TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank SMBC Indonesia Tbk (SMBC Indonesia) mencatatkan kinerja positif dalam laporan keuangan periode 2024. SMBC Indonesia telah menyalurkan kredit secara konsolidasi yang meningkat sebanyak 15 persen menjadi Rp 179,4 triliun per akhir 2024.
Direktur Utama SMBC Indonesia Henoch Munandar mengatakan peningkatan laba, kredit, dana pihak ketiga, dan aset merupakan bukti kekuatan fundamental bisnis perseroannya. “Dengan pencapaian luar biasa tahun lalu sebagai landasan, kami akan terus berupaya memberikan solusi keuangan yang relevan untuk memenuhi kebutuhan nasabah,” kata Henoch dalam keterbukaan informasi di situs Bursa Efek Indonesia, dikutip Selasa, 3 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Faktor pendorong terbesar berasal dari kredit retail yang tumbuh signifikan sebesar 31 persen, berkat penyaluran di segmen Joint Finance sebesar 389 persen, Jenius 51 persen, dan Mikro sebesar 40 persen. Dari jumlah ini, artinya SMBC mengompensasi penurunan pembiayaan di BTPN Syariah yang memfokuskan pada kualitas pembiayaan pada 2024.
Selain itu, kredit untuk usaha kecil dan menengah (UKM) naik 8 persen, sedangkan di sisi kredit korporasi dinamika suku bunga dan persaingan suku bunga kredit korporasi yang ketat merupakan tantangan yang dihadapi pada 2024, yang berdampak pada turunnya kredit korporasi sebesar 6 persen.
“SMBC Indonesia akan merespons dinamika pasar tersebut dengan pengelolaan portofolio kredit korporasi yang lebih optimal dan relevan dengan kebutuhan nasabah korporasi,” kata Hanoch.
Sementara itu, di 2024, total aset SMBC Indonesia naik 20 persen menjadi Rp 241,1 triliun dan laba bersih sebesar Rp 2,8 triliun atau naik 10 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan laba bersih konsolidasi didorong oleh pendapatan operasional yang meningkat 27 persen mencapai Rp17,4 triliun, yang dikontribusikan oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh 26 persen menjadi Rp15,2 triliun serta pendapatan lainnya yang naik 31 persen menjadi Rp2,2 triliun.
Pendapatan bunga bersih secara konsolidasi meningkat sejalan dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang naik ke level 7,10 persen per Desember 2024 dari 6,45 persen pada Desember 2023. Kontributor utama dari peningkatan pendapatan bunga bersih meliputi kenaikan pendapatan bunga dari kredit, penempatan aset likuid seperti surat berharga, dan pendapatan bunga bersih dari Grup OTO.
Dari sisi pendapatan fee, peningkatan volume transaksi kartu kredit, peningkatan penjualan produk bancassurance, cash management, dan trade memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan fee Perseroan. Dengan pengonsolidasian biaya operasional Grup OTO sejak akuisisi ke dalam angka konsolidasi, biaya operasional menjadi Rp9,4 triliun. Biaya kredit menjadi Rp3,9 triliun pada 2024. Peningkatan biaya-biaya ini sejalan dengan pertumbuhan volume usaha dan inisiatif lainnya dari SMBC Indonesia.
Dia mengatakan transformasi merek SMBC Indonesia yang dimulai akhir tahun lalu juga akan terus bergulir dengan menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Selain itu, fenomena ini juga akan berkelindan dengan pertumbuhan perekonomian melalui sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan.
Transformasi merek SMBC Indonesia tahun ini berlanjut dengan peresmian beberapa cabang di enam kota besar yang dimulai pada awal Februari, yaitu Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan, dan Makassar, untuk memberikan pelayanan yang terintegrasi bagi beragam segmen nasabah. “Peresmian kantor cabang ini semakin mengukuhkan posisi SMBC Indonesia yang memiliki keunggulan dalam akses ke jaringan global dan rekam jejak keunggulan lokal,” kata Henoch.
Pada Maret 2024, SMBC Indonesia telah menyelesaikan akuisisi PT Oto Multiartha (OTO) dan PT Summit Oto Finance (SOF) atau Grup OTO, sebagai bagian dari strategi perseroan untuk melakukan ekspansi usaha. Di luar dampak akuisisi Grup OTO, laba bersih entitas Bank dan BTPN Syariah setelah pajak meningkat sekitar 8 persen.
Sementara, total dana pihak ketiga SMBC Indonesia meningkat sebesar 12 persen menjadi Rp 121,3 triliun, dengan saldo rekening koran dan rekening tabungan (current account & saving account/CASA) tumbuh 3 persen menjadi Rp45,6 triliun dan total deposito naik 18 persen menjadi Rp75,7 triliun per akhir Desember 2024.