5 Alasan Perusahaan Kapal Pesiar Bikin Pulau Privat

17 hours ago 12

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan kapal pesiar kini tidak lagi bersaing dengan fitur-fitur kapal terbaiknya. Tapi juga bersaing dengan portofolio di daratan berupa pulau pribadi. Pulau-pulau pribadi milik perusahaan pelayaran telah ada dalam berbagai bentuk sejak tahun 1977. Saat itu Norwegian Cruise Line menjamu para tamu dalam perjalanan ke Great Stirrup Cay setelah membeli sebagian pulau dari pemerintah Bahama.

Kini beberapa perusahan kapal pesiar memiliki pulau pribadi, seperti Holland America Line dengan Half Moon Cay, Princess Cruise dengan Princess Cay, Norwegian Cruise Line dengan Strirrup Cay,  dan lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagi para pelancong, pelabuhan-pelabuhan yang aman ini nyaman, dan disukai. Selain tiu menawarkan eksklusivitas yang tidak dimiliki oleh wisata pantai lainnya. “Sebagian besar orang menyukai pulau-pulau tersebut,” Patrick Scholes, analis riset penginapan dan rekreasi di Truist Securities, kepada Business Insider.

Properti tepi pantai ini menjadi sebuah keharusan bagi para operator untuk mencari keuntungan di tengah meningkatnya biaya operasional dan semakin ketatnya pembatasan pelabuhan. Setidaknya ada tiga alasan utama jalur pelayaran mengembangkan properti di 

1. Bahan bakar mahal

Bahan bakar merupakan pengeluaran utama bagi industri pelayaran. Seperti yang diungkapkan John Weinstein, presiden Carnival Corp, pembangunan Celebration Key, akan saling menguntungkan bagi lingkungan, tamu, dan masyarakat Bahama. Selain itu kedekatan dengan pelabuhan di Florida dapat mengurangi pengeluaran bahan bakar. 

2. Destinasi privat memberikan keuntungan sendiri

Pelabuhan privat ini menawarkan banyak peluang bagi para tamu untuk mengeluarkan uang dalam jumlah besar. Dan tanpa memerlukan operator rekreasi pihak ketiga, perusahaan pelayaran dapat memperoleh lebih banyak keuntungan sendiri. Misalnya Hideaway Beach di CocoCay, milik Royal Caribbean Group, biaya masuknya mencapai USD89 (sekitar Rp1,4 juta). Di dekatnya, biaya masuk ke klub pantai yang lebih eksklusif bisa mencapai tiga kali lipat.

Bahkan bagian pulau yang gratis pun memiliki pilihan yang menarik secara royal seperti cabana yang menguntungkan dan peralatan snorkeling. Wisatawan kapal pesiar bersama keluarga bisa menikmati taman air Thril Waterpark, yang biaya masuknya mencapai lebih dari USD100 (sekitar Rp1,6 juta).

3. Larangan kapal pesiar besar berlabuh di beberapa pelabuhan populer 

Kapal pesiar terbesar di dunia, Royal Caribbean's Icon of the Seas, mampu mengangkut 7.600 tamu dan 2.350 awak. Masuknya wisatawan kapal pesiar ini dapat membanjiri destinasi yang lebih kecil, seperti Santorini di Yunani atau Key West di Florida. Ditambah kekhawatiran polusi dan pariwisata yang berlebihan.

Sebab itu, beberapa destinasi populer di Yunani dan Florida serta beberapa kota-kota besar di Amerika Serikat dan Eropa semakin membatasi wisatawan yang datang melalui laut, baik melalui pembatasan jumlah pengunjung, batasan pengunjung harian, atau larangan total.

4. Memperkenalkan merek lebih luas

Pulau pribadi memberikan peluang bagi perusahaan pelayaran untuk meninggalkan jejak merek di seluruh dunia, memastikan bahwa nilai dan identitas dapat dirasakan baik di laut maupun di darat. Misalnya Royal Carribbean dengan pulau CocoCay, sama-sama menawarkan kenyamanan dan kesenangan yang ramah keluarga. 

5. Kesempatan untuk meningkatkan konservasi

Seperti dilansir dari Cruise Nation, fengan membeli pulau-pulau pribadi, perusahaan pelayaran dapat mengubahnya menjadi sesuatu yang lain. Selain untuk perbaikan atau pemeliharaan, juga untuk konservasi lahan. Seperti MSC Cruises dengan Ocean Cay MSC Marine Reserve yang dulunya merupakan lokasi industri. Kini pulau pribadi seluas 64 mil persegi, menjadi lingkungan ramah lingkungan yang menyambut wisatawan dengan pembibitan karangnya sendiri, untuk menjaga kesehatan terumbu di sekitar pulau sepanjang tahun.  

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |