REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya rata-rata skor tes kemampuan akademik (TKA) murid pada mata pelajaran matematika. Ia mengamini dari seluruh mata pelajaran yang masuk dalam TKA, rata-rata skor murid untuk mata pelajaran matematika memang terbilang rendah.
“Itu memang dari sekian mata pelajaran yang ada memang rata-rata skor TKA matematika rendah. Tapi rendahnya berapa nanti setelah kami mengumumkan ya. Dan itu banyak faktor,” kata Mendikdasmen dalam wawancara bersama tim Podcast Antara TV di Jakarta, Jumat (12/12/2025) sore.
Salah satu faktor yang mempengaruhi, kata dia, ialah adanya stigma mengenai mata pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang sulit. Stigma yang demikian, lanjutnya, membuat mata pelajaran matematika menjadi momok bagi para murid, khususnya saat mereka mengerjakan ujian mata pelajaran tersebut.
Mu'ti mengatakan, persepsi yang demikian pada akhirnya menghadirkan kondisi mental block pada para murid ketika berhadapan dengan soal-soal matematika.
“Saya menyebut sebagian bisa karena stigma itu. Kalau kita itu mengalami namanya mental block maka hal yang mudah pun akan jadi susah,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Kemendikdasmen kini memiliki program Matematika Gembira yang bertujuan untuk memperkuat kompetensi guru dalam mengajarkan matematika dan numerasi secara inovatif dan menyenangkan sebagai bagian dari Gerakan Numerasi Nasional (GNN).
Program tersebut, kata dia, bertujuan untuk mengubah stigma mengenai pelajaran berhitung tersebut sekaligus meningkatkan kemampuan numerasi anak-anak Indonesia yang masih jauh dari target skor PISA.
Sebelumnya pada Kamis (21/8/2025), Direktur Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (Dirjen GTKPG) Kemendikdasmen Nunuk Suryani mengatakan pihaknya telah menggelar bimbingan teknis (bimtek) bagi calon fasilitator nasional program Matematika Gembira sebagai tindak lanjut dari peluncuran Gerakan Numerasi Nasional (GNN) pada beberapa hari sebelumnya.
“Kami merancang pengembangan kompetensi bagi guru dengan pendekatan alur GEMBIRA yang merupakan akronim dari: gali dan eksplorasi, muat konten, buat aktivitas, ikuti pemikiran murid, rayakan, dan akhiri dengan apresiasi,” kata Nunuk.
sumber : Antara

4 hours ago
8
















































