TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Anak, Kanya Ayu Paramastri mengatakan usia yang paling sering terkena Penyakit Tangan, Kaki, Mulut alias Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) ialah anak-anak di bawah 10 tahun. "Insiden tertinggi terjadi pada anak di bawah usia 3 tahun. Orang dewasa bisa terkena HFMD, namun kasus ini jarang terjadi dibandingkan pada anak-anak,” kata Dokter Spesialis Anak, dr. Kanya Ayu Paramastri di Media & Community Gathering - Stop the Spread: Lindungi Buah Hati dari EV71, Penyebab Hand, Foot, and Mouth Disease pada Selasa 6 November 2024.
Virus EV71 atau Enterovirus 71 adalah salah satu penyebab HFMD (Hand, Foot, and Mouth Disease) atau yang selama ini disalahpahami sebagai penyakit flu Singapura. Penyakit yang sering menyerang anak-anak usia 5 - 10 tahun ini sangat menular.
Kanya mengatakan, ada sejumlah tanda yang perlu diwaspadai orang tua terkait risiko HFMD. Salah satunya, demam dengan suhu lebih dari 39 derajat celcius dan berlangsung hingga tiga hari. Kemudian, ada pula gejala sariawan yang timbul di membran mukosa mulut disertai dengan nyeri menelan (faringitis). Kondisi ini membuat anak tidak nafsu makan/minum dan berujung ke kondisi tubuh anak lemas.
Apabila kondisi memburuk, gejala HFMD dapat menyebabkan komplikasi, paling sering komplikasi karena sulit atau nyeri saat menelan karena sariawan yang menyebabkan dehidrasi sedang hingga berat. Ada pula masalah meningitis aseptik atau ensefalitis hingga dapat mengancam jiwa. “Penyebaran HFMD dapat melalui droplet atau percikan air liur dari batuk, bersin, kontak tidak langsung dari menyentuh barang yang terkontaminasi, bisa juga dari makanan atau foodborne, atau kontak langsung dengan penderita HFMD,” kata Kanya.
Penyebaran virus EV71 di suatu daerah berhubungan dengan kebersihan dan sanitasi. Maka dari itu, salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan ialah mencuci tangan, terutama sebelum menyiapkan makanan, setelah mengganti popok, dan setelah menggunakan toilet. Perlu juga membersihkan permukaan, barang, dan mainan dengan sabun dan air, kemudian melakukan disinfeksi. Untuk barang-barang yang sulit dibersihkan atau resisten terhadap alkohol, dapat menggunakan klorheksidin atau 0,5 persen hipoklorit.
Pengobatan HFMD, umumnya bersifat simtomatik, yaitu meredakan gejala. Di antaranya, obat penurun panas untuk menurunkan demam dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat membantu meredakan nyeri serta peradangan. Kemudian, minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi. Selain itu, karena anak sulit makan akibat kondisi mulut yang sakit, maka berikan makanan yang lunak dan tidak pedas, untuk menghindari iritasi pada mulut.
Upaya pencegahan lainnya adalah vaksinasi untuk memberikan perlindungan serta mengurangi risiko komplikasi serius. Selain itu, vaksinasi juga membantu mencegah infeksi berulang yang bisa lebih berat karena paparan jenis virus lain. "Saat ini, vaksin yang tersedia sudah mendapatkan persetujuan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) untuk mencegah HFMD yang disebabkan oleh EV71 adalah Vaksin HFMD EV71 yang memiliki profil keamanan baik dan dapat diberikan sejak umur 6 bulan hingga 3 tahun. Proteksi dapat bertahan hingga umur 5 tahun setelah vaksinasi,” tutup Kanya.
PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usahanya, PT Kalventis Sinergi Farma (Kalventis), mencoba mendukung pemerintah menekan angka kejadian HFMD di Indonesia. "Mulai dari edukasi kesehatan hingga menyediakan vaksin HFMD EV71,” ujar Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Mulialie.
Berdasarkan data Journal Biomedical Science tahun 2019, terjadi kejadian luar biasa HFMD di beberapa negara Asia Pasifik. Di Singapura, salah satu wabah terbesar terjadi pada 2008 yang mencapai 30 ribu kasus. Di Malaysia pada tahun 1997, sebanyak 29 anak meninggal dunia, tahun 1998 sebanyak 78 anak di Taiwan meninggal, dan di Tiongkok, sebanyak 3.322 anak meninggal dunia antara 2008 sampai 2015. Di Vietnam, tahun 2011 - 2012, sebanyak 200 orang meninggal dalam waktu dua tahun. Di Kamboja, sebanyak 52 orang meninggal pada 2012. Tahun 2023, 23 anak meninggal dunia di Vietnam akibat Enterovirus 71.
Kementerian Kesehatan melaporkan kenaikan kasus HFMD di seluruh provinsi pada awal 2024 yaitu sebanyak 6.500 kasus. Sistim Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) menunjukkan tahun 2024 terdapat 27.417 kasus suspek HFMD. Berdasarkan data tersebut, sebagian besar kasus HFMD terjadi pada anak-anak dan beberapa pada orang dewasa. Sedangkan pada tahun 2023, berdasarkan data terdapat sebanyak 11.651 kasus suspek HFMD, dan 8.125 kasus pada tahun 2022 di Indonesia.
Kasus terbanyak pada awal 2024, terjadi di Pulau Jawa, terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Penularan HFMD juga terjadi di Jakarta, Kalimantan, dan Bali. Mobilitas tinggi, dalam hal ini pergerakan manusia selama mudik Lebaran dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan turut meningkatkan risiko penularan HFMD, terutama di kalangan bayi dan balita.
Artikel ini terbit di bawah judul Gejala Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut, Ada Sariawan Hingga Dehidrasi