TEMPO.CO, Solo - Pelaku industri perhotelan saat ini harus melakukan berbagai terobosan untuk menyiasati dampak pemangkasan anggaran pemerintah yang diterapkan melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja Dalam Pelaksanaan APBN dan APBD terhadap operasional usaha mereka. Terutama bagi hotel berbintang yang lebih dari 50 persen pasarnya berasal dari segmen pemerintah.
CEO Azana Hospitality Dicky Sumarsono tak menampik efisiensi anggaran pemerintah memiliki dampak terhadap sektor perhotelan. Namun, ia mengaku persentasenya tidak sebesar yang sering dikira.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan pemantauan terhadap lebih dari 80 hotel dalam jaringan Azana, Dicky menyebut, hanya empat hotel yang tidak mencapai target. Sebagai informasi, Azana Hospitality merupakan jaringan hotel terkemuka di Indonesia dengan lebih dari 80 properti yang tersebar di berbagai kota.
"Efisiensi anggaran pemerintah memang memiliki dampak, tetapi tidak sebesar yang sering dikira. Faktor lain seperti strategi pemasaran, inovasi layanan, pemahaman tentang prioritas customer saat ini, dan daya beli masyarakat juga memiliki peran penting dalam keberlanjutan bisnis hotel," ujar Dicky di Kota Solo, Jumat, 7 Maret 2025.
Dicky mengatakan pasar industri hotel tidak hanya bergantung pada pemerintah. Menurutnya, segmen wisatawan domestik dan mancanegara, acara korporat, serta perjalanan bisnis tetap menjadi kontributor utama dalam tingkat hunian hotel.
"Kami terus melakukan diversifikasi pasar agar tidak terlalu bergantung pada satu sektor saja," tutur dia.
Dicky menambahkan Azana Hospitality menerapkan strategi optimalisasi pendapatan dengan memperluas pangsa pasar melalui segmen korporat, leisure, dan komunitas. Termasuk juga melakukan optimalisasi pendapatan per available space yaitu dengan mengkonversi ruang-ruang kosong 'idle' menjadi venue multifungsi.
"Misalnya untuk co-working space, office rental, wedding venue, private dining room, dan kegiatan khusus keagamaan," ungkapnya.
Di sisi digital, strategi harga yang dinamis mengikuti tren pasar, peningkatan visibilitas di Online Travel Agency (OTA) menggunakan pendekatan super agresif berupa kolaborasi dengan travel influencer dan content creator untuk memperluas ingkauan pasar, serta kampanye digital marketing terus diperkuat.
"Dengan langkah ini, Azana optimistis dapat mempertahankan pertumbuhan positif di tengah kondisi ekonomi yang dinamis," katanya.
Menurut Dicky, mengoptimalkan circle baru, produk baru, layanan baru di bidang Food and Beverage (F&B) untuk disajikan kepada pasar baru. Seperti bisnis hampers, outside catering, membership breakfast and exclusive dining experience, private chef dinner, serta limited dining package with premium segment.
Dengan data yang ada, ia mengatakan, Azana Hospitality tetap optimistid industri perhotelan bisa bertahan dan berkembang dengan strategi yang tepat.
"Kami akan terus beradaptasi, fokus pada market shifting, revenue diversification, dan efisiensi operasional, memperkuat kualitas layanan, menambahkan nilai di experience untuk pelanggan serta menjalin kemitraan dengan berbagai pihak agar bisa menghadirkan pengalaman terbaik bagi para tamu," kata Dicky.
Dampak pemangkasan anggaran terhadap sektor perhotelan juga diakui oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran atau PHRI Kota Solo Joko Sutrisno. Meski demikian, ia mengaku optimistis ada peluang yang dapat digali melalui berbagai event menarik yang diselenggarakan di Kota Solo.
"Penyelenggaraan event-event menarik seperti konser musik atau kolaborasi dengan berbagai pihak bisa menjadi cara meningkatkan revenue saat ini. Dengan event-event tersebut tamu bisa datang dan menginap di hotel-hotel," ungkap Joko.
Menurut Joko, diperlukan kolaborasi antara sektor perhotelan dan pemerintah untuk keberhasilan penyelenggaraan berbagai event tersebut.