Warga Kulonprogo Ini Ramai-ramai Tanam Puluhan Pohon Pisang di Tengah Jalan!

2 days ago 16

Seperti inilah penampakan sekitar 30-an pohon pisang yang ditanam di tengah jalan oleh warga Sentolo, Kulonprogo. Ini adalah wujud protes terhadap pemerintah yang abai terhadap kerusakan infrastruktur jalan | Istimewa

KULONPROGO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Masih ingat berita yang sempat viral soal “Jeglongan Sewu” di Jawa Tengah beberapa waktu lalu? Itu adalah keluhan warga soal kondisi jalan yang parah dan tidak mendapat perhatian dari pemerintah setempat.

Nah, kondisi serupa terjadi pula di Kulonprogo, DIY. Cuma, warga setempat punya cara berbeda untuk menyalurkan kritik, keluhan dan protes terhadap pemerintah setempat yang kurang peka terhadap kondisi sarana prasarana jalan tersebut.

Cara yang digunakan pun unik. Warga dari sejumlah padukuhan di Kalurahan Srikayangan, Kapanewon Sentolo, Kulonprogo, ramai-ramai menanam pohon pisang di tengah jalan yang rusak parah sebagai bentuk aksi protes damai.

Aksi tersebut digelar pada Minggu (15/6/2025) pagi, menyusul belum adanya tindakan nyata dari pemerintah untuk memperbaiki jalan penghubung antara Kapanewon Lendah dan Sentolo itu.

Koordinator aksi, Sunardi menyebut, kerusakan jalan sudah terjadi selama tiga tahun terakhir ini dan makin hari semakin memburuk, utamanya  dalam beberapa bulan terakhir akibat curah hujan yang tinggi.

“Panjang kerusakan sekitar satu kilometer, tapi yang rusak parah ada 500 meter lebih. Apalagi pas musim hujan, lubangnya makin besar dan banyak genangan,” ujarnya saat dihubungi, Senin (16/6/2025).

Menurutnya, jalan tersebut sangat vital karena menjadi jalur alternatif bagi warga dua kapanewon, terutama bagi pedagang kecil yang berangkat subuh ke pasar. Lubang dengan kedalaman 30-40 cm kerap memicu terjadinya  kecelakaan, terutama bagi pengendara sepeda motor.

“Sering kejadian, ibu-ibu jatuh karena tidak kelihatan lubangnya pas hujan dan gelap. Padahal kendaraan berat nggak ada, paling cuma truk pengantar gas elpiji,” imbuhnya.

Warga sejatinya sudah berupaya melakukan perbaikan secara mandiri dengan cara mengurugnya dengan tanah dan bebatuan. Namun hasilnya tidak bertahan lama. Lubang-lubang kembali menganga dan membahayakan pengguna jalan.

Sebagai bentuk penyampaian aspirasi karena protes tak pernah ditanggapi, warga pun menanam sekitar 25-30 batang pohon pisang di titik-titik yang rusak dan memasang sejumlah spanduk bertuliskan sindiran dan protes keras kepada pemerintah.

“Dulu pernah diaspal, tapi sudah lebih dari delapan tahun lalu. Usulan ke pemerintah juga sudah sering disampaikan,” ucap Sunardi.

Aksi tersebut rupanya membuahkan respons. Pagi hari setelah aksi digelar, perwakilan dari Pemkab Kulonprogo langsung melakukan survei ke lokasi. Namun demikian, menurut Sunardi, belum ada kejelasan soal kapan jalan itu akan benar-benar diperbaiki.

“Kata petugasnya, jangka pendek akan diuruk dulu satu-dua minggu ini. Tapi soal aspal baru bisa tahun 2026, itu pun masih belum pasti,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulonprogo, Didik Wijanarto, membenarkan bahwa pihaknya telah meninjau lokasi dan menemukan kerusakan cukup parah, terutama di ruas jalan yang berada di tengah area persawahan.

“Panjang totalnya hampir 4 kilometer, yang paling parah itu sekitar 300 meter di area sawah. Kalau hujan, air menggenang dan bikin struktur tanah makin lemah,” jelasnya.

Didik mengaku ruas jalan tersebut sebenarnya sudah masuk dalam usulan anggaran sejak 2022, termasuk pengajuan ke Dana Alokasi Khusus (DAK). Namun karena banyaknya jalan yang masuk kategori prioritas, perbaikan belum bisa dilakukan.

“Kita usulkan kembali untuk tahun anggaran 2026. Mudah-mudahan bisa terealisasi meskipun mungkin belum seluruhnya,” katanya.

Di sisi lain, Dukuh Karangasem Kulon, Tujono menyayangkan lambannya respons pemerintah atas aduan warga. Ia menyebut pihaknya sudah berulang kali melapor, baik ke anggota DPRD DIY, Bupati, hingga melalui media sosial Wakil Bupati, namun tidak kunjung ditanggapi.

“Kami merasa diabaikan. Makanya warga mengambil inisiatif menanam pisang dan pasang spanduk. Harapannya bisa viral dan didengar,” ucapnya di lokasi, Senin (16/6/2025).

Menurut Tujono, jalan itu merupakan akses penting antarkalurahan dan dilalui oleh kendaraan pribadi maupun angkutan barang. Kondisi tanah yang labil juga mempercepat kerusakan jalan.

“Kalau belum bisa diaspal sekarang, paling tidak diratakan dulu pakai uruk supaya nggak terlalu berbahaya,” harapnya.

Keluhan senada diungkapkan Estiyani Suri, warga setempat yang kerap melintasi jalan tersebut dengan sepeda motor sambil membonceng anaknya. Ia menyebut tak punya pilihan lain karena jalur itu satu-satunya yang lebih aman ketimbang melewati Jalan Nasional Wates-Yogyakarta yang rawan kecelakaan.

“Lewat jalan utama risikonya besar. Jadi walau rusak, ya tetap lewat sini. Tapi tiap hari deg-degan,” katanya lirih. [*]

Berbagai sumber

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |