 Farah Rifa
        Farah Rifa                    
          
        
      
Agama | 2025-10-30 14:46:14
 Foto: Terowongan bawah tanah sekitar Masjid Al-Aqsa yang digali Israel (Jordan News)
Foto: Terowongan bawah tanah sekitar Masjid Al-Aqsa yang digali Israel (Jordan News)
Serangan dan kekerasan Israel di Gaza belum juga berhenti meskipun gencatan senjata telah diberlakukan selama lebih dari sepekan. Kini, tindakan terbaru Israel menimbulkan kekhawatiran baru karena mengancam keberadaan Masjid Al-Aqsa. Aktivitas penggalian bawah tanah yang dilakukan secara sistematis oleh otoritas Israel di sekitar dan di bawah kompleks suci tersebut bukan hanya persoalan arkeologi, melainkan peringatan serius terhadap ancaman kerusakan fisik dan spiritual salah satu simbol utama peradaban Islam.
Pemerintah Yerusalem menegaskan bahwa proyek penggalian terowongan di sekitar kawasan Masjid Al-Aqsa dan Kota Tua Yerusalem berpotensi menimbulkan kerusakan parah hingga berisiko menyebabkan sebagian bangunan masjid runtuh. Hal itu disampaikan oleh Marouf al-Rifai, penasihat Kantor Gubernur Yerusalem, dalam wawancara bersama kantor berita Palestina, WAFA, seperti dilansir Al Arabiya pada Jumat (24/10).
Al-Rifai memperingatkan agar Israel menghentikan seluruh aktivitas penggalian, baik yang lama maupun yang baru, di bawah Masjid Al-Aqsa terutama terowongan yang disebut-sebut menghubungkan beberapa situs kolonial. Ia menegaskan, penggalian tersebut dapat merusak bangunan-bangunan bersejarah Palestina seperti rumah kuno dan sekolah tua, serta mengancam kestabilan tanah di bawah kompleks Masjid Al-Aqsa yang menjadi fondasi utamanya.
Pada hari yang sama, kelompok pemukim Israel kembali melakukan penyerbuan ke kompleks Masjid Al-Aqsa dengan pengawalan ketat dari militer. Berdasarkan kesaksian warga, puluhan pemukim memasuki area masjid secara berkelompok dan melakukan tindakan yang dianggap provokatif. Dalam beberapa pekan terakhir, otoritas Israel juga memperketat penjagaan di seluruh gerbang masuk dan sekitar kompleks Al-Aqsa dengan menambah personel kepolisian dan militer untuk mendukung aksi para pemukim Yahudi tersebut.
Jargon Diplomasi yang Gagal
Muncul kembali wacana lama: TSolusi Dua Negara (Two-State Solution). Meski dipromosikan sebagai jalan menuju perdamaian, banyak pihak menilai solusi ini sekadar fatamorgana politik yang justru memperkuat kontrol Israel atas wilayah Palestina. Menerima solusi dua negara, menurut pandangan ini, sama dengan mengamini eksistensi penjajahan di tanah yang dianggap suci dan seharusnya bebas dari dominasi yang zalim.
Jika dicermati solusi dua negara ini merupakan pengakuan negara Palestina dengan wilayah yang mengecil. Di sisi lain adalah pengakuan terhadap Israel yang merampas sebagian besar wilayah Palestina. Padahal tanah Palestina merupakan salah satu wilayah yang dimiliki kaum muslimin sejak 15 H. Di masa khalifah Umar bin Khathab r.a. Saat itu pasukan kaum muslimin di bawah pimpinan Khalid bin Walid dan Amru bin Ash mengepung Kota Yerusalem. Uskup Safruniyus tetap tidak mau menyerahkan kota suci itu kecuali kepada Umar bin Khathab r.a. Permintaan itu disampaikan ke Amirul Mukminin di Madinah dan langsung berangkat menuju Yerusalem. Akhirnya Khalifah Umar menerima secara langsung dari Uskup Safruniyus dengan perjanjian “Umarriyah”.
Dalam pandangan Islam, tanah Palestina merpakan tanah kharajiyah, yaitu tanah yang dibebaskan secara paksa dengan kekuatan kaum muslim dan pasukan militernya. Dari segi zatnya, merupakan milik kaum muslim selamanya. Kepemilikan seluruh kaum muslim di sini adalah atas fisik tanahnya. Adapun manfaatnya dimiliki oleh penduduknya. Maka, selayaknya kaum muslimin mengupayakan tanah Palestina kembali ke pangkuan kaum muslimin.
Selama ideologi perampasan ini menjadi dasar negara penjajah, upaya apa pun termasuk solusi dua negara tidak akan pernah menyelesaikan penderitaan rakyat Palestina. Solusi yang ditawarkan dunia hanya berfungsi untuk melegitimasi penjajahan, sambil menutup mata terhadap perluasan permukiman ilegal, penghancuran rumah warga, dan blokade kemanusiaan yang terus berlangsung. Bagaimana mungkin dua entitas dapat hidup berdampingan jika salah satunya secara sistematis merampas hak hidup yang lain?
Kemuliaan Al-Aqsha dan Kewajiban Umat
Bagi kaum muslim, Masjidilaqsa memiliki banyak arti. Pertama, Masjidilaqsa pernah menjadi kiblat pertama kaum muslim dalam menunaikan salat selama 16 bulan. Kemudian Allah Swt mengubah kiblat mereka ke arah Makkah (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 144).
Kedua, Masjidilaqsa dan Syam (Palestina) adalah wilayah yang Allah Swt. berkahi sebagaimana firman-Nya,
سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلًا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
“Maha Suci Allah Yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia Maha Mendengar lagi Maha Tahu.” (TQS al-Isra’ [17]: 1).
Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam At-Tafsîr Al-Munîr menyebutkan, “Syam (Palestina) adalah Tanah Suci yang telah Allah berkahi dengan banyaknya nabi yang diutus ke sana. Syariat yang mereka bawa telah menyebar ke seluruh dunia. Tanah ini dikaruniai kesuburan, pepohonan dan sungai-sungai yang melimpah. Dengan itu kebaikan dunia dan akhirat seolah-olah ada di dalamnya.” (Az-Zuhaili, At-Tafsîr al-Munîr, 17/88).
Rasulullah saw. juga mendorong kaum muslim untuk beribadah di Masjidilaqsa karena besarnya keutamaan yang Allah SWT limpahkan,
«لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَ»
“Janganlah mengencangkan pelana (untuk melakukan suatu perjalanan), kecuali menuju tiga Masjid yaitu Masjidilharam (di Makkah), Masjidku (Masjid Nabawi di Madinah), dan Masjidilaqsa (di Palestina).” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Kemuliaan dan keberkahan yang Allah limpahkan tersebut berlaku hingga hari kiamat. Sayang, hari ini Masjidilaqsa berada dalam penjajahan kaum Zion*s Yahudi. Mereka telah sering mengotori dan menistakan Masjidilaqsa. Mereka pun telah puluhan tahun melakukan berbagai kekejaman dan kekejian terhadap kaum muslim di sekitar Masjidilaqsa dan Palestina secara umum. Semua mereka lakukan dengan didukung oleh pengkhianatan para pemimpin muslim, khususnya di Timur Tengah, dan dukungan negara-negara Barat kafir.
Hanya Jihad dan Khilafah
Penderitaan Gaza tidak akan pernah diselesaikan oleh PBB, Liga Arab, maupun OKI. Juga tidak ada satu pun pemimpin Dunia Islam yang punya itikad menolong Gaza secara tuntas. Problem di Gaza juga tidak akan bisa selesai dengan cara-cara diplomatik, apalagi perdamaian. Proposal ”solusi dua negara” sama saja dengan mengkhianati Gaza dan mengakui penjajahan kaum Zion*s Yahudi di sana.
Solusi yang diperintahkan Allah Swt. untuk menyelesaikan persoalan ini hanyalah jihad dan Khilafah. Allah Swt. dengan jelas memerintahkan jihad untuk melawan kaum agresor yang memerangi dan merampas wilayah kaum muslim. Allah Swt. berfirman, “Perangilah mereka oleh kalian di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS Al-Baqarah [2]: 191). Haram hukumnya berdamai dengan kaum penjajah dan menerima eksistensi mereka di Tanah Air kaum muslim.
Krisis di Gaza juga akan tuntas sempurna jika kaum muslim memiliki perisai untuk melindungi diri mereka, yakni Khilafah Islamiah. Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda, “Sungguh Imam (Khalifah) itu adalah perisai (pelindung umat).” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Khilafah inilah yang akan mengerahkan pasukan untuk mengusir kaum Zion*s Yahudi dari Palestina dan menghukum mereka. Dahulu Rasulullah saw. pun—sebagai kepala Negara Islam saat itu pernah mengusir kaum Yahudi di Madinah dari Madinah. Rasulullah saw. sekaligus menghukum mereka karena mengkhianati beliau dan kaum muslim.
Oleh karena itu, bangkitlah, wahai kaum muslim! Kita adalah anak-cucu Shalahuddin al-Ayyubi. Dalam darah kita mengalir spirit jihad mengusir penjajah. Kaum muslim dahulu berhasil mengusir pasukan Salib dan kembali menyucikan tanah Palestina. Sekarang saatnya kita kembali melaksanakan perjuangan untuk mengusir kaum Yahudi dan menolong saudara seiman
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

 20 hours ago
                                8
                        20 hours ago
                                8
                    















































