50 Masjid Hancur akibat Gempa Myanmar, Ratusan Muslim Dikhawatirkan Tewas

2 days ago 13

TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan jamaah Muslim dikhawatirkan termasuk di antara lebih dari 1.600 orang yang tewas dalam gempa bumi kuat yang melanda Myanmar tengah. Ini terjadi ketika mereka berkumpul di masjid untuk ibadah salat berjamaah selama bulan suci Ramadan.

Menurut Pemerintah Persatuan Nasional bayangan, lebih dari 50 masjid di seluruh negeri mengalami kerusakan ketika gempa berkekuatan 7,7 skala Richter melanda pada Jumat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Htet Min Oo sedang melakukan wudhu sebelum salat di sebuah masjid di sebelah rumahnya di Mandalay.

Rumahnya runtuh bersama dengan bagian masjid, menjebak separuh tubuhnya dengan puing-puing dinding yang mengubur dua bibinya. Warga berlomba-lomba untuk menarik mereka keluar, katanya, tetapi hanya satu yang selamat.

Pria berusia 25 tahun itu mengatakan kepada kantor berita Reuters seperti dikutip Al Jazeera, bahwa dua pamannya dan neneknya juga terjebak di bawah tumpukan beton. Karena tidak ada alat berat yang tersedia, dia berusaha mati-matian untuk membersihkan puing-puing dengan tangannya tetapi tidak dapat memindahkannya.

"Saya tidak tahu apakah mereka masih hidup di bawah puing-puing. Setelah sekian lama, saya tidak berpikir ada harapan," katanya pada Jumat.

"Ada terlalu banyak puing-puing dan tidak ada tim penyelamat yang datang untuk kami," ia menambahkan, suaranya bergetar saat dia menangis.

Seorang penduduk berusia 39 tahun di wilayah Mandalay menggambarkan pemandangan mengerikan saat dia mencoba menyelamatkan seorang pria yang terjebak di bawah puing-puing masjid yang runtuh di Desa Sule Kone. Namun, dia harus melarikan diri karena gempa susulan yang kuat.

"Saya harus meninggalkannya ... Saya pergi untuk kedua kalinya untuk mencoba menyelamatkannya," katanya kepada Reuters, menolak disebutkan namanya. "Saya mengambil empat orang dengan tangan saya sendiri. Tapi sayangnya, tiga sudah tewas, dan satu meninggal dalam pelukan saya."

Warga itu mengatakan 10 orang telah tewas di sana, dan mereka termasuk di antara 23 yang tewas di tiga masjid yang hancur di desa itu. Pembatasan pemerintah telah mencegah renovasi bangunan masjid, katanya.

Muslim adalah minoritas di Myanmar yang didominasi Buddha. Mereka ditindas dan dipinggirkan oleh pemerintah berturut-turut, sementara kelompok-kelompok ultranasionalis Buddha dalam beberapa tahun terakhir menghasut kekerasan.

Rohingya, minoritas Muslim yang besar, telah menjadi salah satu kelompok yang paling dianiaya oleh pihak berwenang Myanmar, menderita kematian massal dan pengusiran.

Pihak berwenang Myanmar selama beberapa dekade juga menyulitkan umat Islam untuk mendapatkan izin untuk memperbaiki atau membangun masjid. Menurut laporan pada 2017 oleh Departemen Luar Negeri AS, yang mengatakan kondisi masjid bersejarah telah memburuk karena pemeliharaan rutin ditolak.

Seorang pria, Julian Kyle, menyerukan di media sosial agar alat berat mengangkat pilar beton setelah gempa menghancurkan masjid Mandalay lainnya.

"Di bawah reruntuhan, anggota keluarga saya dan yang lainnya hancur dan kehilangan nyawa mereka," tulisnya. "Kami sangat ingin menemukan tubuh mereka."

Seorang penduduk dari kota Taungnoo, sekitar 370 kilometer dari pusat gempa, mengatakan dia sedang berdoa ketika salah satu sisi masjid Kandaw runtuh pada dua baris pria yang duduk di depannya.

"Saya melihat begitu banyak orang dibawa dari masjid, beberapa dari mereka meninggal tepat di depan mata saya," katanya. "Itu benar-benar memilukan."

Mengutip surat kabar lokal, kantor Sanad Al Jazeera mengatakan bahwa runtuhnya masjid pada Jumat juga meningkatkan kekhawatiran akan lebih banyak bangunan runtuh. Terutama yang lebih tua yang berusia lebih dari 150 tahun dan belum menerima izin yang diperlukan untuk pembaruan, menurut peraturan pemerintah.

Gedung-gedung Buddha juga terkena dampak gempa bumi, dengan 670 biara dan 290 pagoda rusak, menurut pemerintah militer. Namun, laporan itu tidak menyebutkan masjid dalam laporan kerusakannya.

Sejauh ini, gempa juga telah menghancurkan bangunan, jembatan, dan jalan lain di seluruh Myanmar.

Tetapi banyak yang percaya skala sebenarnya dari bencana itu belum muncul karena komunikasi tambal sulam di daerah terpencil.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |