Taliban Klaim kuasai lembah Pansjhir. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Khamami Zada menyatakan Indonesia harus membuat peta jalan agar misi Indonesia untuk Afghanistan berbasis pada misi ideologis yang inklusif.
Khamami menjelaskan misi ideologis inklusif itu mendorong penghargaan pada nilai-nilai hak asasi manusia, terutama pada perempuan dan kelompok minoritas sesuai kemajemukan bangsa Indonesia.
“Empat tahun sudah penguasa de fakto Taliban berkuasa di Afghanistan, sejak 2021. Taliban 2.0 ini tidak jauh berbeda dengan Taliban 1.0 yang berkuasa 1996-2001. Pelaksanaan syariat Islam secara ketat hingga pembatasan kepada perempuan dalam ruang publik, terutama akses pendidikan,” ujar Khamami Zada di Jakarta, Selasa.
Hal ini disampaikan Khamami dalam diskusi yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia bekerja sama dengan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bertajuk “Perumusan Strategi hubungan Indonesia - Afganistan dengan mitra strategis" di Kampus UIN Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa.
Khamami mengatakan penguasa de facto Afghanistan sekarang ini mempertahankan kontinuitas ideologis yang kuat dengan Taliban sebelumnya. Banyak perempuan yang kehilangan hak asasinya dan mengeluhkan dunia internasional yang gagal mempersiapkan Afghanistan yang inklusif.
“Taliban menggunakan pendekatan engagement. Mereka menjalin komunikasi dengan negara-negara di dunia internasional, tetapi sayangnya tetap bersikeras tidak mengubah syariat yang ketat,” kata dia.
Khamami Zada menambahkan Taliban lebih memprioritaskan syiar syariah sehingga membuat salah paham komunitas internasional.
“Seharusnya, Taliban mempertimbangkan politik diplomasi pertahanan yang membuat dunia internasional mengakui pemerintahan baru di bawah Taliban. Juga meyakinkan dunia internasional agar Afghanistan di bawah Taliban tidak menjadi basis terorisme,” ujarnya.
Seiring dengan kiprah diplomasi internasional yang sedang dilancarkan Presiden Prabowo, Khamami menilai Indonesia berhasil membawa misi diplomasi Islam Indonesia ke tengah dunia internasional. Berbagai aksi internasionalnya telah diwujudkan dengan membangun kemitraan strategis dengan dunia internasional.
“Khusus di Afghanistan, misi diplomasi Islam Indonesia dilakukan demi kepentingan Indonesia dan dunia Islam tidak terhubung dengan jaringan terorisme global. Sekaligus juga menjadikan negara-negara Muslim sebagai negara yang berkeadaban dalam hubungan internasional,” kata dia.
sumber : Antara

1 hour ago
9














































