REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Panggung mode bergengsi The Masterpiece ke-17 dan I Fashion Festival ke-14 kembali menjadi saksi bisu keindahan seni Nusantara yang dikemas dalam perspektif baru. Acara tahunan yang digagas oleh Liliana Tanoesoedibjo dengan tema besar “Baroque Reborn” dan “Colors of Nusantara” ini, menampilkan sebuah koleksi busana yang berhasil merefleksikan kekayaan budaya Indonesia. Melalui dialog visual yang memukau, koleksi tersebut secara apik mempertemukan keluwesan seni klasik Jawa dengan kemegahan songket khas Minangkabau.
Penampilan para peraga semakin anggun dan sempurna dengan paduan koleksi perhiasan eksklusif dari Amero Jewelly, menegaskan bahwa kekayaan tradisi dapat bersinar dalam bahasa estetika kontemporer.
Desainer Eni Joe kembali mencuri perhatian dengan pendekatan kreatif yang memadukan seni klasik Nusantara dalam perspektif baru. Di panggung The Masterpiece ke-17 dan I Fashion Festival ke-14, ia menghadirkan koleksi yang merefleksikan kekayaan budaya Indonesia melalui dialog visual antara keluwesan seni Jawa dan kemegahan songket Minangkabau.
Tahun ini, Executive Chairwoman MNC Group, Mrs. Liliana Tanoesoedibjo, menetapkan tema “Baroque Reborn” untuk The Masterpiece serta “Colors of Nusantara” untuk I Fashion Festival. Di antara palet besar tersebut, Eni Joe memilih untuk menggali lebih dalam identitas tradisi, namun dengan bahasa estetika yang lebih segar, modern, dan berkarakter.
Interpretasi Baru dari Dua Budaya Besar
Dalam penjelasannya, Eni Joe mengungkapkan bahwa koleksi terbarunya lahir dari perpaduan dua energi budaya Jawa dan kekuatan eksotis songket Minangkabau. Dua kutub ini ia satukan dengan sentuhan detail kaya tekstur, permainan warna, dan siluet modern yang tetap menghormati pakem budaya.
“Saya mengangkat keindahan budaya jawa dan songket dari Sumatera Barat. Jadi temanya tetap Nusantara, tetapi saya padukan dalam satu karya,” tutur Eni Joe.
Rangkaian busana yang ditampilkan menjadi semacam jembatan kultural—karya yang tidak sekadar meminjam simbol-simbol tradisi, tetapi menghidupkannya kembali dalam format yang lebih relevan. Dalam show ini Eni Joe memvisualisasikan gaun mewah menggunakan kain-kain nusantara, dengan dipadu oleh koleksi Amero Jewelly yang kian menambah keanggunan dari penampilan para muse.
Kebaya Modern sebagai Penegas Identitas
Untuk menjaga kedekatan dengan jati diri Indonesia, Eni Joe turut menyelipkan tiga busana kebaya bergaya modern. Ketiganya dirancang dengan detail kemewahan yang tetap memancarkan kesederhanaan elegan ala kebaya klasik.
“Saya menyelipkan tiga kebaya untuk memperlihatkan keindahan kebaya, tetapi dengan sentuhan kemewahan. ” jelasnya.
Kehadiran kebaya tersebut menjadi penyeimbang yang mempertegas bahwa modernisasi tak harus menghilangkan akar—justru menjadi ruang untuk memperkaya interpretasi budaya.
Koleksi ini turut diperkuat oleh kehadiran para muse Eni Joe, di antaranya Esther Kristiani, Mira Magnolia, Debbie Robert, Hilda Ruscono, Evy Meizarni, Lolita Djong, Yanthi Heru, Dian Kristiono, Novi Dharmadji, Yulan Harun, dan Merry Sjarifudin. Kehadiran mereka menjadi representasi ragam karakter perempuan Indonesia yang kuat, anggun, dan modern.
Tradisi yang Terus Bertumbuh
Kolaborasi lintas budaya ini memotret gagasan bahwa warisan Nusantara bukan hanya untuk dirayakan, tetapi juga terus dikembangkan. Eni Joe menampilkan bahwa tradisi dapat hadir dalam bentuk baru tanpa kehilangan ruh dan nilai filosofisnya.
Koleksi tersebut menjadi ilustrasi indah tentang bagaimana keberagaman budaya Indonesia dapat menyatu harmonis dalam satu narasi visual yang anggun dengan gaun mewah yang mewarisi nilai budaya. Sekaligus, ini mempertegas posisi Eni Joe sebagai desainer yang konsisten mendorong kebanggaan terhadap identitas Nusantara—dengan cara yang relevan bagi generasi hari ini.
sumber : Antara

4 hours ago
9
















































