6 Etiket yang Harus Diikuti Wisatawan saat Liburan ke Jepang

1 day ago 12

TEMPO.CO, Jakarta - Bepergian ke berbagai tempat khususnya luar negeri, tentu harus memahami dan menerapkan etiket atau tata krama warga setempat. Jepang termasuk negara yang dikenal menjunjung kesopanan, kebersihan, serta tata krama dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu aspek penting dalam etika di Negeri Matahari Terbit itu adalah sikap menghargai ketertiban dan kedisiplinan.

Pakar Jepang dari GetYourGuide sekaligus penduduk asli Tokyo Takao Nishina mengatakan, bahwa etika tidak terucap yang boleh dan tidak boleh dilakukan akan menyelamatkan pelancong dari pandangan kurang menyenangkan selama di Negeri Sakura. Agar perjalanan tetap menyenangkan, berikut ini daftar etiket yang harus diketahui turis saat ke Jepang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Kurangi kebisingan saat naik kendaraan umum

Takao menyebutkan bahwa sejak covid-19, terjadi pengurangan jumlah operasi taksi di Jepang, sehingga membuat sebagian besar orang harus menggunakan kendaraan umum untuk bepergian. Meski banyak orang naik transportasi bersama, metro dan kendaraan publik di Jepang tidak bising dan lebih sedikit suara keluar. 

"Orang-orang sering membuat kesalahan dengan bersikap sangat berisik di kereta. Suasana di kereta tenang dan menjaga kebisingan seminimal mungkin dianggap sebagai sopan santun,” ucap Takao, dikutip dari Daily Mail, Rabu 12 Maret 2025.

2. Etika menggunakan eskalator

Terdengar sepele, namun etika menggunakan eskalator berlaku di Jepang. Untuk aturan ini, beberapa daerah di Negeri Sakura memiliki ketentuan berbeda. Di Tokyo, pengguna eskalator harus berdiri di sisi kiri, sedangkan di Osaka justru sebaliknya, orang-orang harus berada di sebelah kanan. 

“Stasiun di Tokyo cukup sibuk, jadi terkadang saya melihat turis berdiri di sebelah kanan dan mereka mendapati diri mereka menghalangi semua penumpang dan melihat antrean panjang berdiri di belakang mereka,” ungkap pakar perjalanan GetYourGuide itu.

3. Jangan sembarangan menyeberang jalan 

Melintas jalan dengan sembarangan tidak disukai oleh penduduk Jepang dan termasuk tindakan ilegal. Jika turis menyeberang saat lampu untuk pejalan kaki masih merah, besar kemungkinan untuk mendapat tatapan kurang menyenangkan. Meski kondisi jalan raya sepi, pelancong tetap harus disiplin mengikuti aturan.

4. Jangan berikan tip 

Dalam budaya Barat, memberi tip kepada staf hotel atau pemandu wisata adalah bentuk penghargaan atas bantuan mereka. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan kebiasan di Jepang, pemberian tip tidak umum dilakukan dan justru dianggap tidak sopan. 

“Dengan memberi tip pada orang-orang, terkadang mereka menjadi bingung dan bahkan mungkin merasa tersinggung karena mereka dibayar ekstra untuk pekerjaan yang sudah mereka dapatkan, jadi itu adalah sesuatu yang dapat dipertimbangkan oleh wisatawan,” ujar Takao. 

5. Dilarang membuang sampah sembarangan

Di Jepang, terdapat sedikit tong sampah tersedia di tempat umum. Oleh karena itu, pelancong sebaiknya selalu membawa kantong plastik untuk menyimpan sampah. Namun, sampah itu tidak boleh dibuang sembarangan, turis harus membawanya sampai menemukan tempat pembuangan umum, atau bawa kembali ke penginapan.

6. Membungkuk untuk menyapa orang

Di Barat maupun di Indonesia, berjabat tangan adalah salah satu cara untuk menyapa orang atau kenalan. Tapi, penduduk Jepang cenderung menghindari kontak fisik dan melakukannya dengan membungkuk. Di Negeri Matahari Terbit sendiri, membungkuk merupakan bagian besar dari budaya. 

"Jika Anda menyapa, cukup menundukkan kepala sedikit saja, tetapi jika membungkuk untuk meminta maaf, menunjukkan ketulusan, rasa hormat yang besar, atau penghargaan yang besar, maka membungkuklah hingga setinggi pinggang," katanya.

NIA NUR FADILLAH

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |