Bos Kadin Singgung Target Pertumbuhan 8 Persen di Forbes Global CEO Conference

3 hours ago 11

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya N. Bakrie optimistis Indonesia mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen dalam beberapa tahun mendatang. Ia menilai capaian tersebut realistis jika pemerintah, dunia usaha, dan mitra internasional bersinergi memperkuat investasi serta perdagangan.

“Menurut saya, target pertumbuhan ekonomi delapan persen itu benar-benar mungkin karena kita mencapai lima persen dalam beberapa tahun terakhir. Jadi kita hanya perlu tambahan tiga persen, dan saya pikir investasi serta perdaganganlah yang akan membuat kita bisa mencapainya,” ujar Anindya dalam Forbes Global CEO Conference 2025 di Hotel St Regis, Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Anindya menilai Indonesia memiliki banyak modal untuk mewujudkan target tersebut, mulai dari sumber daya alam melimpah hingga potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar. Ia menyebut pemerintah telah menandatangani komitmen bahwa dalam 15 tahun ke depan sekitar 75 gigawatt (GW) energi nasional akan berasal dari sumber EBT seperti panas bumi, tenaga surya, dan angin.

“Indonesia diberkahi dengan sumber daya besar di bawah tanah seperti mineral kritis. Kita juga punya potensi besar di EBT, geothermal, solar, udara, dan sebagainya,” kata dia.

Namun, Anindya mengingatkan bahwa Indonesia tidak bisa mencapai target tersebut sendirian. Ia menyoroti pentingnya kolaborasi internasional, transfer teknologi, serta peningkatan keterampilan tenaga kerja muda agar mampu bersaing di pasar global.

“Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri karena kita tidak punya banyak waktu. Kita punya bonus demografi, 60 persen penduduk di bawah usia 40 tahun, tapi hanya sembilan persen yang menempuh kuliah. Kita butuh mitra untuk membantu dengan teknologi dan upskilling,” ujarnya.

Anindya juga menilai kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi pendorong baru untuk produktivitas dan inovasi nasional. Dengan pemanfaatan teknologi, ia menilai Indonesia bisa mempercepat peningkatan nilai tambah industri dan memperluas ekspansi pasar.

“Dengan intervensi AI, Indonesia bisa punya banyak manfaat untuk mencapai tujuan itu. Jadi saya pikir delapan persen itu mungkin, tapi kita harus bekerja keras bersama banyak mitra. Itu mungkin memakan waktu lima hingga sepuluh tahun,” katanya.

Ia menekankan pentingnya memperluas pasar ekspor ke wilayah baru seperti Uni Eropa dan Kanada, serta memanfaatkan keanggotaan Indonesia di BRICS. Menurutnya, langkah Presiden Prabowo Subianto yang aktif membuka hubungan perdagangan global merupakan strategi tepat untuk memperkuat posisi Indonesia dalam jaringan nilai dunia.

“Kita harus berpikir tentang produk dan mengembangkan pasar, misalnya ekspansi ke UE dan Kanada. Presiden sudah pergi ke 24 negara dalam beberapa bulan terakhir untuk membuka batasan perdagangan dan komunikasi. Itu penting untuk memperluas jaringan nilai kita,” tutur Anindya.

Anindya juga mengajak dunia usaha Indonesia untuk terus membuka diri terhadap investasi asing. Selain Sovereign Wealth Fund (SWF) Danantara, Indonesia, menurutnya, masih membutuhkan lebih banyak aliran modal dari mitra global guna mempercepat transformasi ekonomi nasional.

“Kita masih punya banyak ruang untuk berkembang. Itu sebabnya teman-teman Forbes menggelar acara ini di sini, artinya kita butuh investasi. Kita punya SWF Danantara, tapi pada saat yang sama kita perlu mengumpulkan lebih banyak investasi lainnya sekarang,” ujar Anindya.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |