Ilutrasi anak keracunan. Seringnya terjadi kasus keracunan dalam menu MBG, DPR menyindir program tersebut dengan Makan Beracun Gratis | kreasi AIGUNUNGKIDUL, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus dugaan keracunan massal kembali mencoreng dunia pendidikan di Kabupaten Gunungkidul. Ratusan siswa dari berbagai sekolah di Kapanewon Ponjong tumbang setelah menyantap hidangan yang disebut “menu MBG” dari dapur SPPG Sumbergiri.
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul menunjukkan, sebanyak 547 siswa sempat menyantap menu tersebut. Dari jumlah itu, lebih dari seratus siswa mengalami gejala keracunan, mulai dari mual, muntah, hingga lemas.
“Yang terdampak paling banyak dari SMPN 1 Ponjong, ada 102 siswa. Kemudian dari SMA Pembangunan 3 Ponjong enam siswa, SMK Ma’arif enam siswa, SMK Muhammadiyah lima siswa, dan masing-masing satu siswa dari SDN Mendak 1 serta SD Sumbergiri,” ungkap Endah, pejabat dari Dinas Kesehatan Gunungkidul, dalam jumpa pers di Wonosari, Senin (3/11/2025).
Beberapa siswa bahkan harus menjalani perawatan inap di fasilitas kesehatan terdekat. Meski demikian, seluruh korban kini telah diperbolehkan pulang.
Dinkes Gunungkidul langsung bergerak cepat dengan mengambil sampel makanan dan air dari lokasi kejadian untuk diuji di laboratorium. Namun hasil uji baru akan keluar dalam waktu sekitar 10 hari.
“Setelah hasil keluar, baru bisa diketahui penyebab pastinya,” jelas Endah.
Namun, yang justru menjadi sorotan adalah tidaknya dapur SPPG Sumbergiri ditutup usai kejadian itu. Padahal, menurut aturan Badan Gizi Nasional (BGN), dapur yang terindikasi menyebabkan keracunan seharusnya dihentikan sementara minimal dua minggu.
“Kalau di Saptosari, dapurnya langsung ditutup dan surat dari BGN segera keluar. Tapi di Sumbergiri ini tidak. Kami heran kenapa tidak ada langkah penutupan sementara,” kritik Endah.
Ia menegaskan agar Dinas Kesehatan segera menyerahkan data lengkap kepada BGN sebagai dasar langkah tindak lanjut, termasuk evaluasi terhadap semua dapur penyedia makanan siswa di wilayah Gunungkidul.
Peristiwa di Ponjong ini menambah panjang daftar kasus keracunan pelajar di Gunungkidul. Sebelumnya, pada 29 Oktober 2025, kejadian serupa juga terjadi di Kapanewon Saptosari dan Ponjong, dengan total korban mencapai 816 siswa.
Endah menyebut, dua kejadian dalam waktu berdekatan ini bahkan termasuk kasus keracunan siswa terbesar di Indonesia tahun ini.
“Ini alarm keras bagi semua pihak untuk memperketat pengawasan makanan anak sekolah,” tegasnya. [*] Disarikan dari sumber berita media darling
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.











































