REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketika sebagian besar perempuan seusianya memilih berdiam di tempat aman, Sayyidatina Shafiyah Radhiyallahu anha justru maju menghadapi bahaya. Dengan tekad dan iman yang kokoh, ia menorehkan kisah kepahlawanan abadi, yakni membunuh mata-mata Yahudi demi menyelamatkan kaum wanita Muslim pada Perang Khandaq.
Dari tangan Sayyidatina Shafiyah binti Abdul Muththalib bin Hisyam bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab Al Qurasyiyah Al Hasyimiyah yang tegas, lahirlah pelajaran tentang keberanian yang bersumber dari keimanan.
Sayyidatina Shafiyah adalah bibi Baginda Nabi Muhammad SAW dan saudara kandung Sayyidina Hamzah Radhiyallahu anhu. Sayyidatina Shafiyah ikut berjuang dengan kaum Muslimin melawan orang-orang kafir di Medan Uhud.
Pada Perang Khandaq, Baginda Rasulullah SAW mengumpulkan seluruh kaum wanita dalam sebuah benteng dan memerintahkan Sayyidina Hasan bin Tsabit Radhiyallahu anhu untuk menjaga mereka. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh orang-orang Yahudi yang memang merupakan musuh dalam selimut.
Sekumpulan orang Yahudi hendak menyerang para wanita tersebut. Mereka mengirim seorang mata-mata atau intel untuk menyelidiki keadaan di dalam benteng. Namun ia terlihat oleh Sayyidatina Shafiyah.
Kemudian Sayyidatina Shafiyah melaporkannya kepada Hasan bin Tsabit, "Wahai Hasan, ada seorang Yahudi datang mengintai. Keluarlah, dan bunuhlah Yahudi itu."
Sayyidina Hasan bin Tsabit seorang laki-laki yang lemah, ia tidak sanggup melakukan hal itu. Akhirnya, Sayyidatina Shafiyah mengambil sebuah patok kemah dan keluar membunuh Yahudi tersebut.
la menghantamkan patok itu ke kepala Yahudi hingga mati seketika. Kemudian ia kembali ke benteng dan berkata kepada Sayyidina Hasan bin Tsabit, "Wahai Hasan, karena orang Yahudi itu laki-laki dan bukan mahramku, pergilah engkau untuk mengambil barang-barangnya, dan lepaskan bajunya, lalu penggal kepalanya."
Lagi-lagi Sayyidina Hasan bin Tsabit tidak sanggup melakukannya. Akhirnya, Sayyidatina Shafiyah keluar lagi untuk memenggal kepala orang Yahudi tersebut dan melemparkannya ke luar benteng.
Ketika kaum Yahudi melihat kejadian itu, mereka ketakutan, mereka berkata, "Kita sudah menduga bahwa (Nabi) Muhammad tidak akan meninggalkan para wanita itu sendirian. Pasti ada beberapa orang penjaga laki-laki di sana." (Dikutip dari Kitab Usudul Ghabah)
Sayyidatina Shafiyah wafat pada tahun ke-20 Hijriyah dalam usia 73 tahun. Ketika Perang Khandaq tahun Ke-5 Hijriyah ia berumur 58 tahun. Wanita zaman sekarang pada usia setua itu sudah sangat berat untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apalagi membunuh seorang laki-laki. Namun, Sayyidatina Shafiyah melakukannya sendirian, dan sebagai hasilnya, sekumpulan orang Yahudi tidak jadi menyerang para wanita Muslim, dikutip dari kitab Fadhilah Amal.
Dalam kisah lain, ketika kaum Muslimin sedikit mengalami kekalahan dan mereka hendak melarikan diri, Sayyidatina Shafiyah memukul-mukuIkan lembingnya ke arah orang-orang yang melarikan diri itu, agar kembali ke medan perang.

2 hours ago
8
















































