TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika, Donald Trump menyatakan akan mengambil alih Gaza dan tidak akan mengizinkan warga Palestina yang mengungsi untuk kembali. "Tidak, mereka tidak akan, karena mereka akan mendapatkan perumahan yang jauh lebih baik. Saya pikir saya bisa membuat kesepakatan dengan Yordania, dan Mesir, Anda tahu, kami memberi mereka miliaran dolar setiap tahun," kata Trump dalam wawancara dengan Fox News yang ditayangkan pada Senin seperti dilansir dari Anadolu.
Pernyataan Trump tersebut dianggap kontroversial dan menyulut reaksi banyak pihak, termasuk negara-negara yang ia sebut harus menerima pengungsi Palestina. Hal itu juga menambah kuat dukungan Amerika yang sistematis kepada pemerintah Zionis Israel.
Praktik tersebut semakin menambah tudingan jika Amerika adalah negara imperialis. Hal itu terlihat berbagai peristiwa sejarah yang menjadi indikasi bahkan bukti.
Dilansir dari saylordotorg.github.io, pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, Amerika Serikat mulai menunjukkan ambisi ekspansionis yang menandai peralihannya menjadi kekuatan imperialisme baru. Dilansir dari laman A History of the United States Vol. 2, sebelumnya, AS lebih fokus pada ekspansi wilayah di dalam benua Amerika Utara, seperti perolehan wilayah tanah yang luas melalui pembelian dan peperangan dengan Spanyol, Inggris, Rusia, dan Prancis, selain itu juga dilakukan aneksasi Texas pada 1845.
Namun, pada akhir abad ke-19, AS mulai meniru kekuatan kolonial Eropa dengan memperluas pengaruhnya di luar wilayah benua. Hal ini menjadikan AS sebagai salah satu negara imperialis muda. Dilansir dari berbagai sumber inilah beberapa indikasi jika Amerika adalah negara imperialis:
1. Perang Spanyol-Amerika dan Akuisisi Wilayah
Dalam laman International Encyclopedia dinyatakan bahwa tonggak utama dalam transformasi AS menjadi negara imperialis muda adalah Perang Spanyol-Amerika tahun 1898. Perang ini dimulai akibat ketegangan antara AS dan Spanyol terkait kontrol atas Kuba. Setelah kemenangan AS, Spanyol menyerahkan Puerto Riko, Guam, dan Filipina kepada Amerika Serikat melalui Perjanjian Paris (1898). Peristiwa ini menandai ekspansi besar pertama AS di luar benua dan membuktikan ambisinya untuk menjadi kekuatan global.
2. Doktrin Monroe dan Kebijakan Ekspansionis
Sejak awal abad ke-19, AS telah menunjukkan keinginannya untuk menjadi kekuatan dominan di Belahan Barat melalui Doktrin Monroe (1823). Dilansir dari encyclopedia.1914-1918-online.net, doktrin ini menyatakan bahwa AS akan menentang campur tangan Eropa di Amerika Latin. Namun, pada akhir abad ke-19, AS mengembangkan kebijakan ini menjadi bentuk imperialisme yang lebih aktif. Hal ini terlihat dalam intervensinya di Kuba, Panama, Haiti, dan Republik Dominika, yang bertujuan untuk melindungi kepentingan ekonomi dan geopolitiknya.
3. Ekspansi Ekonomi dan Pengaruh Budaya
Selain ekspansi teritorial, AS juga memperluas pengaruhnya melalui dominasi ekonomi dan budaya. Dilansir dari kgeography.or.kr, dengan industrialisasi yang pesat, AS mencari pasar baru untuk produk-produknya. Hal ini mendorong negara tersebut untuk menanamkan investasi besar di Amerika Latin dan Asia.
Menurut publikasi Journal of the Korean Geographical Society yang ditulis oleh Byung-Doo Choi (2003), pengaruh budaya AS juga menyebar melalui media, industri hiburan, dan sistem pendidikan sehingga mendorong penciptaan bentuk imperialisme baru yang tidak hanya bergantung pada kontrol militer, tetapi juga pada dominasi ekonomi dan budaya.
Dengan adanya pergeseran dari ekspansi domestik ke dominasi global melalui akuisisi wilayah seberang laut, intervensi politik-ekonomi, dan penyebaran pengaruh budaya, dimulailah era Amerika Serikat yang bertransformasi menjadi negara imperialis muda.
Transformasi yang terjadi ini membawa AS sebagai pemain utama dalam dinamika imperialis modern pada pergantian abad ke-20. Meskipun berbeda dari kekuatan kolonial lama seperti Inggris dan Prancis, strategi AS dalam membangun hegemoni global membuktikan bahwa negara tersebut berperan besar dalam era New Imperialism.
Sita Planasari berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Mereka yang Mengecam Donald Trump yang Hendak Ambil Alih Gaza