Cerita di Balik Angka Triliunan Tugu Insurance

5 hours ago 13

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam geliat ekonomi Indonesia yang terus bergerak, PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk, atau yang akrab disapa Tugu Insurance, menorehkan catatan kinerja yang menggembirakan sepanjang Kuartal III 2025.

Seperti seorang pelari yang konsisten menambah kecepatan, perusahaan asuransi ini mempertunjukkan stamina finansial yang tangguh dengan mencatat pendapatan premi konsolidasian yang solid, mencapai Rp 7,24 triliun.

Angka tersebut bukan sekadar statistik belaka, melainkan penanda utama pertumbuhan bisnis perseroan. Jika kita bandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, terlihat peningkatan yang signifikan, seolah mengonfirmasi bahwa strategi yang dijalankan perusahaan mulai menuai hasil.

Presiden Direktur Tugu Insurance, Adi Pramana, dengan lugas memaparkan bahwa pertumbuhan ini mencapai 6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). "Pada Kuartal III 2024, pendapatan premi kita tercatat sebesar Rp 6,86 triliun," ujarnya, memberikan konteks yang jelas tentang laju pertumbuhan yang berhasil dicapai. Dalam acara Media Briefing di Jakarta pada Jumat, 14 November 2025, Adi menyampaikan rasa syukurnya atas pencapaian ini. Ia menekankan, dari sisi pendapatan kotor (gross profit premium), perusahaan telah mencatatkan kenaikan.

"Kalau kita lihat secara gross profit premium, artinya revenue kami secara angka dia naik dari tahun lalu. Kuartal III/2024 yang hanya Rp 6,86 triliun, sekarang Alhamdulillah sudah naik jadi 7,24 triliun atau naik 6 persen di kuartal III/2025," jelas Adi pekan lalu, menggarisbawahi optimisme yang menyertai pertumbuhan positif tersebut.

Pencapaian ini bukanlah kebetulan. Ini mencerminkan strategi bisnis Tugu Insurance yang efektif dalam menarik nasabah dan mengelola portofolio, sekaligus membuktikan ketahanan perusahaan di tengah pasar yang dinamis.

Jika kita mengulik lebih dalam sumber pendapatannya, terlihat dengan jelas pilar utama yang menopang kesuksesan Tugu Insurance. Kontributor terbesar pada Kuartal III 2025 ternyata berasal dari sektor fire atau properti, yang menyumbang 42% dari total pendapatan premi. Bayangkan, hampir separuh dari bisnis asuransi yang dijalankan perusahaan adalah perlindungan terhadap risiko kebakaran dan kerusakan properti. Dominasi sektor ini tak hanya menunjukkan fokus perusahaan, tetapi juga keahliannya yang mumpuni dalam menyediakan solusi asuransi untuk aset-aset vital seperti bangunan, pabrik, dan infrastruktur komersial.

Angka 42% itu juga berbicara tentang besarnya kepercayaan pasar terhadap layanan Tugu Insurance di segmen properti. Dengan porsi yang sedemikian besar, kemampuan perusahaan dalam mengelola risiko di sektor ini menjadi penentu utama kesehatan finansialnya. Strategi untuk menguasai pangsa pasar asuransi properti rupanya berjalan dengan baik.

Lantas, dari mana saja sisa pendapatan itu berasal? Tugu Insurance ternyata tak meletakkan semua telur dalam satu keranjang. Setelah properti, pendapatan premi tersebar di berbagai lini bisnis. Sektor miscellaneous (lain-lain) menyumbang 13%, sementara portofolio tradisional yang masih terkait dengan industri minyak dan gas, seperti asuransi onshore (daratan) dan offshore (lepas pantai), masing-masing memberikan kontribusi 7% dan 8%.

Diversifikasi ini diperkaya lagi dengan kontribusi 8% dari asuransi maritim (marine hull), sekitar 7% dari asuransi penerbangan (aviation), dan 6% dari asuransi teknik (engineering). Penyebaran yang merata ini mengungkapkan strategi cerdas perusahaan: tidak bergantung pada satu atau dua lini bisnis saja, melainkan menyebar risiko dan meraih peluang dari berbagai segmen industri.

Di balik portofolio yang beragam itu, ada juga sektor-sektor yang kontribusinya masih minimal. Tugu Insurance mencatat sumbangan yang kecil dari sektor kendaraan bermotor (motor vehicle) yang hanya 3%, serta sektor lainnya seperti kredit dan kesehatan. Soal ini, Adi dengan jujur menjelaskan, "Nah, kalau untuk produk asuransi kredit dan asuransi health ini kita sebenarnya tidak terlalu appetite di situ dan itu memang limited. Jadi kalau secara angka mungkin, angkanya kecil-kecil ya," terangnya. Pernyataan ini menunjukkan kesadaran perusahaan untuk fokus pada bidang-bidang yang memang menjadi kekuatannya.

Cerita sukses Tugu Insurance di Kuartal III 2025 ini semakin menarik ketika kita melihat sumber pendapatannya. Ternyata, pendapatan premi perseroan didominasi oleh pasar non-captive yang mencakup 80% dari total premi. Apa artinya? Perusahaan ini secara aktif menjual polis kepada publik luas, baik individu maupun perusahaan di luar grup usahanya. Mereka turun ke lapangan dan bersaing di pasar terbuka, membuktikan kemampuan untuk menarik klien dari berbagai sektor tanpa mengandalkan koneksi internal.

Sisanya, 20%, berasal dari pasar captive, yaitu bisnis yang berasal dari perusahaan-perusahaan dalam satu grup dengan Tugu Insurance, dalam hal ini PT Pertamina (Persero) sebagai induk perusahaan. Porsi ini mencakup asuransi yang wajib dibeli oleh anak perusahaan Pertamina. Dominasi pasar non-captive yang mencapai 80% ini mengirimkan pesan yang jelas: Tugu Insurance tidak hanya mengandalkan bisnis internal, tetapi telah berhasil membuktikan daya saingnya di pasar eksternal yang lebih luas dan kompetitif.

Dengan demikian, pencapaian Tugu Insurance di Kuartal III 2025 bukan sekadar tentang angka Rp 7,24 triliun yang tercetak di laporan keuangan. Lebih dari itu, ini adalah cerita tentang strategi yang tepat: fokus yang matang pada sektor properti yang menjadi tulang punggung, didukung oleh diversifikasi portofolio yang sehat, dan didorong oleh kemampuan nyata untuk merebut hati pasar eksternal. Kombinasi inilah yang mengukir optimisme, membawa perusahaan melangkah percaya diri menghadapi kuartal-kuartal selanjutnya, tidak hanya sebagai anak perusahaan Pertamina, melainkan sebagai pemain asuransi tangguh yang sanggup bersaing di arena yang lebih luas.

sumber : Antara

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |