Buntut Peredaran Uang Palsu UIN Alauddin, Anggota DPR Minta BI Awasi dan Edukasi Masif

16 hours ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Charles Meikyansah meminta Bank Indonesia (BI) untuk mengawasi sekaligus mengedukasi masyarakat secara masif, buntut maraknya peredaran uang palsu. Terutama, usai mencuatnya kasus sindikat uang palsu di UIN Alauddin, Makassar. 

Dengan adanya kasus tersebut, kata Charles, banyak masyarakat yang khawatir akan peredaran uang palsu. "Apalagi marak juga terjadi masyarakat mendapat uang palsu. Maka BI harus dapat meningkatkan upaya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai cara membedakan uang asli dan palsu," kata Charles melalui keterangan tertulis, dikutip Sabtu, 28 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Charles mengatakan, sosialisasi tentang ciri-ciri uang rupiah asli, seperti efek safeting color dan mikroteks harus gencar dilakukan kepada masyarakat. Menurut dia, edukasi yang efektif dapat membantu masyarakat lebih waspada dan mengurangi kemungkinan menerima uang palsu dalam transaksi sehari-hari.

"BI juga harus memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat mengenai langkah-langkah yang harus diambil, jika mereka menemukan atau menerima uang palsu. Apakah melapor ke kantor cabang BI terdekat atau seperti apa,” kata Charles.

Charles menambahkan, pemahaman yang jelas dapat mengurangi kerugian masyarakat bila mendapat uang palsu saat bertransaksi. Kalau perlu, menurut dia, BI bisa melakukan upaya jemput bola. 

"Kasihan kalau masyarakat kecil yang menerima uang palsu. Mungkin buat yang berkecukupan uang Rp100 atau Rp50 ribu tidak seberapa, tapi buat mereka yang kekurangan kan itu besar sekali,” ujar politikus Partai NasDem itu.

Menurut Charles, edukasi juga perlu diberikan bagi pekerja-pekerja yang sehari-hari berhubungan dengan transaksi jual-beli seperti pedagang dan kasir-kasir. "Berat sekali bagi para kasir kalau sampai dapat uang palsu, karena mereka harus mengganti dengan uang pribadi," kata dia.

Charles juga meminta untuk mengevaluasi dan meningkatkan elemen keamanan pada uang kertas yang beredar. Sebab, uang palsu yang kini banyak beredar susah dibedakan dan tembus ke bank nasional. Menurut dia, peningkatan teknologi pencetakan dan desain uang baru mungkin diperlukan untuk mencegah pemalsuan dengan kemiripan tinggi.

"Pengawasan yang ketat dapat membantu mencegah kerugian lebih lanjut bagi masyarakat. Terutama di momen liburan akhir tahun, di mana transaksi keuangan masyarakat biasanya meningkat,” ujar Charles.

Sebelumnya, Polda Sulawesi Selatan menetapkan sebanyak 17 orang tersangka pembuat dan pengedar uang palsu di Kampus UIN Alauddin, Makassar. Kapolda Sulsel Inspektur Jenderal Yudhiawan Wibisono mengatakan dua di antara tersangka adalah pegawai bank BUMN, lalu beberapa pegawai UIN Alauddin Makassar, termasuk kepala perpustakaan.

Inisial dari 17 tersangka tersebut masing-masing AI, NM, KA, IR, NS, JBP, AA, SAR, SU, AK, IL, SM, MS, SR, SW, MN, dan RM. Selain itu, masih ada tiga orang yang masuk dalam daftar pencairan orang atau DPO. Tersangka IR (37 tahun) dan inisial AK (50 tahun) adalah pegawai bank BUMN.

Kemudian, tersangka inisial AI yang menjabat sebagai Kepala Perpustakaan UIN Alauddin terlibat bersama satu orang staf. Sementara tersangka lainnya merupakan jaringan yang mengedarkan uang palsu.

"Mereka transaksi jual beli uang palsu. Dia menggunakan, dia juga menjual dan sekalian juga membeli. Transaksi ini di luar dari tempat mereka bekerja, jadi statusnya saja di situ," kata Yudhiawan saat konferensi pers, Kamis, 19 Desember 2024 seperti dikutip Antara.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |