dan AY, jurnalis CNN Indonesia. Doksing terhadap AM bermula saat laporannya berjudul “CCTV Dirusak Saat Aksi Indonesia Gelap di Patung Kuda” diunggah CNN Indonesia dalam akun X, @CNNIndonesia pada 21 Februari 2025 pukul 18:50 WIB. Tak lama berselang, unggahan itu ditanggapi oleh akun @Budi********** di hari yang sama pukul 20:00 WIB.
“Kalo ga dirusak tar muka yang keliatan dicidukinnampe rumah, CNN t*i udah 2 berita tendensius ke pendemo semua nih n*****t,” tulis akun tersebut.
Tanggapan itu kemudian dibalas oleh pengguna lain dengan nama akun @Ruteman. Akun tersebut membagikan tangkapan layar judul laporan AM serta tangkapan layar identitas sang wartawan di akun LinkedIn. Juga sebuah tangkapan layar yang menampilkan foto profil LinkedIn milik AM hasil penelusuran via Google Images.
Sedangkan YA terkena doxing buntut tulisannya berjudul “Indonesia Gelap Ricuh, Aparat Dilempari Bom Molotov di Patung Kuda.” Laporan itu diunggah CNN Indonesia di akun X pada 21 Februari 2025 pukul 19:14 WIB. Beberapa waktu kemudian, unggahan itu ditanggapi oleh akun @mim******* pada pukul 23:34 WIB. Akun tersebut menyertakan tangkapan layar profil LinkedIn sang wartawan.
“Ada yg mau silaturahmi sama news developer-nya?” tulis akun tersebut.
CNN Indonesia dituding tak berimbang
Berdasarkan ulasan Pusat Studi Media dan Komunikasi Remotivi, sejumlah pemberitaan CNN Indonesia dinilai mem-framing negarif ihwal aksi Indonesia Gelap. Menyertakan tangkapan layar sejumlah judul berita dalam unggahan di X, sederet warta menurut Remotivi dalam kajian media oleh Douglas M. McLeod disebut sebagai “protest paradigm”.
“Yaitu pola khas dalam pemberitaan media arus utama yang menampilkan protes sosial secara negatif, gak serius, dan membingkai aksi dengan nada meremehkan,” tulis akun @remotivi dalam takarir unggahan pada Sabtu, 22 Februari 2025.
Adapun tangkapan judul berita tersebut secara garis besar mengabarkan ihwal aksi yang diwarnai kericuhan. Di antaranya “Aksi Indonesia Gelap di Bandung, Massa Lempar Batu dan Petasan”, “Demo di Makassar Ricuh, Pengendara-Mahasiswa Saling Lempar”, dan “Ricuh Aksi ‘Indonesia Gelap’ di Makassar, Polisi Amankan 6 Orang”.
Ulasan tersebut ditanggapi pihak CNN Indonesia. Lewat pernyataan yang disampaikan di X pada Sabtu, 22 Februari 2025, Pemimpin Redaksi CNN Indonesia Titin Rosmasari membantah medianya berat sebelah. Pihaknya menyatakan tudingan mendukung salah satu pihak dalam aksi demo, apalagi mendapat keuntungan finansial dengan pemberitaan tersebut adalah fitnah.
“Puluhan berita ini muncul karena jurnalis CNN Indonesia ada di lokasi, mendengar, melihat, merasakan langsung situasi lapangan. Sebagian wartawan ini sekarang menjadi sasaran doxxing, dibuka identitasnya, jadi sasaran kebencian dan terancam keselamatannya karena tuduhan palsu,” demikian pernyataan CNN Indonesia.
CNN Indonesia menyayangkan tudingan tersebut justru muncul dari Remotivi. CNN Indonesia menyatakan unggahan Remotivi lebih mirip sebagai pembunuhan karakter ketimbang upaya untuk menakar independensi media. CNN Indonesia juga mempertanyakan studi komprehensif terkait seluruh pemberitaan mereka serta perimbangan dengan pemberitaan media arus utama lainnya.
“Dalam iklim industri jumalistik yang berat dan berguguran, tuduhan tanpa dasar riset cukup ini seperti dialamatkan sebagai upaya mematikan kredibilitas CNN Indonesia,” kata Titin.
Di sisi lain, setelah menuai beragam respons, Remotivi kemudian memutuskan menghapus salah satu utas dalam postingan soal sejumlah pemberitaan CNN Indonesia tersebut. Alasannya, mereka menilai ada pernyataan yang tidak tepat dalam takarir. Pihak Remotivi lantas menyampaikan permintaan maaf kepada CNN Indonesia.
“Kami menurunkan salah satu twit di utas ini karena ada kata-kata yang tidak tepat dalam situasi ini. Untuk itu kami meminta maaf pada @CNNIndonesia. Semoga kritik ini diterima dengan baik untuk melanjutkan perjuangan teman-teman aksi melalui karya jurnalistik,” tulis Remotivi.
Alif Ilham Fajriadi dan M Julnis Firmansyah berkontribusi dalam penulisan artikel ini.