Strategi Swasembada Beras Kabinet Merah Putih: Stok Beras hingga Wacana Ekspor

18 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Kabinet Merah Putih dikabarkan tengah menyusun strategi untuk mewujudkan swasembada beras nasional secara konsisten.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebutkan bahwa saat ini Indonesia memiliki stok beras sebesar 3,5 juta ton, jumlah tertinggi dalam 23 tahun terakhir. Namun, stok yang mengendap di gudang Bulog ini masih menunggu arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto mengenai mekanisme penyalurannya.

Menanti Arahan Presiden untuk Penyaluran
Stok beras yang mengendap di gudang Perum Bulog belum disalurkan karena pemerintah menanti momentum panen raya usai, serta arahan langsung dari Presiden Prabowo. Menteri Amran menyebut bahwa dua opsi utama penyaluran adalah melalui bantuan sosial (bansos) atau ekspor ke negara-negara yang membutuhkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau untuk mengeluarkan stok yang ada, itu bisa dalam bentuk bansos, juga ekspor. Dua solusi itu. Kami tunggu perintah,” ujar Amran Sulaiman dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), pada Senin, 5 Mei 2025.

Amran mengatakan, kapan saja ada perintah Prabowo ia akan langsung menindaklanjuti, termasuk untuk ekspor beras. Tapi ia enggan mengungkap apakah telah berlangsung pembicaraan dengan Presiden soal ini.

Pertimbangkan Ekspor ke Negara Lain
Presiden Prabowo sendiri telah memberikan lampu hijau untuk ekspor, seraya menekankan bahwa kebijakan tersebut bukan demi keuntungan semata, melainkan juga atas dasar kemanusiaan. 

"Kalau perlu, atas dasar kemanusiaan, kita jangan terlalu cari untung besar. Yang penting, ongkos produksi, plus angkutan (distribusi), administrasi kembali. Kita buktikan bangsa Indonesia sekarang bukan menjadi bangsa yang minta-minta, tetapi bangsa yang bisa membantu, dan memberi (kepada) bangsa lain,” ucap Prabowo dalam sambutannya saat acara peluncuran Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu, 23 April 2025.

Sejumlah negara, termasuk Malaysia, telah menyampaikan minat untuk mengimpor beras dari Indonesia. Hal ini membuka peluang besar bagi diplomasi pangan Indonesia untuk menunjukkan peran barunya sebagai negara surplus beras.

Penyaluran dan Serapan Produksi Petani
Namun demikian, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengingatkan bahwa ekspor tidak boleh mengganggu cadangan pangan dalam negeri. Ia menyarankan agar ekspor dilakukan hanya setelah stok nasional dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan tahunan yang mencapai sekitar 30,5 juta ton.

“Ya, nanti (penyaluran beras), karena sekarang lagi bicara serap. Kalau sekarang lagi nyerap, kemudian dikirim lagi, nanti beras-beras itu juga yang kembali ke Bulog,” ujar Arief saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa, 29 April 2025.

Jika disalurkan hari ini, Arief mengatakan, harga gabah kering panen (GKP) akan turun. Sebab, produksi petani sedang melimpah. Karena itu, menurut Arief, saat ini adalah waktunya Bulog menyerap beras

Arief juga menyebut bahwa penyaluran beras kepada masyarakat sementara ditunda guna menjaga stabilitas harga gabah di tingkat petani. Saat ini, pemerintah menargetkan penyerapan beras hingga 3 juta ton, untuk kemudian dikalkulasi kembali terkait cadangan hingga akhir tahun.

Strategi Prabowo Subianto terhadap Swasembada Pangan
Prabowo Subianto, mengatakan Indonesia harus bisa memproduksi kebutuhan pangannya sendiri atau swasembada beras. Hal itu jadi salah satu yang disampaikan dalam pidato Presiden Prabowo setelah resmi dilantik.

“Saya telah mencanangkan Indonesia harus segera swasembada pangan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya,” kata Prabowo dalam pidato perdananya di agenda Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden di Kompleks DPR/MPR, Ahad, 20 Oktober 2024.

Menurutnya, swasembada pangan menjadi penting mengingat situasi politik global yang tidak menentu. Indonesia tidak bisa terus-menerus bergantung kepada negara lain untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Perlu ada ketahanan pangan yang mandiri yang dimiliki oleh Indonesia.

Han Revanda, Riri Rahayu, dan Yolanda Agne turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Pilihan editor: Stok Beras 3,51 Juta Ton, Mentan: Lampaui Swasembada Beras 1984

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |