Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed, secara resmi membuka rangkaian kegiatan peringatan 43 tahun Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam dengan memukul bedug di Masjid PPMI Assalaam. AndoJAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Antar jemput anak sekolah, belakangan ini tak bisa dianggap sebagai persoalan sepele. Soal antar jemput anak sekolah ini bahkan menjadi perhatian serius dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti.
Peringatan itu muncul di tengah meningkatnya kasus penculikan terhadap anak. Dalam beberapa pekan terakhir, publik dikejutkan oleh dua kasus berbeda: seorang siswi SMA di Tangerang yang sempat menghilang selama sepekan sebelum akhirnya ditemukan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, serta kasus balita Bilqis yang diculik di Makassar dan baru ditemukan di Jambi.
Abdul Mu’ti menegaskan, pengawasan terhadap aktivitas antar-jemput anak harus diperketat, terutama di jenjang pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar. Ia meminta setiap sekolah memastikan bahwa orang yang menjemput atau mengantar siswa benar-benar berasal dari keluarga atau pihak yang berwenang.
“Untuk tingkat TK dan SD awal, ini sangat krusial. Sekolah harus punya sistem dan aturan jelas agar hanya orang yang terverifikasi yang boleh mengantar dan menjemput anak,” ujarnya saat ditemui di ICE BSD, Tangerang Selatan, Kamis (13/11/2025).
Ia menambahkan, sekolah perlu menyusun database lengkap berisi identitas pengantar dan penjemput siswa, mulai dari nama, alamat, hingga nomor kontak yang bisa dihubungi. Langkah ini, menurutnya, bukan sekadar administrasi, melainkan bagian dari upaya melindungi anak-anak dari potensi kejahatan.
Tak hanya menyoroti peran sekolah, Abdul Mu’ti juga menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dalam menjaga keamanan anak. Menurutnya, orang tua perlu lebih waspada dan memperhatikan siapa saja yang berinteraksi dengan anak, terutama di lingkungan luar rumah.
“Sekolah dan keluarga harus berjalan seiring. Kalau sekolah sudah hati-hati tapi keluarga lengah, maka risikonya tetap tinggi,” katanya.
Lebih lanjut, Abdul Mu’ti mendorong agar masyarakat ikut membangun budaya peduli dan saling menjaga di lingkungan masing-masing. Ia menilai setiap rukun tetangga (RT) dapat berperan aktif membangun sistem pengawasan sederhana bagi anak-anak yang bermain di luar rumah tanpa pengawasan orang tua.
“Istilah asingnya neighborhood, tapi dalam konteks kita bisa disebut budaya kewargaan. Artinya, kita semua saling peduli. Walaupun bukan anak kita sendiri, mereka tetap bagian dari keluarga besar di lingkungan kita,” tuturnya.
Dengan sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, ia berharap keamanan anak-anak Indonesia dapat lebih terjamin. “Anak-anak adalah amanah bersama. Menjaga mereka berarti menjaga masa depan bangsa,” tandasnya. [*] Disarikan dari sumber berita media daring
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.
















































