Dewan Juri Akhir FFI 2024 Diumumkan, Karya Kritik Film akan Raih Piala Tanete Pong Masak

2 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Festival Film Indonesia atau FFI 2024 mengumumkan anggota Dewan Juri Akhir (DJA) pada jumpa pers yang diadakan di Aula Gedung A Kementerian Kebudayaan, Jakarta, pada Kamis, 14 November 2024. Dewan Juri Akhir (DJA) untuk kategori Film Cerita Panjang beranggotakan nama-nama besar di dunia perfilman Indonesia, antara lain; aktris Adinia Wirasti, sinematografer dan pengajar film Bambang Supriadi I.C.S., editor Dewi Alibasah, produser, sutradara, dan penulis skenario Ismail Basbeth, produser Leni Lolang, penata artistik Ong Hari Wahyu, musisi, produser, dan komposer musik Ramondo Gascaro, penulis skenario Titien Wattimena, dan akademisi film Tito Imanda.  

Adapun Dewan Juri Akhir untuk kategori Film Cerita Pendek terdiri dari M. Irfan Ramli selaku penulis skenario dan sutradara, akademisi film Novi Kurnia, serta sutradara dan penulis skenario M. Reza Fahriyansyah. Untuk kategori Film Animasi, Dewan Juri Akhir meliputi Bony Wirasmono selaku direktur kreatif dan sutradara, Chandra Endroputro yang merupakan produser dan sutradara film animasi, serta animator Ronny Gani. Sedangkan kategori Film Dokumenter diwakili oleh IGP Wiranegara, pengajar film dan sutradara, Nurman Hakim selaku sutradara dan akademisi film, dan Wahyu Utami yang merupakan pembuat film dokumenter dan pengajar film.

Karya Kritik Film Akan Raih Piala Tanete Pong Masak

Tak hanya mengumumkan DJA untuk kategori film, FFI 2024 juga memperkenalkan Dewan Juri Akhir untuk kategori Karya Kritik Film. Tiga akademisi dan kritikus film yang akan menilai karya kritik film adalah Dyna Herlina Suwarto, Ekky Imanjaya, dan Erina Adeline Tandian. Karya Kritik Film, yang termasuk dalam kategori non cerita panjang, sudah dimulai kembali sejak 2021 setelah 15 tahun vakum.  

Budi Irawanto, Ketua Bidang Penjurian FFI 2024-2026, menyatakan bahwa kritik film bukan sekadar ulasan atau panduan bagi penonton, melainkan juga sebuah bagian penting dalam merawat budaya sinema Indonesia. "Melainkan juga menjadi bagian penting dari ikhtiar merawat budaya sinema yang memuliakan dialog apresiatif demi kemajuan ekosistem perfilman Indonesia," ujar Budi Irawanto, dikutip melalui keterangan resmi yang diterima Tempo pada Sabtu, 16 November 2024.  

Tahun ini, FFI menerima 84 pendaftar untuk kategori Karya Kritik Film yang kemudian diseleksi melalui dua tahap untuk menghasilkan empat nominasi. Pemenang akan membawa pulang Piala Tanete Pong Masak, sebuah penghargaan yang mengadopsi nama Tanete Pong Masak, seorang akademisi film yang berkontribusi besar pada perkembangan kajian sejarah perfilman Indonesia.

Tanete Pong Masak adalah salah satu dari sedikit akademisi film Indonesia yang bergelar doktor, dengan disertasi yang mengisi kekosongan penting dalam penulisan sejarah perfilman Indonesia. Karyanya yang berjudul Sinema Pada Masa Soekarno mengisi lubang besar dalam sejarah perfilman Indonesia.

FFI 2024 Kembali Mempersembahkan Piala Antemas

Malam Anugerah Piala Citra 2024 akan digelar pada Rabu, 20 November 2024 di ICE BSD, Tangerang. Selain penghargaan Piala Citra, FFI 2024 kembali mempersembahkan Piala Antemas, yang pertama kali diperkenalkan pada FFI 1974 hingga 1992, sempat vakum beberapa waktu sebelum kembali diperkenalkan pada awal 2000-an, lalu dihentikan lagi. Namun, penghargaan ini akhirnya kembali digelar sejak FFI 2023, berkat gagasan Komite FFI 2021–2023 yang dipimpin oleh Reza Rahadian.

Ketua Komite FFI 2024-2026, Ario Bayu, berharap agar FFI 2024 menjadi momentum penting bagi kemajuan ekosistem perfilman Indonesia. "Saya berharap FFI tahun ini dapat terus menjadi penyemangat bagi para sineas Indonesia. Terlebih karena berbagai capaian luar biasa telah dicatatkan perfilman Indonesia setahun belakangan," ujarnya.  

FFI 2024 mengambil tema ‘Merandai Cakrawala Sinema Indonesia’  yang menggambarkan niat untuk menjelajahi dan mengembangkan dunia perfilman Tanah Air. Menurut Budi Irawanto, Ketua Bidang Penjurian FFI 2024–2026, proses penjurian di FFI 2024 berlangsung sangat ketat dengan prinsip meritokrasi, sehingga pemenang dari penghargaan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi karya-karya perfilman Indonesia yang lebih baik di masa mendatang.  

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |