 Opening Night Kora-Indonesia Film Fesitval 2025.
Opening Night Kora-Indonesia Film Fesitval 2025.
Indonesia dan Korea kembali bertemu bukan lewat meja diplomasi, tapi lewat cerita. Korea Indonesia Film Festival (KIFF) 2025 menjadi ruang di mana dua bangsa saling mengenal, saling memahami, dan saling jatuh cinta lewat bahasa paling universal, yaitu film!
"Film adalah alat yang paling efektif dalam soft diplomacy," kata Heru Hartanto Subolo, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI dalam opening night KIFF 2025 di CGV Grand Indonesia pada Kamis (30/10/2025) malam.
Dalam pembukaan KIFF 2025, ia menegaskan bahwa diplomasi budaya bukan hanya tentang kerja sama ekonomi, tetapi tentang hubungan antarmanusia.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
"Lewat film, kita bisa belajar dari budaya negara lain, meningkatkan saling pengertian, dan memperkuat people-to-people contact," ujarnya.
KIFF bukan sekadar festival film. Ia adalah jembatan yang menghubungkan dua dunia layar, dari kisah masa muda di Seoul hingga potret keluarga di Jakarta. Tahun ini, sebanyak 16 film dari Korea dan Indonesia ditayangkan di Jakarta, Yogyakarta, dan Malang, dengan pembuka “No Other Choice” karya sutradara Korea Park Chan-woo, peraih People’s Choice Award di Toronto International Film Festival 2025.
Bagi Dony Setiawan, Direktur Film, Animasi, dan Video Kemenparekraf, KIFF adalah simbol dari kolaborasi kreatif yang kian erat antara dua negara.
"Festival ini bukan hanya pertukaran budaya, tapi juga ide, mimpi, dan masa depan," katanya.
Dony menyebut industri film Indonesia kini sedang tumbuh pesat. Tahun 2024, jumlah penonton film lokal mencapai 82 juta orang, dengan 80% di antaranya menonton film Indonesia di bioskop.
"Ini bukti bahwa masyarakat kita mencintai filmnya sendiri, dan kolaborasi dengan Korea bisa membawa energi baru bagi perfilman nasional," ujarnya.
Ia juga menyoroti potensi kerja sama di bidang pertukaran kreator, distribusi film, hingga produksi bersama (co-production). “Kami membuka ruang bagi sineas Korea untuk berinvestasi di Indonesia. Industri perfilman kita sangat menjanjikan dan terus tumbuh positif,” tambahnya.
Sementara itu, Kim Yong Woon, Direktur Korean Cultural Center (KCC) Indonesia, menyebut kemajuan film Indonesia kini menjadi perhatian di Korea.
"Film animasi Jumbo baru-baru ini mencatat lebih dari 10 juta penonton dalam 60 hari. Luar biasa," ujarnya. Ia juga menyebut Panggil Aku Ayah sebagai contoh karya yang mendapat sambutan hangat di bioskop Indonesia.
Kim menegaskan, hubungan budaya Indonesia-Korea kini bersifat dua arah. "Kalau dulu banyak sineas Indonesia belajar dari Korea, sekarang saatnya kita berkolaborasi. Kami ingin terus mendukung pengembangan perfilman Indonesia bersama," katanya.

 9 hours ago
                                8
                        9 hours ago
                                8
                    










































