(Beritadaerah-Singhasari) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari, Malang, Jawa Timur, telah disiapkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi digital nasional. Terkait dengan hal tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah menyusun naskah kebijakan pengembangan kawasan tersebut. Upaya ini diawali dengan survei lapangan ke sejumlah instansi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan pengelola KEK Singhasari yang berlangsung pada 17–20 Juni 2025.
Kegiatan ini bertujuan untuk menghimpun dan memverifikasi data terkait konektivitas infrastruktur, ekosistem digital, pengembangan industri digital, serta proyeksi dampak ekonomi KEK Singhasari terhadap wilayah Malang Raya dan Jawa Timur secara umum.
Menurut Endah Dwi Novianti, Analis Kebijakan Ahli Pertama BRIN, penyusunan naskah kebijakan ini krusial untuk mengidentifikasi permasalahan yang menjadi wewenang Pemprov Jatim dalam mendukung transformasi KEK Singhasari sebagai pusat talenta dan industri digital di Indonesia Timur.
“KEK Singhasari punya peran strategis sebagai simpul kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi. Namun tantangannya masih banyak, seperti keterbatasan infrastruktur digital, SDM yang belum merata, hingga minimnya insentif investasi,” ujar Endah.
BRIN mencatat bahwa salah satu kendala terbesar yang dihadapi pelaku industri kreatif digital adalah akses pembiayaan. Produk digital yang bersifat tidak berwujud (intangible) sulit dinilai oleh sistem perbankan konvensional, sehingga startup digital kerap mengandalkan angel investor atau skema pembiayaan alternatif lainnya.
Hal ini juga ditegaskan oleh Kriswidyat Praswanto, General Manager BUPP KEK Singhasari. “Saat ini, pembiayaan masih terbatas pada skema KUR. Untuk bisa tumbuh, startup digital butuh intervensi kebijakan pembiayaan yang lebih progresif dan ramah terhadap karakteristik industri digital,” ungkapnya.
Ia mencontohkan model dukungan dari Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC) yang mampu menjamin produk kreatif dan memberikan pembiayaan lewat skema korporasi negara. Menurutnya, Indonesia perlu memiliki pendekatan serupa agar pelaku industri digital bisa naik kelas dan bersaing di pasar global.
Survei lapangan BRIN kali ini juga melibatkan kunjungan ke beberapa institusi kunci di Jawa Timur, seperti Bappeda, Dinas Kominfo, Dinas Perindag, BRIDA, dan pengelola KEK Singhasari. BRIN juga melihat langsung aktivitas ekosistem digital seperti Cyber Defense Academy yang menjadi wadah pelatihan keamanan siber berbasis kolaborasi antarlembaga.
Melalui sinergi lintas sektor dan kebijakan yang berbasis data, BRIN berharap KEK Singhasari dapat menjadi katalis akselerasi ekonomi digital nasional, serta memperkuat daya saing ekonomi Jawa Timur di era transformasi global.