TEMPO.CO, Jakarta - Ekspektasi merujuk pada istilah yang menyatakan pengharapan, sebagaimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Dengan kata lain, ekspektasi artinya adalah sesuatu yang diharapkan terjadi dari sebuah peristiwa atau usaha yang telah dilakukan oleh seseorang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dokumen yang diunggah di laman repository.uin-suska.ac.id, kata ekspektasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris, yaitu expectation atau expectancy, yang berarti harapan.
Pengertian Ekspektasi
Melansir repository.unj.ac.id, ekspektasi adalah suatu keadaan berpikir dan berharap tentang sesuatu, terutama yang menyenangkan.
Ekspektasi juga dianggap sebagai perkiraan individu, baik kepada individu lain, kelompok, objek, dan sebagainya yang memberikan dampak positif terhadap diri-sendiri.
Kemudian, berdasarkan Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah (2012), ekspektasi adalah perkiraan individu yang muncul dari hubungan antara usaha dan hasil yang hendak dicapai, di mana hasil dari usaha tersebut mempunyai nilai bagi diri-sendiri. Ekspektasi yang ada dalam diri manusia dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu.
Senada dengan hal itu, mengacu pada dspace.uii.ac.id, ekspektasi merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan individual mengenai hal-hal apa saja yang seharusnya terjadi pada situasi tertentu.
Lebih lanjut, ekspektasi juga dimaknai sebagai segenap keinginan, harapan, dan cita-cita terhadap suatu hal yang ingin diraih dengan tingkah laku dan tindakan nyata.
Ciri-Ciri Ekspektasi
Adapun tanda-tanda ekspektasi secara umum sebagai berikut:
- Sering membayangkan bagaimana suatu situasi akan berakhir.
- Memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang diinginkan.
- Merasa yakin bahwa hasil yang dibayangkan akan terjadi.
- Sering diiringi perasaan, seperti harapan, kegembiraan, atau bahkan kecemasan dan ketakutan.
- Lebih berorientasi pada apa yang akan terjadi, bukan yang sedang berlangsung.
- Sering membandingkan situasi sekarang dengan harapan di masa depan.
Penyebab Ekspektasi
Terdapat beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi munculnya ekspektasi, antara lain:
- Kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman.
- Proses belajar.
- Kondisi fisik, sumber daya manusia (SDM), dan fasilitas atau lingkungan.
- Penilaian dari orang lain atau menyangkut harga diri dan derajat sosial.
Tujuan Ekspektasi
Ekspektasi yang dimiliki seseorang didorong oleh beberapa tujuan yang ingin dicapai, di antaranya:
- Harapan hidup sejahtera.
- Status sosial.
- Kenyamanan hidup.
- Stimulasi yang menyenangkan.
- Otonomi.
- Afiliasi.
- Moralitas.
Dampak Ekspektasi
Menurut Guru Besar Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Fory Armin Naway melalui laman resmi Pemerintah Kabupaten Gorontalo, dalam realitas kehidupan, ekspektasi terkadang dapat melahirkan dua rasa, yaitu rasa puas atau rasa kecewa.
Puas akan muncul ketika apa yang diinginkan benar-benar terjadi, sebaliknya kekecewaan datang saat sesuatu tidak sesuai dengan rencana.
Itulah sebabnya, mengapa orang-orang bijak sering mengatakan, “Jangan terlalu berekspektasi pada sesuatu agar tidak merasa sakit dan kecewa.”
Kekecewaan yang timbul akibat realitas bisa memicu penyakit hati, seperti dendam, benci, iri, arogan, merasa benar, bahkan ada yang hilang ingatan.
Idealnya, ekspektasi harus tetap mengacu pada kemampuan dan kapasitas diri yang terukur. Untuk mengukur diri-sendiri, seseorang bisa melakukan introspeksi dan mengenal diri dari berbagai sudut, termasuk penilaian dari pihak lain.
Contoh Ekspektasi
Berikut beberapa contoh ekspektasi dalam kehidupan sehari-hari:
- Target kenaikan gaji setiap tahun.
- Berharap bisa menurunkan berat badan dalam waktu satu bulan.
- Mengharapkan nilai sempurna dari ujian di sekolah.
- Menginginkan pasangan yang memiliki hobi sama.
- Mengharapkan teman yang selalu ada.
Pilihan Editor: 10 Alasan Agar Tidak Terlalu Berekspektasi Tinggi dengan Orang Lain