TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa gula darah dapat memengaruhi kesehatan otak.
Dikutip dari Psychology Today, unsur gula menjadi sumber energi utama bagi otak. Pengaruhnya bisa berdampak langsung terhadap suasana hati, daya pikir dan risiko penyakit seperti demensia. Berikut penjelasan lebih lanjut bagaimana gula darah memengaruhi otak dan apa yang bisa dilakukan untuk menjaganya tetap sehat.
Otak dan Gula
Otak manusia hanya seberat beberapa kilogram, tetapi membutuhkan sekitar 20-25 persen gula darah tubuh untuk berfungsi optimal. Saat gula darah naik setelah makan atau turun saat kita berpuasa, otak selalu membutuhkan pasokan energi yang stabil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika kadar gula terlalu tinggi atau terlalu rendah, efeknya bisa langsung terasa pada fungsi otak. Seperti kebingungan atau bahkan kehilangan kesadaran dalam kasus ekstrem.
Namun, masalah sebenarnya bukan hanya soal lonjakan atau penurunan drastis. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa fluktuasi gula darah jangka panjang juga memengaruhi kesehatan otak, terutama risiko penyakit mental dan kognitif seperti Alzheimer.
Risiko Tinggi atau Rendahnya Gula Darah
Kadar gula darah yang sangat rendah, atau biasa disebut hipoglikemia, dapat menyebabkan kekurangan energi pada neuron. Jika hal tersebut terjadi, maka dapat mengganggu komunikasi antar sel otak.
Sebaliknya, kadar gula darah yang terlalu tinggi, atau hiperglikemia, maka dapat merusak sel otak secara langsung dan memicu peradangan, kerusakan pembuluh darah, serta gangguan pada hippocampus, yakni bagian otak yang bertanggung jawab atas memori.
Bukan hanya diabetes yang menjadi perhatian. Kondisi pradiabetes, yang terjadi hampir separuh orang dewasa di atas usia 65 tahun, juga meningkatkan risiko demensia dan depresi. Sayangnya, lebih dari 80 persen penderita pradiabetes tidak menyadari kondisi mereka.
Cara Menjaga Kesehatan Otak
Untuk menjaga kesehatan otak, kita perlu menjaga gula darah tetap stabil. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda coba:
Pertama Anda harus bisa mengenali kondisi tubuh. Anda bisa melakukan pemeriksaan rutin seperti gula darah puasa dan hemoglobin A1C (HbA1c) untuk memahami risiko yang terjadi pada diri Anda. Jika memungkinkan, gunakan alat monitor glukosa berkelanjutan (CGM) untuk melacak fluktuasi gula darah Anda secara real-time.
Kemudian pilihlah pola makan yang seimbang. Perbanyak konsumsi makanan kaya serat, protein, lemak sehat, dan fitokimia. Juga perlu menghindari gula tambahan dan karbohidrat olahan. Anda busa melakukan diet mediterania yang fokus memakan makanan segar dan minim proses. Jenis diet ini telah terbukti mampu mendukung kesehatan otak dan gula darah.
Selanjutnya berolahraga secara teratur. Aktivitas fisik, termasuk latihan angkat beban, sangat membantu dalam mengontrol gula darah. Otot yang aktif dapat menarik glukosa dari aliran darah untuk digunakan sebagai energi. Ini akan membantu menstabilkan kadar gula darah Anda.
Lalu Anda bisa mengelola stres dengan baik. Stres kronis dapat mengganggu kontrol gula darah dan fungsi otak. Anda bisa melakukan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau menghabiskan waktu di alam. Jika diperlukan, konsultasikan dengan profesional kesehatan mental.
Terakhir adalah memiliki jam tidur yang cukup dan berkualitas. Tidur tujuh hingga 8 jam setiap malam sangat penting untuk kesehatan otak. Pola tidur yang tidak teratur dapat meningkatkan risiko diabetes dan demensia. Pastikan Anda memiliki rutinitas tidur yang konsisten dan konsultasikan dengan dokter jika mengalami masalah tidur.