Bermula dari Bisul, Lansia di Bekasi Ini Meninggal Dunia

4 hours ago 8
Ilustrasi mayat | pixabay

BEKASI, JOGLOSEMARNEWS.COM Gegara berawal dari bisul di pantat, seorang lansia berusia 62 tahun asal Bekasi justru kehilangan nyawa. Kasus ini sontak menghebohkan publik karena di tubuh pasien ditemukan kain kasa tertinggal tanpa jahitan pascaoperasi.

Kisah tragis itu menimpa Mursiti (62), yang menjalani operasi di RS Hastien Karawang pada awal Oktober 2025. Tak lama setelah tindakan operasi, kondisi kesehatannya memburuk dan ia mengembuskan napas terakhir di rumahnya pada Sabtu (11/10/2025) dini hari.

Kisah pilu tersebut bermula saat Mursiti menjalani tindakan operasi pengangkatan bisul pada awal Oktober 2025. Pihak rumah sakit semula menyatakan tindakan tersebut berjalan lancar. Namun, beberapa hari setelah operasi, kondisi Mursiti justru menurun drastis. Ia dipulangkan ke rumah karena dianggap stabil, tetapi hanya berselang beberapa hari, kesehatannya memburuk dan ia mengembuskan napas terakhir pada Sabtu dini hari (11/10/2025).

Adik korban, Acih Sukarsih (41), tak kuasa menahan tangis ketika mengenang detik-detik terakhir kakaknya. “Kami semua kaget. Operasi bisul itu kan harusnya tindakan ringan. Tapi kondisi kakak justru memburuk dan akhirnya meninggal dunia,” ujarnya, Minggu (12/10/2025).

Duka keluarga berubah menjadi keterkejutan mendalam saat proses pemandian jenazah. Ketika memeriksa bagian perut bawah korban, mereka menemukan luka terbuka yang berisi kapas dan kasa tanpa jahitan sama sekali. “Kami kaget sekali. Luka itu tidak dijahit, hanya disumpal kapas dan kasa. Dokter tidak pernah menjelaskan soal ini,” tutur Acih dengan suara bergetar.

Penemuan itu sontak membuat keluarga menuntut penjelasan dari pihak rumah sakit. Mereka khawatir ada kelalaian dalam prosedur medis yang dijalankan. Kepala Desa Sumberurip, Jajang Sujai, yang mendampingi keluarga korban, mengaku pihak rumah sakit tidak membantah keberadaan kasa tersebut. Namun mereka beralasan tindakan itu masih dalam batas wajar dan merupakan bagian dari SOP medis.

“Pihak RS mengatakan kasa itu memang dipasang untuk sementara sebagai bagian dari tindakan medis. Tapi tetap saja, keluarga perlu penjelasan tertulis supaya tidak timbul spekulasi,” ujar Jajang.

Menurut Jajang, pihak RS juga menjelaskan bahwa luka Mursiti belum dijahit karena masih dalam tahap penyembuhan dan akan ditindaklanjuti pada Senin (13/10/2025). Sayangnya, nyawa pasien sudah lebih dulu melayang sebelum tindakan lanjutan dilakukan.

Manajer Pelayanan Medis RS Hastien, dr Fahri Trisnaryan, turut memberikan klarifikasi. Ia menyebut pasien memiliki riwayat diabetes melitus (DM) yang memperparah proses penyembuhan luka. Operasi yang dilakukan bukan hanya pengangkatan bisul, melainkan debridement atau pembersihan jaringan mati dan nanah yang tidak bisa langsung dijahit rapat.

“Kami melakukan evakuasi nanah dan irigasi antiseptik. Luka tidak dijahit agar cairan bisa keluar dan tidak menyebabkan abses baru. Penggunaan kasa justru bagian dari metode pengeringan luka pada pasien diabetes,” jelas dr Fahri.

Pihak RS Hastien menegaskan bahwa seluruh tindakan telah sesuai prosedur medis standar (SOP). Meski begitu, pernyataan tersebut belum cukup menenangkan keluarga korban yang menganggap luka pasien terlalu terbuka untuk dibiarkan begitu saja.

Kasus ini akhirnya menarik perhatian publik dan bahkan sampai ke telinga Bupati Karawang, Aep Syaepuloh. Ia langsung memerintahkan Dinas Kesehatan Karawang (Dinkes) untuk melakukan investigasi menyeluruh terhadap RS Hastien. “Saya sudah instruksikan Dinkes untuk mengecek ke rumah sakit dan menemui keluarga korban. Masyarakat harus mendapat penjelasan yang transparan,” tegasnya.

Menindaklanjuti instruksi itu, Kepala Dinas Kesehatan Karawang, Endang Suryadi, mengonfirmasi bahwa timnya telah turun langsung ke RS Hastien untuk melakukan monitoring awal. Tim audit medis kini tengah memeriksa rekam medis, keterangan tenaga kesehatan, serta hasil autopsi internal rumah sakit.

“Kami belum bisa menyimpulkan apakah ini malapraktik atau bukan. Semua masih dalam tahap pemeriksaan. Kami ingin memastikan apakah semua prosedur medis sudah sesuai standar,” jelas Endang.

Endang menambahkan, dari sisi medis, penggunaan kasa di luka bisa saja merupakan bagian dari drainase untuk menyerap cairan dan mencegah infeksi. Namun, ia menegaskan bahwa komunikasi antara tenaga medis dan keluarga pasien harus diperiksa untuk memastikan tidak terjadi kesalahpahaman.

“Apakah penggunaan kasa itu dilakukan sesuai etika dan prosedur, serta apakah keluarga sudah diberi penjelasan yang cukup — itu yang sedang kami pelajari,” tandasnya.

Kini, publik menunggu hasil audit resmi dari Dinas Kesehatan untuk memastikan apakah kasus kematian Mursiti murni akibat komplikasi medis atau ada unsur kelalaian di baliknya. Yang jelas, dari sebuah operasi bisul yang tampak sepele, seorang ibu kehilangan nyawa, dan keluarga kehilangan kepercayaan terhadap rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat pemulihan. [*] Disarikan dari sumber berita media daring

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |