
JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Baru saja dilantik sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani, Purbaya Yudhi Sadewa sudah mengeluarkan pernyataan yang kontroversial dan dinilai oleh banyak pihak sebagai sebuah kesombongan.
Dalam aksi di depan Gedung DPR, Selasa (9/9/2025), mahasiswa yang tergabung dalam BEM Universitas Indonesia (UI) menegaskan sikap mereka terhadap ucapan sang Menteri Keuangan tersebut.
Ketua BEM UI, Atan Zayyid Sulthan Rahman, menyebut pernyataan Purbaya merendahkan perjuangan mahasiswa. “Dia bilang kalau sudah makan enak maka tidak akan demo. Itu jelas meremehkan aspirasi kami,” ujar Atan di lokasi aksi.
Atan menegaskan, mahasiswa tidak akan surut meski diremehkan. Menurutnya, tindakan pejabat publik yang cenderung menganggap enteng aspirasi hanya akan memantik perlawanan. “Mau kami makan enak atau tidak, kalau pemerintahan masih bobrok, kami akan tetap turun ke jalan,” imbuhnya.
Nada serupa juga disuarakan Kepala Departemen Kajian Strategis BEM UI 2025, Diallo Hujan Biru. Ia menilai, meskipun baru sehari menjabat, Purbaya sudah memperlihatkan sikap yang mengecewakan publik. “Baru satu hari menjabat, sudah melukai rakyat dengan ucapannya. Itu jelas tidak berpihak pada masyarakat,” katanya.
Diallo mengingatkan, 17+8 Tuntutan Rakyat yang disuarakan mahasiswa tidak lahir dari ruang kosong, melainkan dari situasi menekan yang dialami masyarakat. “Dia mengecilkan penderitaan rakyat, mengecilkan penindasan yang nyata. Tuntutan ini lahir karena ada saudara-saudara kami yang menjadi korban,” tegasnya.
Selain itu, BEM UI juga menyoroti komentar Penasehat Presiden, Jenderal (Purn) Wiranto, yang sebelumnya mengatakan 17+8 Tuntutan Rakyat tidak mungkin dipenuhi semua. “Kalau bernegara itu dianggap repot, berarti banyak orang yang lebih layak dari Anda untuk memimpin,” sentil Diallo.
Aksi bertajuk #RakyatTagihJanji itu diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai kampus, termasuk UIN Syarif Hidayatullah dan Unika Atma Jaya. Massa mulai memenuhi kawasan sekitar DPR sejak siang hari, menyebabkan lalu lintas tersendat. Klakson kendaraan bersahut-sahutan, namun arus lalu lintas tetap bisa diurai dengan pengaturan aparat.
Menanggapi kritik tersebut, Purbaya akhirnya meralat ucapannya dan menyampaikan permintaan maaf. Ia mengakui salah dalam merespons aspirasi mahasiswa. “Maksud saya bukan sebagian kecil. Ketika ekonomi tertekan, masyarakat luas yang merasakan. Kalau ucapan saya keliru, saya perbaiki,” katanya di Kompleks Istana, Selasa (9/9/2025).
Purbaya menegaskan, pemerintah berkomitmen mempercepat pemulihan ekonomi agar lapangan kerja semakin terbuka. “Sehingga masyarakat bisa sejahtera bersama. Itu tujuan utama kami,” pungkasnya. [*] berbagai sumber
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.