INFO NASIONAL - Sebuah momentum yang sangat baik untuk Jakarta agar mampu bertransformasi mewujudkan target Top 20 Global City pada 2045. Untuk itu, pembangunan Kota Jakarta harus diperluas tidak lagi hanya di Jakarta Pusat dan Selatan saja tapi juga ke wilayah-wilayah lainnya.
Hal itu mengemuka saat acara talkshow bertajuk “Jakarta Kota Global: Sejarah dan Cita-Cita" yang digelar Tempo Media Group di Museum Bahari, Jakarta Utara, Jumat, 22 November 2024.
Presiden Direktur A.T. Kearney Shirley Santoso mengatakan, posisi Jakarta sebagai commercial hub megapolitan sangat penting. Hal itu mengingat sudah banyak perusahaan-perusahaan baik domestik dan internasional yang berinvestasi di Jakarta. “Itulah salah satu kelebihan Jakarta saat ini. Apalagi dengan perpindahan ibu kota ke Ibu Kota Nusantara (IKN), itu setidaknya bisa mengurangi beban Kota Jakarta nantinya,” kata dia.
Menurut Shirley, yang harus dilakukan Jakarta yaitu mampu bertransformasi dan melakukan pemerataan pembangunan di semua wilayahnya.
Menurutnya, pertumbuhan Jakarta saat ini hanya berpusat di Jakarta Pusat dan Selatan saja. “Tapi kalau kita lihat 20 tahun ke depan, harus menciptakan growth corridor-growth corridor yang baru. Contohnya, pembangunan pesisir utara dan Kepulauan Seribu itu bisa memicu pertumbuhan ekonomi yang baru,” ucapnya.
Untuk memicu pertumbuhan di bagian timur Jakarta, menurut Shirley, dengan membuat kawasan industri yang bersih dan berwawasan hijau yang bisa menjadikan knowledge hub. “Apalagi , di sana juga sudah ada universitas. Nah, ini bisa jadi pusat ekonomi yang baru,” katanya.
Sementara di wilayah barat Jakarta, kata Shirley, keberadaan universitas juga bisa dijadikan education hub. Di selatan Jakarta dengan TB Simatupang juga bisa jadi pilihan untuk dijadikan kawasan SCBD baru sehingga semua tidak menumpuk ke pusat. “Nah, ini yang harus dilihat ke depannya, di mana dari sisi ekonomi itu harus lebih merata. Jadi, tidak hanya fokus di pusat dan selatan,” ujarnya.
Begitu juga saat ibukota berpindah nanti ke IKN, menurut Shirley, pasti ada bangunan kantor-kantor BUMN dan pemerintah yang akan kosong. “Ini bisa jadi pusat pertumbuhan ekonomi baru karena bisa di-repurpose untuk public facility, akses health care, perumahan, commercial district, daerah turis yang baru, kawasan hijau dan sebagainya. Jadi, potensinya itu sebenarnya besar sekali dengan perpindahan ibu kota ke IKN,” tuturnya.
Di acara yang sama, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Andry Satrio Nugroho mengatakan, bagaimana bisa meningkatkan pertumbuhan Jakarta ke depan itu merupakan PR yang harus dipikirkan mulai sekarang. Menurutnya, Jakarta itu tidak hanya miniatur dari Indonesia semata, tetapi juga memang apa yang terjadi di Jakarta itu adalah representatif dari Indonesia.
Dia juga sepakat dengan Shirley agar kedepannya perekonomian Jakarta itu tidak hanya terkonsentrasi di Jakarta Pusat dan Selatan saja, tapi juga Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu. “Jadi, menurut saya, kalau kita bisa spread terkait dengan pertumbuhannya, Jakarta bakalan jadi lebih maju daripada kota-kota yang lain di dunia,” tuturnya.
Untuk melakukan pemerataan di Kota Jakarta, dia mengatakan perlu adanya pembangunan infrastruktur yang kualitasnya sama, baik di Jakarta Pusat, Timur, Barat, dan Utara. “Jadi, political willingness juga penting di sini untuk menentukan positioning Jakarta akan seperti apa ke depan,” ucapnya.
Dia juga menyampaikan arah investasi kota Jakarta ke depan itu harus memegang prinsip terkait dengan keberlanjutan. Jadi, menurutnya, jika Jakarta ingin meningkatkan investasinya tentunya ada beberapa aspek keberlanjutan yang seharusnya disediakan. “Bagaimana pemerintah mampu mengatasi environmental degradation yang ada sekarang di Jakarta, itu bisa mendorong investasi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan lingkungan di Jakarta,” katanya.
Hilmar Farid, sejarawan dan pengamat budaya yang juga menjadi pembicara dalam acara ini mengatakan untuk membangun kota Jakarta ke depan sebaiknya melihat perjalanan sejarah Jakarta sebagai patokannya. Menurutnya, Jakarta tumbuh sebagai kelanjutan dari Batavia. “Jadi, kalau mau dijadikan patokan, maka kita lihat pola pembangunan pertumbuhan mulai dari kota Batavia dulu,” kata dia. (*)