Wapres Gibran Bilang Bonus Demografi Hadiah, Anies Bilang: Tantangan

2 days ago 12

Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan saat menghadiri sidang dakwaan terdakwa kasus dugaan korupsi impor gula di Kementerian Perdagangan Thomas Trikasih Lembong di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (6/3/2025). Setelah sempat disinggung Wapres RI Gibran Rakabuming Raka, kini Anies Baswedan ikut menyampaikan pandangannya tentang bonus demografi | tribunnews

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Tak hanya Ferry Irwandi saja yang menanggapi video Sang Wapres Gibran soal bonus demografi. Mantan Gubernur DKI, Anies Baswedan pun ikut memberikan pandangan soal bonus demografi tersebut melalui akun X pribadi miliknya, @aniesbaswedan, pada Senin (21/4/2025).

Apakah pandangannya soal bonus demografi sama dengan Wapres Gibran?

Lewat utas panjang, Anies menyampaikan pandangan kritis dan reflektif soal fenomena bonus demografi yang kerap dianggap sebagai berkah besar bagi Indonesia. Ia mengingatkan bahwa bonus demografi bukan jaminan otomatis kesejahteraan, melainkan tantangan besar yang harus dijawab dengan kebijakan tepat dan keberanian membenahi sistem.

“Sering kita anggap bonus demografi sebagai berkah otomatis. Seolah hadirnya usia produktif berarti kesejahteraan akan datang dengan sendirinya. Tapi usia produktif tak selalu berarti produktivitas,” tulis Anies.

Menurutnya, narasi yang selama ini berkembang terlalu optimistis dan kerap melupakan kenyataan di lapangan. Ia menyoroti tekanan berlapis yang dihadapi generasi muda: tuntutan untuk sukses cepat, menopang keluarga, menghadapi ketidakpastian kerja, dan hidup di tengah biaya hidup yang makin mahal.

“Di balik label produktif, tumbuh fenomena senyap: tekanan psikis, gangguan mental, dan rasa hampa. Dunia kerja menuntut kecepatan, tapi lupa menyediakan ruang untuk bernapas,” tambahnya.

Anies bahkan menilai, bonus demografi bisa berubah menjadi beban jika tidak dikelola dengan cermat. Ia menyebut adanya jurang antar generasi—yang muda membawa semangat kolaboratif dan progresif, sementara pengambil keputusan masih terjebak dalam pola pikir lama yang lamban dan hierarkis.

“Jika sistem tetap diam, maka yang muncul adalah generasi pekerja yang kelelahan dalam senyap,” katanya.

Ia juga menyinggung kesenjangan akses terhadap teknologi dan pendidikan. Meski dunia semakin digital, tidak semua anak muda memiliki akses yang setara. Ada yang belajar coding, ada pula yang masih kesulitan dengan sinyal dan gawai pinjaman.

Anies menekankan bahwa waktu Indonesia untuk menikmati bonus demografi sangat terbatas. Dalam dua dekade, struktur penduduk akan menua dan tantangannya akan berubah. Pertanyaan besar di masa depan bukan lagi soal produktivitas, tapi tentang kesiapan menanggung beban lansia, biaya pensiun, dan kesehatan.

Untuk itu, ia menyarankan tiga langkah strategis. Pertama, memperkuat pendidikan agar tidak sekadar meluluskan, tetapi membekali anak muda dengan literasi, kreativitas, dan keberanian. Kedua, menciptakan sistem ekonomi yang inklusif bagi pelaku usaha kecil. Ketiga, memberi ruang nyata bagi anak muda untuk ikut dalam pengambilan keputusan.

Di akhir pesannya, Anies mengajak publik tidak kehilangan optimisme, tapi juga tidak menutup mata pada realita. Bonus demografi, kata dia, bukan soal statistik, melainkan arah dan pilihan kebijakan yang menentukan masa depan bangsa.

Sementara itu, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka lebih memilih membakar semangat generasi muda. Dalam video yang diunggah di kanal YouTube-nya sehari sebelumnya, Minggu (20/4/2025), Gibran menyebut momen bonus demografi yang akan mencapai puncaknya antara 2030 hingga 2045 sebagai kesempatan emas yang hanya datang sekali dalam sejarah bangsa.

“Kesempatan ini tidak akan terulang,” ujar Gibran. Ia menyebut 208 juta penduduk Indonesia akan berada dalam usia produktif pada periode itu, sehingga punya potensi besar membawa negeri ini melesat ke depan.

Gibran mencontohkan capaian anak-anak muda Indonesia yang menurutnya sudah menjadi representasi optimisme bonus demografi. Di antaranya adalah keberhasilan film animasi “Jumbo” menembus pasar internasional, dan pencapaian Timnas U-17 Indonesia yang lolos kualifikasi Piala Dunia 2025.

Sayang, video dari Sang Wapres tersebut justru panen dislike dan hujatan, dan banyak netizen yang menilai Gibran hanya menumpang tenar dengan menyebut contoh film “jumbo” dan  keberhasilan U-17.

www.tribunnews.com

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |