TEMPO.CO, Jakarta - Belasan pendulang emas di pedalaman Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, tewas dalam serangan oleh kelompok separatis Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) sejak Minggu hingga Senin, 6-7 April 2025.
Kelompok separatis mengklaim telah menewaskan 17 pendulang, yang mereka sebut sebagai intel TNI. Namun Satgas Damai Cartenz menyebutkan ada 11 orang tewas, delapan orang belum jelas nasibnya, serta sepasang suami istri diduga diculik oleh kelompok yang disebut pemerintah sebagai KKB atau Kelompok Kriminal Bersenjata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kaops Satgas Damai Cartenz Brigjen Pol Faizal Rahmadani mengatakan sepasang suami istri yang ikut mendulang emas di pedalaman Kabupaten Yahukimo diduga disandera.
"Ada dugaan pasangan suami istri, yang sering dipanggil Tuan Dusun bernama Dani dan istrinya bernama Gebi, masih disandera KKB. Pasangan suami istri ini sebelumnya bersama-sama para pendulang lain," kata Faizal Rahmadani, di Jayapura, Kamis, 10 April 2025.
Dia mengatakan selain pasutri tersebut, ada delapan pendulang emas lain dilaporkan terpisah dari rombongan dan belum diketahui keberadaannya.
Sebelumnya, dilaporkan 11 pendulang meninggal dalam serangan yang terjadi Minggu dan Senin di lokasi 22 dan Muara Kum, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.
Menurut Brigjen Faizal, serangan itu dilakukan kelompok yang menamakan dirinya sebagai Kodap XVI Yahukimo dan Kodap III Ndugama. "Korban pembunuhan tersebut mengalami luka bacok, tembakan, serta luka akibat panah," katanya.
Dia menyebutkan saat ini 35 orang korban selamat mengamankan diri di Kampung Mabul, Distrik Koroway, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan.
"Satgas Operasi Damai Cartenz akan terus memburu para pelaku dan memastikan keamanan warga di Tanah Papua tetap terjaga,” kata Faizal Rahmadani.
Satgas Damai Cartenz baru mengetahui identitas enam pendulang emas yang menjadi korban pembunuhan KKB, yaitu Aidil, Sahruddin, Stenli, Wawan, Feri, dan Bungsu, sedangkan lima lainnya masih belum diketahui.
"Identitas para korban itu diperoleh dari para pendulang yang selamat dari aksi penyerangan," katanya.
Menurut dia, penyerangan yang menewaskan para pendulang itu merupakan tragedi kemanusiaan sehingga Satgas Damai Cartenz akan melakukan penegakan hukum kepada anggota KKB yang menjadi pelakunya.
Di tempat terpisah, Dandim 1715/Yahukimo Letkol Inf Tommy Yudistyo, mengatakan pelaku penyerangan yang menewaskan pendulang itu adalah KKB yang dipimpin Elkius Kobak.
Menurut Faizal Rahmadani, dua orang pendulang yang selamat dari serangan telah dievakuasi ke Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.
Evakuasi pada Rabu itu dilakukan setelah tim penindakan dari Satgas Damai Cartenz tiba di lokasi. Dua korban setibanya di Dekai langsung dibawa ke Mapolres Yahukimo.
"Dari kedua saksi itu diharapkan didapat informasi terkait penyerangan yang menewaskan rekan-rekannya," katanya.
Untuk mencapai lokasi penambangan yang diserang KKB, bila dari Dekai hanya dapat ditempuh dengan menggunakan helikopter, sedangkan dari Asmat dapat menggunakan perahu motor karena wilayah itu berada di perbatasan dengan Kabupaten Asmat.
Pernyataan TPNPB OPM
Juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan, sebanyak 17 pendulang emas ilegal di wilayah Kabupaten Yahukimo tewas dalam serangan empat hari terakhir. "Yang lolos melarikan diri 50 orang, tiga luka," katanya ketika dihubungi Tempo lewat aplikasi perpesanan pada Kamis, 10 April 2025.
Sebby memperkirakan, ada sekitar 100 orang penambang emas di wilayah Yahukimo. Kebanyakan dari mereka bukan merupakan Orang Asli Papua (OAP), sehingga mereka dianggap intel pemerintah.
Sebby mengingatkan kepada warga pendatang di Papua untuk segera meninggalkan lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebagai zona perang oleh TPNPB OPM. Sebab bila tidak, kata dia, mereka bisa saja dianggap merupakan bagian dari infiltran dan menjadi sasaran TPNPB OPM.
"Jikalau mereka tidak mengindahkan peringatan kami, maka kami anggap mereka semua itu bagian dari Indonesia Security Forces," ucapnya.
Dalam keterangan sebelumnya, Sebby mengatakan dalam operasi yang dilakukan dalam jangka waktu 6-8 April 2025, TPNPB-OPM menewaskan 11 pendulang emas. Mereka kembali menewaskan enam penambang pada Rabu, 9 April 2025. Semua korban yang dibunuh OPM berada di wilayah Yahukimo.
Kabupaten Yahukimo merupakan satu dari total sembilan wilayah yang telah ditetapkan oleh TPNPB OPM sebagai zona perang. Wilayah lainnya adalah Pegunungan Bintang; Nduga; Puncak Jaya; Intan Jaya; Maybrat; Dogiyai; Paniai; dan Deiyai.
Bantahan Kemhan
Kementerian Pertahanan membantah para pendulang yang menjadi korban KKB adalah agen mata-mata TNI.
"Susah ketika ada organisasi yang punya ideologi ingin memerdekakan diri dan mungkin punya agenda tertentu, akhirnya memukul rata sampai warga sipil pun dibilang sebagai agen intelijen. Dan ini tidak benar," kata Kepala Biro Informasi dan Humas Kementerian Pertahanan Frega Wenas di Jakarta, Kamis, 10 April 2025, seperti dikutip Antara.
Dia menjelaskan ada sebanyak 11 warga sipil yang meninggal akibat serangan KKB tersebut. Menurut dia, belasan korban itu merupakan penambang ilegal yang dibunuh secara sadis oleh KKB.
Dia mengatakan narasi yang muncul terkait korban sebagai agen TNI merupakan informasi yang tidak benar. Pelibatan TNI di Papua, kata dia, juga bertugas untuk sektor pendidikan, ekonomi, kesejahteraan, di samping menjaga keamanan dan kedaulatan NKRI.
"Disinformasi atau malinformasi, itu adalah memang penyesatan informasi yang dilakukan untuk merusak dan menyesatkan pemikiran ataupun persepsi yang melihat ataupun mungkin membaca," kata dia.
Saat ini, pemerintah sedang mengevakuasi korban serangan Kelompok Kriminal Bersenjata itu dan hingga Kamis ini masih berlangsung karena jarak pos terdekat cukup jauh dari lokasi peristiwa.
Frega Wenas mengatakan pemerintah dan TNI mengedepankan aparat kepolisian untuk mengatasi serangan KKB tersebut karena korban-korban yang timbul merupakan warga sipil. "Kita berkolaborasi dengan semua pihak, baik dengan penegak hukum, pemerintah daerah dan seluruh stakeholder yang ada di Papua untuk menjaga stabilitas di sana," kata Frega di Kantor Kemenhan, Jakarta.
Dia mengatakan pengerahan aparat kepolisian untuk mengevakuasi korban membuktikan bahwa korban-korban tersebut merupakan warga sipil.
Pengerahan Kekuatan Senjata Opsi Terakhir
TNI akan mengerahkan kekuatan senjata untuk menghadapi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka sebagai pilihan terakhir dalam menyelesaikan konflik di wilayah Papua.
"Tindakan menggunakan kekuatan senjata dilakukan sebagai upaya terakhir atau last resort," kata Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Brigadir Jenderal Kristomei Sianturi melalui pesan singkat kepada Tempo pada Selasa, 8 April 2025.
Meski begitu, ia berujar penggunaan senjata tetap akan dilakukan TNI secara terbatas. "Tetapi ini bersifat terbatas dan selektif, hanya ditujukan kepada OPM yang melakukan aksi kekerasan, biadab dan keji," ucap dia.
Dia mengatakan TNI juga tidak akan menambah pasukan untuk menghadapi TPNPB-OPM. Sebab, ucap Kristomei, prajurit militer tetap akan bertugas seperti biasa dalam mengamankan wilayah Papua.
M. Raihan Muzzaki, Vedro Imanuel Girsang berkontribusi dalam penulisan artikel ini