REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL — Selama bertahun-tahun, ajang penghargaan musik paling bergengsi di dunia, Grammy Awards, dianggap sebagai “benteng” yang sulit ditembus oleh K-pop. Namun tahun ini, dinding itu mulai retak. Dengan sejumlah artis K-pop meraih nominasi di kategori utama Grammy Awards ke-68, perhatian dunia kini tertuju pada apakah ini akan menjadi titik balik sejarah bagi genre tersebut.
Pada 7 November waktu setempat, Recording Academy mengumumkan daftar akhir nominasi untuk acara yang akan digelar Februari 2026 di Crypto.com Arena, Los Angeles. Sebelum pengumuman, dua lagu K-pop sudah ramai diperbincangkan sebagai calon kuat yaitu “APT.” karya Rosé BLACKPINK yang berkolaborasi dengan Bruno Mars, serta “Golden,” lagu tema film animasi Netflix KPop Demon Hunters. Keduanya terbukti berhasil menembus kategori besar.
Dikutip dari Korea Times, Rabu (12/11/2025), lagu “APT.” masuk dalam tiga nominasi bergengsi Song of the Year, Record of the Year, dan Best Pop Duo/Group Performance. Sementara “Golden” mencatat lima nominasi, termasuk Song of the Year. Ini menjadi pertama kalinya dalam sejarah lagu K-pop masuk ke kategori utama Grammy bidang yang selama ini hanya didominasi musisi Barat.
Sebelumnya, BTS pernah masuk nominasi melalui kolaborasi mereka di album Music of the Spheres milik Coldplay (2023), namun belum berhasil membawa pulang piala. Kini, industri menantikan apakah “APT.” atau “Golden” bisa mencetak sejarah sebagai pemenang pertama dari K-pop di kategori utama Grammy.
Tak hanya Rosé, musisi Korea lain juga mencatat prestasi. Grup bentukan HYBE dan Geffen Records, Katseye, masuk nominasi Best New Artist dan Best Pop Duo/Group Performance. Sementara musikal Korea “Maybe Happy Ending” pemenang enam Tony Awards juga dinominasikan dalam kategori Best Musical Theater Album.
Grammy Awards yang digelar sejak 1959 dikenal sebagai salah satu dari empat penghargaan musik terbesar di Amerika Serikat, bersama Billboard Music Awards, American Music Awards, dan MTV VMAs. Berbeda dari penghargaan lain yang menitikberatkan pada popularitas, Grammy lebih menonjolkan nilai artistik dan musikalitas, dengan pemenang dipilih oleh anggota Recording Academy.
Namun, ajang ini kerap dikritik karena dianggap bias terhadap musisi kulit putih dan sering mengabaikan perempuan serta artis berkulit berwarna. Julukan “White Grammys” bahkan melekat selama beberapa dekade.
Bagi K-pop, rintangan itu terasa lebih tinggi. BTS sempat tiga tahun berturut-turut (2021–2023) masuk nominasi untuk Best Pop Duo/Group Performance, namun gagal menang. Selain BTS, belum ada artis K-pop lain yang berhasil masuk nominasi besar menjadikan Grammy satu-satunya penghargaan musik besar AS yang belum dimenangi K-pop.
Namun tahun ini situasinya berbeda. Kehadiran beberapa lagu K-pop di kategori utama menandai terobosan baru. Harapan bahwa mereka bisa menang pun semakin besar. Kemenangan Grammy disebut bisa menjadi tonggak penting dalam ekspansi global K-pop.
Tanda-tanda perubahan juga terlihat. Tahun lalu, Beyoncé menjadi artis kulit hitam pertama yang memenangkan Album of the Year, dan Kendrick Lamar membawa pulang lima piala termasuk Record of the Year dan Song of the Year. Perubahan arah ini membuat banyak pihak optimistis bahwa Grammy kini lebih terbuka bagi keberagaman musik dunia.
Meski begitu, sejumlah pengamat menilai bahwa nominasi artis K-pop tahun ini seperti Rosé, KPop Demon Hunters, dan Katseye lebih berorientasi ke pasar Amerika dengan lagu-lagu berbahasa Inggris. Artinya, perjalanan menuju pengakuan penuh bagi K-pop dalam bentuk aslinya masih panjang.

2 hours ago
10












































