JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Industri rokok kembali diterpa kabar tak sedap. PT Gudang Garam Tbk (GGRM), salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia, tengah menjadi sorotan usai beredar video viral yang memperlihatkan ribuan buruh menangis setelah disebut terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Dalam rekaman itu, para pekerja berseragam merah-biru dengan logo Gudang Garam tampak tak kuasa menahan haru. Meski demikian, hingga kini manajemen perusahaan belum memberikan klarifikasi resmi terkait kebenaran kabar tersebut.
Isu PHK itu langsung menyulut perhatian publik, mengingat Gudang Garam mempekerjakan lebih dari 30 ribu orang. Bahkan, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Yahya Zaini, angkat suara. Ia menduga kebijakan cukai dan regulasi kesehatan yang kian menekan industri rokok menjadi pemicu utama terjadinya langkah efisiensi.
“Di satu sisi tarif cukai selalu dinaikkan, di sisi lain regulasi kesehatan terus diperketat. Akhirnya industri rokok kian terjepit,” ujarnya, Senin (8/9/2025).
Padahal, sektor tembakau masih menjadi penyumbang besar bagi penerimaan negara, dengan kontribusi sekitar Rp230 triliun per tahun. Industri ini juga melibatkan sekitar 2 juta pekerja secara langsung maupun tidak langsung.
Kinerja keuangan Gudang Garam memang sudah merosot tajam dalam dua tahun terakhir. Laba bersih 2024 anjlok 81,57 persen menjadi hanya Rp980,8 miliar dari Rp5,32 triliun di 2023. Tren buruk berlanjut pada semester I-2025, laba perusahaan tinggal Rp117,16 miliar atau merosot lebih dari 87 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Dampaknya terasa hingga ke bursa saham. Harga saham GGRM yang pernah menyentuh puncak Rp83.650 per lembar kini terjun bebas ke kisaran Rp8.800. Bahkan sempat menyentuh titik terendah di Rp8.675 pada April 2025.
Ambruknya performa bisnis juga ikut menggerus kekayaan Susilo Wonowidjojo, pemilik Gudang Garam. Menurut catatan Forbes, harta keluarga Susilo yang sempat menembus US$ 9,2 miliar atau Rp150 triliun pada 2018 kini hanya tersisa sekitar US$ 2,9 miliar atau Rp47,29 triliun per akhir 2024. Artinya, dalam tujuh tahun terakhir, kekayaannya terkikis lebih dari Rp100 triliun.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pemerintah masih menunggu laporan resmi dari manajemen Gudang Garam. “Kami memonitor situasi ini. Sampai sekarang belum ada laporan resmi dari perusahaan terkait isu PHK,” ujarnya di Jakarta.
Sementara itu, kekhawatiran terus membayangi ribuan pekerja yang bergantung pada perusahaan tersebut. Jika kabar PHK massal ini benar, dampaknya akan sangat besar, bukan hanya bagi buruh dan keluarganya, tetapi juga bagi ekosistem industri tembakau nasional. [*] Berbagai sumber
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.