Wamenlu Arif Havas Sebut Hasjim Djalal Ahli Hukum Laut Tak Tertandingi

3 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno mengenang mendiang diplomat senior sekaligus pakar hukum laut Hasjim Djalal. Dia menyatakan bahwa tidak ada lagi ahli hukum laut di Indonesia yang bisa menandingi keahlian dan pengalaman Hasjim.

"Tidak ada (tandingannya)," kata Wamenlu Arif saat ditemui dalam seminar bertajuk "Menyatukan Nusantara, Menginspirasi Dunia" yang membahas mendiang Hasjim Djalal di kantor Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Jakarta Pusat, pada Selasa, 25 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arif berpendapat bahwa dua jenis ahli hukum laut. Pertama, ahli hukum laut yang terlibat dalam perundingan Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1982. Kedua, ahli hukum laut yang belajar di luar perundingan tersebut. 

Menurut Arif, sudah banyak pakar hukum Indonesia yang telah belajar hukum laut di luar perundingan Konvensi Hukum Laut PBB. Mereka, jelas Arif, memilih menjadi praktisi hingga akademisi di kampus. 

Di sisi lain, Arif menyampaikan bahwa sedikit ahli hukum yang benar-benar terlibat dalam Konvensi Hukum Laut PBB di Montego Bay, Jamaika pada 6 Desember 1982. Selain Hasjim Djalal, Arif menyebut salah satu tokoh penting dalam perundingan itu ialah ahli hukum Universitas Padjadjaran sekaligus mantan Menteri Kehakiman Mochtar Kusumaatmadja. 

"Yang lainnya sudah almarhum semua," ujarnya. 

Hasjim Djalal, diplomat senior sekaligus ahli hukum laut Indonesia yang diakui secara internasional, berpulang di usia 90 tahun di Jakarta pada Minggu, 12 Januari 2025. Hasjim Djalal mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 16:40 WIB dan dikelilingi oleh istri, anak, cucu serta saudara-saudara. 

Anak kedua Hasjim Djalal juga seorang diplomat dan mantan wakil menteri luar negeri RI Dino Patti Djalal. Hasjim memiliki karier yang cukup cemerlang. Ia juga dikenal sebagai sosok pionir diplomasi Indonesia yang mampu menaikkan citra bangsa di mata dunia. Ia pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1981-1983.

Kemudian pada 1983-1985 ia mengabdikan dirinya sebagai Duta Besar RI untuk Kanada dan pada 1990-1993 menjadi Duta Besar RI di Jerman. Hasjim diketahui menjadi salah satu diplomat Indonesia yang berperan dalam penyusunan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) yang disahkan pada tahun 1982.

Menurut keterangan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Hasjim Djalal bersama menteri luar negeri RI kala itu, Mochtar Kusumaatmadja. Ia memperjuangkan gagasan negara kepulauan serta wawasan nusantara, sebagaimana diamanatkan Deklarasi Juanda, supaya diakui komunitas internasional.

Semasa hidupnya, Hasjim Djalal banyak berkarya melalui peluncuran buku dan mengabdi untuk Indonesia. Ia menulis buku Indonesian Struggle for the Law of the Sea (1979), Indonesia and the Law of the Sea (1995) dan Preventive Diplomacy in Southeast Asia: Lesson Learned (2003).

Setelah pensiun, ia masih aktif menulis buku dan artikel di berbagai media dan menjadi pembicara di berbagai forum tentang masalah hukum laut internasional. Sang putra, Dino Patti Djalal, meneruskan jejak hidup ayahnya sebagai diplomat ulung, dengan menjadi Duta Besar Berkuasa Penuh untuk Amerika Serikat sejak 2010.

Pilihan editor: Prabowo Tanyakan Kabar Putin ke Sergei Shoigu: Bagaimana Sahabat Saya, Sehat?

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |