TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan grasi terhadap sekitar 1.500 terdakwa pelaku serangan ke Gedung Capitol pada 6 Januari 2021. Trump menepati janji lamanya untuk membebaskan pendukungnya yang ikut terlibat dalam serangan tersebut menjelang pelantikan Joe Biden saat itu.
"Ini adalah sandera, sekitar 1.500 untuk pengampunan, pengampunan penuh," kata Trump selama sambutan dari Oval Office.
Pidato Trump di Rapat Umum
Dilansir dari Aljazeera, para pengunjuk rasa yang mendukung Trump kecewa dengan hasil pemilihan presiden sehingga merencanakan penyerbuan ke Gedung Capitol Amerika Serikat. Pada saat itu, Kongres tengah bersidang untuk menghitung suara elektoral yang mengesahkan pemilihan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat.
Trump yang seorang Republikan menolak mengakui kekalahannya dalam pemilihan umum terhadap Biden yang datang dari Partai Demokrat. Dengan keliru, Trump mengklaim bahwa pemungutan suara telah dicurangi.
Trump mendesak para pendukungnya untuk datang ke Washington dalam rangka berunjuk rasa pada 6 Januari 2021 bersama-sama. Pada hari tersebut, DPR dan Senat Amerika Serikat dijadwalkan mengesahkan hasil penghitungan suara elektoral yang secara resmi menyatakan Biden merupakan Presiden Amerika Serikat.
Pendukung Trump hadir sambil mendengarkan pidato Trump di rapat umum terakhirnya sebagai Presiden dengan mengatakan agar ribuan orang yang berkumpul tersebut berjuang dan berbaris menuju Gedung Capitol. Trump ingin agar para pendukungnya berunjuk rasa kepada para pejabat yang terpilih agar menolak hasil pemilu.
“Kita akan bergerak menuju Capitol dan menyemangati para Senator dan anggota Kongres kita yang pemberani,” ujar Trump kepada para pendukungnya.
Serangan ke Gedung Capitol
Menurut informasi Reuters, beberapa pendukung yang datang berunjuk rasa melambaikan bendera Trump dan mulai berbaris menuju Capitol Hill, tempat kekacauan berdarah terjadi setelah 50 menit mendengar pidato Trump. Sekelompok pengunjuk rasa yang marah dengan cepat menyerbu barikade di luar Gedung Capitol dan mulai berhadapan dengan para polisi di tangga Capitol. Sementara itu, komite gabungan Kongres masih berdebat di dalam gedung.
Pelaku serangan Gedung Capitol membanjiri area luar gedung. Sementara itu, banyak pengunjuk rasa lainnya telah memasuki Gedung Capitol dengan melanggar keamanan. Para pengunjuk rasa menerobos barikade keamanan berbahan logam, memecahkan jendela, dan memanjat tembok untuk bisa memasuki Gedung Capitol.
Pengunjuk rasa yang menyerang Gedung Capitol menciptakan kekacauan. Hal tersebut mendorong anggota Kongres meninggalkan ruang DPR dan Senat untuk mengamankan diri sementara beberapa orang dievakuasi ke tempat lainnya. Polisi membawa Wakil Presiden Mike Pence dan anggota pimpinan Kongres ke tempat yang aman. Staf Senat masih berupaya menyelamatkan surat suara elektoral yang akan disertifikasi oleh Kongres.
Sebuah bom pipa dikabarkan meledak di markas besar Komite Nasional Republik saat terjadi konfrontasi sengit antara pengunjuk rasa dan polisi. Bom lainnya turut ditemukan di markas besar Komite Nasional Demokrat yang lantas memicu diadakannya proses evakuasi beberapa gedung federal di sekitar Ibu Kota.
Garda Nasional bersama polisi Washington DC segera menangani krisis, tetapi tidak dimobilisasi sampai lebih dari satu jam setelah perusuh pertama kali menembus barikade. Polisi berjuang selama lebih dari 3 jam setelah invasi untuk membersihkan Gedung Capitol dari pendukung Trump sebelum akhirnya dinyatakan aman.
Kepolisian Washington DC mengatakan bahwa terdapat 4 orang tewas dan 52 orang ditangkap selama kekerasan tersebut terjadi. Korban tewas termasuk seorang wanita yang ditembak polisi di dalam Gedung Capitol. Setelah kekacauan berhasil diatasi, Kongres kembali menjalankan tugasnya pada hari yang sama malam harinya untuk mengesahkan kemenangan Biden.
Sita Planasari berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Alasan Donald Trumo Putuskan Amerika Serikat Keluar dari WHO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini