TEMPO.CO, Jakarta - Wisata Religi di Sumatera Barat yang Bisa Dikunjungi Saat Ramadan, Ada Tempat Persinggahan Sukarno
Destinasi wisata di Sumatera Barat (Sumbar) memang banyak jumlahnya. Sumbar merupakan salah satu tempat wisata yang cukup populer di kalangan pelancong, sebut saja Jam Gadang di Kota Bukittinggi, Istana Rajo Basa di Kabupaten Tanah Datar, Danau Singkarak, serta Kepulauan Mentawai yang masuk dalam spot selancar terbaik dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak ketinggalan wisata religi pun menjadi primadona para turis.Maka tak heran jika Sumbar disebut sebagai salah satu surganya wisatawan.
Selain wisata alam dan wisata budaya, Sumbar dikenal pula dengan wisata religinya. Budaya Islam yang cukup kuat juga berpengaruh terhadap keberadaan wisata religinya berupa masjid. Berikut destinasi wisata religi di Sumatera Barat.
1. Masjid Raya Sumatera Barat
Masjid Raya Sumatera Barat berlokasi di pusat kota, tepatnya di Jalan Khatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Masjid yang berdiri kokoh dengan arsitektur yang unik tersebut telah mencuri perhatian banyak pihak. Masjid ini sempat mendapat penghargaan bangunan dengan arsitektur terbaik.
Dalam kehidupan sehari- hari masyarakat Minangkabau memang sangat dekat dengan nilai- nilai adat dan budaya. Hal tersebut terefleksikan dalam arsitektur bangunan Masjid Raya yang mengambil bentuk peniruan atap Rumah Gadang.
Masjid yang berdiri di lahan dengan luas lebih dari 40.000 Meter Persegi tersebut memilki halaman yang luas, tertata rapi dan bersih sehingga cocok dijadikan tempat berswafoto.
2. Masjid Raya Ganting
Masjid Raya Ganting terletak di Kelurahan Ganting, Kota Padang. Bagian depan masjid akan terlihat bentuk arsitektur neo klasik. Luas masjid diperkirakan sekitar 30x30 meter persegi dengan 25 sokoguru (tiang) dan dapat menampung sebanyak 4.000 jemaah.
Jumlah tiang itu melambangkan jumlah nabi dan rasul dalam agama Islam. Nama-nama 25 nabi dan rasul itu juga diukir dalam bentuk kaligrafi Arab, memberikan nilai artistik dan religius pada bangunan masjid tersebut.
Masjid Raya Ganting yang berdiri sejak abad ke-19 Masehi itu memiliki sejarah yang kaya dan penting dalam konteks budaya dan perjuangan masyarakat Sumatera Barat. Menurut buku "Padang Riwayatmu Dulu" karya Rusli Amran, Masjid Raya Ganting telah dibangun sejak 1866 dan menjadikannya masjid tertua di Kota Padang.
Masjid Raya Ganting ditetapkam sebagai salah satu cagar budaya di Kota Padang. Hal itu dibuktikan dengan Surat Keputusan (SK) Wali Kota Padang Nomor 25 Tahun 1998 tentang Cagar Budaya. Masjid ini juga menjadi salah satu bukti sejarah perjuangan masyarakat Sumatera Barat dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Sejak pembangunannya masjid tersebut tercatat sudah dua kali dilakukan renovasi, yaitu pada 1970 dan 2007.
3. Masjid Al – Hakim
Masjid Al Hakim berdiri megah nan indah di tepi bibir Pantai Padang, Kota Padang. Masjid ini memiliki warna putih dengan akses warna emas di bagian dalamnya. Lokasinya yang berdekatan dengan pantai membuat masjid ini setiap harinya ramai di kunjungi pelancong.
Di masjid ini terdapat petugas kebersihan yang siap siaga menjaga kebersihan masjid. Sehingga para pengunjung nyaman beribadah di tempat ini. Saat sore hari tiba di teras masjid seringkali ramai oleh orang- orang yang ingin menyaksikan sunset laut Kota Padang. Di tempat ini kamu juga tidak susah menemukan makanan. Ramai pedagang yang menjajakan dagangannya mulai dari aneka snack makanan ringan, Es Tebu, hingga Salah Lauk.
4. Masjid Muhammadan
Masjid Muhammadan berada di Jalan Pasar Batipuh No. 19 Padang Selatan, Kota Padang. Lokasi masjid ini berada di tengah pemukiman padat penduduk. Melihat sekilas tidak ada yang berbeda dari masjid ini, namun setelah mengetahui sejarahnya sebenarnya masjid ini merupakan masjid yang dibangun oleh 3 orang Islam dari India.
Masjid yang menjadi saksi bisu penyebaran Islam di Kota Padang ini diperkirakan sudah berusia 3 abad atau diperkirakan dibangun sekitar tahun 1700-1800 Masehi. Selain itu ada cerita yang beredar bahwa pembangunan masjid ini pada awalnya tidak menggunakan semen sebagai perekat dinding. Melainkan putih telur yang dicampur dengan batu kapur.
5. Surau Lubuk Bauk
Surau Lubuk Bauk yang bertempat di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat ini mengisahkan nilai budaya yang tak ternilai harganya. Pasalnya di tempat inilah tokoh ulama besar dan negarawan berdarah Minangkabau Buya Hamka belajar menuntut ilmu agama Islam semasa kecil.
Oleh karna nilai historisnya surau ini telah dijadikan cagar budaya oleh Dinas Pariwisata setempat. Surau Lubuk Bauk yang memiliki 3 tingkat atap 2 atap berbentuk limas dan satu atap menyerupai bentuk atap pada Rumah Gadang sebagai ciri khas rumah adat Minangkabau
6. Surau Gadang Syekh Burhanuddin
Surau Gadang Syekh Burhanuddin diambil dari nama salah satu pendiri surau ini, yaitu Syekh Burhanuddin. Surau ini disebut sebagai surau tertua di Sumbar. Surau ini Berlokasi di Jorong Taluak Nibung Tanjung Medan, Nagari Sandi Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman.
Bustami Tuanku Khatib Majolelo, selaku juru pengelola Surau Gadang ini menceritakan bahwa Surau ini dibangun oleh Syekh Burhanuddin pada 1680. Bangunan yang mayoritas terbuat dari bahan kayu ini sempat direnovasi akibat gempa pada 2007.
Itulah beberapa masjid yang bisa menjadi rekomendasi tujuan wisata religi langsung menawarkan beragam keunikan tersendiri dengan nilai- nilai budaya serta historis yang tinggi.
7. Tempat Persinggahan Sukarno di Zaman Jepang
Wakil Ketua Yayasan Kebudayaan Minangkabau Hasril Chaniago mengatakan, ketika Sukarno bersama Fatmawati dalam pengasingan Belanda di Bengkulu, Jepang mendarat di Sumatera pada 1942. Belanda kemudian membawa Sukarno bersama rombongannya ke Painan dan dijemput oleh laskar Hizbul Wathan (HW) menggunakan pedati yang ditarik oleh sapi.
Rombongan HW yang menjemput Sukarno tersebut bernama Dahlan Datuk Junjungan yang merupakan ayah Menteri Penerangan Indonesia tahun 1998, Muhammad Alwi Dahlan. "Saya dapat cerita ini langsung dari Bapak Alwi Dahlan," kata Hasril kepada Tempo, pekan lalu.
Menurut Hasril, tentang lokasi tempat tinggal Sukarno selama di Padang memang banyak versi. Ada yang menyebut, jika Sukarno tinggal lama di rumah Waworuntu, seorang dokter hewan Belanda. “Banyak versi, ada yang mengatakan di rumah Waworuntu dan ada juga di rumah Egon Hakim,” ujarnya.
Fachri Hamzah, Kakak Indra Purnama, dan Tiara Juwita berkontribusi dalam penulisan artikel ini