UNS Bersama ELE dan TELFIN Gelar Forum Internasional, Bahas Transformasi Pembelajaran Bahasa Inggris Lewat Teknologi dan AI

2 weeks ago 32

Para pembicara dan peserta “6th International Knowledge Transfer Forum” berfoto bersama usai rangkaian acara di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Senin (5/5/2025) | Foto: Istimewa

SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Masa depan pembelajaran Bahasa Inggris berbasis teknologi dan pendekatan humanistik menjadi fokus dalam “6th International Knowledge Transfer Forum” yang digelar di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Senin (5/5/2025).

Forum internasional yang berlangsung secara hibrida ini berhasil menarik lebih dari 1.000 peserta. Mereka terdiri dari 950 guru dari 65 wilayah di Indonesia yang hadir secara daring, dan 112 guru yang mengikuti secara langsung di Edutorium K.H. Ahmad Dahlan, UMS.

Kegiatan ini terselenggara atas kolaborasi antara Education and Language Experts (ELE), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan TEFLIN, dengan mengangkat tema “Human-centric ELT: Empowering Educators through Collaborative Innovation and Deep Learning”.

Para pembicara “6th International Knowledge Transfer Forum” di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tampak antusias menyimak pertanyaan yang disampaikan oleh peserta | Foto: Istimewa

Salah satu fokus bahasan utama dalam forum ini adalah konsep Informal Digital Learning of English (IDLE) yang diperkenalkan oleh Dr. Ju Seong Lee dari Education University of Hong Kong (EdUHK). IDLE mendorong siswa belajar Bahasa Inggris secara alami melalui aktivitas digital sehari-hari seperti menonton video, membuat podcast, hingga membaca komik digital.

Program ini telah diterapkan sejak 2018 dan terbukti efektif meningkatkan keterampilan komunikasi siswa, bahkan dalam beberapa kasus, durasi berbicara siswa meningkat hingga 143 persen. Di Indonesia, IDLE telah menjangkau lebih dari 8.200 guru melalui pendekatan train-the-trainer dan diterapkan di 12 sekolah percontohan.

“Pembelajaran tidak harus selalu di ruang kelas. IDLE menunjukkan bahwa kegiatan informal dan menyenangkan bisa memperkuat penguasaan Bahasa Inggris,” ujar Dr. Lee, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.

Selain IDLE, forum ini juga menyoroti potensi teknologi Generative AI dalam dunia pendidikan. Dr. Nur Arifah Drajati menjelaskan bahwa AI dapat berfungsi sebagai mitra pembelajaran yang adaptif, alat asesmen fleksibel, hingga media pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis dan kolaborasi.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa AI tetap tidak memiliki sisi emosional. “AI bisa punya otak, tapi tidak punya hati. Di sinilah peran guru sebagai pendidik yang empatik dan humanis tidak bisa digantikan,” tegasnya.

Forum ini turut membahas tantangan nyata yang dihadapi para guru di lapangan, seperti keterbatasan infrastruktur digital dan kesenjangan literasi teknologi. Para pembicara mendorong pentingnya integrasi teknologi yang cerdas, etis, dan tetap mengedepankan peran manusia.

Acara ini juga mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 4 tentang Pendidikan Berkualitas, SDG 10 tentang Pengurangan Kesenjangan, serta SDG 17 tentang Kemitraan Global.

Melalui semangat care, innovation, and sustainability, forum ini memperkuat kolaborasi lintas institusi dan negara dalam mencari solusi pendidikan yang kontekstual dan inklusif. UMS sebagai tuan rumah dinilai berhasil menghidupkan ruang dialog internasional yang memberi dampak konkret bagi masa depan pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia. [Redaksi]

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |