Dua Dapur MBG di Sleman Disetop Gegara Terjadi Kasus Keracunan Massal Siswa

2 weeks ago 42
Ilustrasi keracunan makanan | kreasi AI

SLEMAN, JOGLOSEMARNEWS.COM Setidaknya terdapat dua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Sleman yang dihentikan sementara lantaran diduga bermasalah dan menimbulkan kasus keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Penonaktifan dua dapur tersebut dikonfirmasi Badan Gizi Nasional (BGN), yang menegaskan bahwa setiap SPPG yang diduga memicu kejadian luar biasa kesehatan akan langsung dihentikan operasionalnya untuk dilakukan evaluasi menyeluruh.

Wakil Ketua Satgas Percepatan Program MBG Pemkab Sleman, Agung Armawanta, menyebut bahwa dua dapur yang kini berhenti beroperasi berada di wilayah Mlati dan Ngemplak.
“Per hari ini dua SPPG di Mlati dan Ngemplak kami hentikan sementara. Informasinya, jika proses peninjauan selesai, kemungkinan besok sudah bisa beroperasi kembali,” ujarnya, Jumat (14/11/2025).

Baru 68 Dapur Beroperasi di Sleman

Dari total 89 SPPG di Sleman, baru 68 dapur yang berjalan melayani ribuan siswa penerima manfaat MBG. Sisanya masih dalam tahap finalisasi sebelum dinyatakan siap operasional.

Salah satu kasus yang memicu evaluasi besar-besaran adalah kejadian dugaan keracunan massal di Mlati pada Oktober lalu. Tiga sekolah terdampak, ratusan siswa mengalami gejala mulai dari sakit perut, pusing, hingga diare setelah mengonsumsi paket menu MBG.

Dinas Kesehatan Sleman yang memeriksa sampel makanan menemukan sejumlah hidangan mengandung bakteri E-coli. Sampel yang diuji antara lain Tahu Balado, Opor Ayam, Nasi Acar Wortel, dan buah anggur.

Dapur yang Bermasalah Sudah Dievaluasi

Deputi Pemantauan dan Pengawasan BGN, Dadang Hendrayudha, yang meninjau langsung dapur SPPG di Sleman pada Rabu (5/11/2025), memastikan dapur-dapur yang diduga menjadi sumber masalah telah dievaluasi dan sementara tidak boleh melayani distribusi makanan.

“Kami hentikan sementara sampai hasil lengkap laboratorium keluar dan infrastruktur dapur diperbaiki. Ada kasus yang masih kami dalami, dan ada juga yang hasil lab-nya sudah keluar,” jelas Dadang.

Ia menambahkan, meski ada siswa yang bergejala, jumlahnya relatif kecil dibanding total penerima manfaat di tiap dapur.
“Dalam satu dapur ada 3.600 sampai 3.700 penerima manfaat. Yang terdampak kadang hanya 10 atau 30 orang. Ada yang hasil lab-nya negatif, ada yang positif E-coli. Kemungkinan besar terkait kualitas air,” ujarnya.

Dadang meminta Satgas MBG Kabupaten ikut memperkuat pengawasan higienitas dapur untuk mencegah kejadian serupa terulang. [*] Disarikan dari sumber berita media daring

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |