Alasan Mengapa Sulit Move On saat Jatuh Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

9 hours ago 8

CANTIKA.COM, JakartaJatuh cinta bisa terasa ajaib, termasuk saat cinta itu tidak berbalas. Kebanyakan orang pernah mengalami atau menyaksikan seseorang jatuh cinta pada seseorang yang tidak merasakan hal yang sama. Rasa sakit emosional yang mengikutinya bisa sama hebatnya dengan putus cinta, meskipun hubungan "nyata" mungkin tidak pernah ada. Mengapa cinta yang tak berbalas memengaruhi kita begitu dalam? Bagaimana kamu bisa merasa begitu terikat pada seseorang yang tidak mencintai Anda?

Cinta tidak selalu logis. Ilmu saraf menunjukkan bahwa jatuh cinta mengaktifkan sistem penghargaan otak, terutama jalur dopamin, mirip dengan efek zat adiktif. Pengalaman ketertarikan romantis memicu respons emosional dan fisik yang kuat. Dalam hubungan timbal balik, otak diberi penghargaan secara konsisten. 

Namun dalam cinta tak berbalas, kamu sering kali mengejar penghargaan yang terputus-putus seperti senyum, kata-kata yang baik, perhatian sesaat. Penguatan yang tidak terduga semacam ini, yang dikenal sebagai penguatan terputus-putus, sebenarnya memperkuat keterikatan emosional. Dinamika yang sama yang menjerat penjudi kompulsif, dan begitu otak terperangkap dalam lingkaran itu, akan sangat sulit untuk melepaskan diri atau move on.

Cinta bertepuk sebelah tangan cenderung bertahan bukan karena siapa orang itu sebenarnya, tetapi karena siapa yang kamu bayangkan mereka bisa jadi dan apa yang tampaknya mereka wakili. Kita sering memproyeksikan kebutuhan, harapan, atau kualitas pasangan ideal kita yang tidak terpenuhi kepada mereka. 

Ketika perasaan itu tidak terbalas, pikiran tidak selalu melepaskannya. Sebaliknya, pikiran mungkin menggandakannya dan membangun fantasi yang lebih rumit: "Jika saja mereka membalas cintaku, semuanya akan berbeda." Dan karena pengalaman yang dibayangkan dapat memicu pelepasan dopamin yang hampir sama dengan yang nyata, fantasi itu sendiri menjadi bermanfaat secara emosional. Sensasi kimia yang membuat merasa senang itu sulit dilepaskan—bahkan ketika tahu tahu cinta itu tidak nyata.

Otak kita terprogram untuk mencari penyelesaian, tetapi tidak selalu menerimanya, terutama saat terasa menyakitkan. Bahkan saat penolakannya jelas, penerimaan bisa terasa tak tertahankan. Alih-alih melepaskan, pikiran kamu mungkin terus memutar ulang percakapan, membayangkan hasil yang berbeda, atau bertanya-tanya apa kesalahan kamu. 

Ini bukan sekadar penyangkalan, melainkan upaya otak untuk menyelesaikan konflik emosional yang terasa belum selesai, meskipun, secara logis, memang demikian. Semakin besar kesenjangan antara apa yang kamu harapkan dan apa yang sebenarnya terjadi, semakin keras pikiran kamu berusaha untuk menutupnya. Ironisnya, proses itu dapat membuat keterikatan tetap hidup dan membuat kamu semakin sulit untuk melanjutkan hidup.

Pilihan Editor: Berapa Lama Waktu yang Dibutuhkan untuk Jatuh Cinta? Ini Penjelasan Ilmiah dan Psikologisnya

PSYCHOLOGY TODAY

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |