TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa Tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam masih meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia, khususnya seantero Aceh. Peristiwa yang terjadi 20 tahun lalu tersebut memakan ratusan ribu korban tersebut menjadi salah satu bencana alam tsunami terhebat yang pernah terjadi di dunia.
Tsunami Akibat Gempa Berkekuatan 9,3 SR
Peristiwa Tsunami Aceh disebabkan karena terjadinya gempa bumi di dasar laut. Titik gempa yang terjadi saat itu terletak di sebelah barat perairan Aceh. Gempa tersebut menyebabkan getaran dahsyat hingga menggetarkan dasar laut di Sumatra bagian barat daya dengan jarak 20 hingga mencapai 25 kilometer dari pantai. Gempa tersebut hingga kini tercatat sebagai salah satu gempa terhebat dengan besaran 9,3 SR. Dampak dari gempa besar tersebut adalah tsunami yang terjadi tidak lama setelah gempa berlangsung.
Gempa pertama kali terjadi pada pukul 07.59 WIB. Tidak hanya Indonesia, gempa tersebut turut dirasakan dan berdampak pada belasan negara lain. Gelombang tsunami yang muncul langsung menerjang pesisir yang ada di negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan bahkan beberapa negara di Asia Selatan, termasuk di antaranya Sri Lanka, Maldives, hingga wilayah India.
Saking besarnya gelombang tsunami yang ada, wilayah jauh, seperti sejumlah negara di pantai timur Afrika, yakni Somalia dan Seychelles, turut terjangkau ombak besar. Terdapat 303 orang korban jiwa di wilayah tersebut.
Banyak negara yang ikut terkena dampak dari gempa tersebut. Indonesia, terkhusus Aceh, menjadi negara yang terdampak paling besar dari fenomena tersebut hingga muncul penamaan Tsunami Aceh. Dampak Tsunami Aceh 20 tahun silam tersebut paling parah dialami oleh Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Barat, dan Aceh Jaya. Beberapa wilayah lainnya di sebelah timur Aceh, seperti Pidie, Bireuen, dan Lhokseumawe tidak terkecuali.
Ratusan Ribu Korban Terdampak
Gempa berkekuatan melebihi 9 magnitudo ini telah menimbulkan 250 ribu korban jiwa berjatuhan di 11 negara yang turut terdampak. Di Aceh sendiri, ada lebih dari 160 ribu orang dinyatakan meninggal dunia.
Berdasarkan data dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias (BRR Aceh-Nias), sebanyak 93.285 orang dinyatakan hilang. Sementara itu, 500 ribu orang harus kehilangan tempat tinggal dan 750 orang harus kehilangan pekerjaannya akibat rusaknya seluruh fasilitas publik.
Terdapat lebih dari 100 ribu rumah sejauh lima kilometer dari bibir pantai di Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh Jaya, dan Aceh barat harus rusak diterjang ombak tsunami yang datang secara cepat.
Masjid Al Maghfirah Habib Chiek setalah gempa bumi dan tsunami di Aceh Besar, Aceh pada 31 Desember 2004 (kiri) dan lokasi yang sama pada 22 Desember 2024. REUTERS/Kim Kyung Hoon/Willy Kurniawan
Masyarakat yang selamat dan menjadi penyintas tidak lantas terbebas dari penderitaan. Mereka harus menghadapi trauma karena gempa masih terus mengguncang setiap sekitar 20 menit. Tsunami susulan mungkin saja harus mereka hadapi kala itu. Banyak dari mereka yang telah terpisah dengan keluarga saat tsunami telah meluluhlantakkan daratan Aceh. Kondisi tersebut diperparah oleh putusnya saluran komunikasi dan aliran listrik. Para keluarga di luar wilayah Aceh dan wilayah yang terdampak lainnya kesulitan untuk mengetahui kondisi bahwa posisi dari kerabat mereka.
Mayat-mayat korban Tsunami Aceh terhambat untuk dievakuasi karena parahnya kondisi yang ada. Mereka yang cedera dan mengalami luka-luka tidak bisa langsung mendapatkan penanganan sesegera mungkin akibat timpangnya jumlah tenaga medis yang dikerahkan dengan banyaknya korban. Kondisi lingkungan sekitar masih hancur dan belum mendapatkan penanganan. Kesulitan untuk mengevakuasi korban mengalami tantangan atas tertutupnya puing-puing bangunan dan pepohonan yang roboh.
Hal tersebut membuat peristiwa Tsunami Aceh terus dikenang untuk menjadi pelajaran bersama agar duka dan kerusakan yang terjadi tidak lagi dirasakan di kemudian hari. Hari ini 2004, Aceh, Indonesia, dan dunia berduka cita.
Hendrik Khoirul Muhid, M. Ihsan Hurhidayah, dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Aceh Sebelum dan Sesudah Tsunami 30 Meter Menerjang pada 2004
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini